XX

20.9K 2.3K 221
                                    

Tubuhku basah kuyup saat kaki ini melangkah memasuki ruangan bercat merah. Beberapa figura berisi foto lawas kami yang menggantung indah di setiap sudut ruangan menyapaku dengan kasarnya.

Aku tersenyum. Miris. Andai sejak awal aku mendengarnya. Andai aku tidak bertahan dengan ego sialanku itu. Andai aku tahu kalau akhirnya akan seperti ini.

Andai, andai, andai. Terlalu banyak kata andai.

Aku mendudukkan tubuhku diatas ranjangnya yang rapi. Sudah berapa lama aku tidak tidur disini? Mungkin sejak hubungan kami merenggang gara-gara dia? Lima bulan? Oh, lama sekali.

Gemercik air dari kamar mandi mengiringi air mataku yang sudah leleh. Sekarang aku sadar. Aku sangat rindu pemilik kamar ini. Aku rindu kebersamaan kami. Aku rindu dekapannya. Aku rindu--

"Ji-ya."

Aku tersentak mendengar suara lembut itu. Tubuhnya yang setengah basah dengan lilitan handuk dipinggang membuatku tercekat.

Kenapa dia makin kurus? Apa aku salah satu penyebabnya?

"Won-ah."

Dia langsung menghampiriku dengan wajah super khawatirnya. Aku tak tahan lagi. Pertahananku pecah. Aku menangis, cukup keras.

"Ji-ya, kau kenapa? Tubuhmu basah. Kau kehujanan? Kenapa menangis?"

Dia memelukku erat. Tubuhnya yang dingin benar-benar terasa hangat di kulitku. Oh, dia tetap menghangatkan, seperti dulu.

"D-dia...M-Mingyu...A-aku..."

Dia mengelus puncak kepalaku sambil sesekali menciumnya. Tenggorokanku tercekat. Aku mendadak bisu.

"Menangislah, baru bicara."

Aku menuruti ucapannya. Akhirnya seluruh kesedihanku tumpah, di dada bidangnya yang telanjang.

"Maaf, aku mengotori tubuhmu. Padahal kau habis mandi."

Dia mendengus pelan. "Bodoh!"

Tangisanku mereda setelah sepuluh menit berada dalam pelukannya. Aku segera melepas rengkuhannya lalu menatapnya dalam.

"Pakai baju dulu. Kau pasti kedinginan."

Dia tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepalaku lagi. Entah kenapa aku sangat menyukai kebiasaannya yang satu ini.

Dia berjalan mendekati lemarinya lalu mengeluarkan sweater hitam dan celana trining putih. "Ini, kau juga harus ganti baju."

Aku menerimanya lalu berjalan gontai menuju kamar mandi. Tak sampai lima menit aku sudah ganti pakaian, begitu juga dengannya.

Aku menatapnya dalam. Sweater putih dan celana selutut yang ia pakai membuatnya terlihat sedikit gemuk daripada tadi--saat telanjang. Begitu lebih baik.

"Sini. " Akupun segera duduk disampingnya. "Sudah siap cerita, hm?"

Aku menatap mata teduhnya yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. "Kau semakin kurus."

"Ani, kau basah kuyup lalu menangis. Aku tahu bukan itu yang mau kau katakan."

Aku tersenyum tipis--sangat tipis--, lalu memberi sedikit jeda untuk melanjutkan kalimatku.

"Kau benar. Dia bukan laki-laki baik. Aku melihatnya di bar bersama tiga pelacur sekaligus."

Dia menghela napas pelan, sarat kelegaan kurasa. Mungkin satu-satunya yang terlintas dibenaknya hanya; kan, aku sudah mengatakannya dari dulu.

"Lalu masalah taruhan? Kau sudah tahu?"

Aku mengangguk. "Soonyoung mengatakannya padaku. Dia bilang Mingyu sudah keterlaluan karena mengajakku ke arena balap. Won-ah, dia hampir mengajakku tidur."

"Apa? Brengsek!"

Aku menahan tangannya sebelum dia benar-benar pergi menghabisi si brengsek itu. "Aku tidak mau lagi berurusan dengannya."

Dia mengusap wajahnya frustasi. Tentu saja, apa yang Mingyu lakukan sudah keterlaluan sebenarnya.

"Won-ah, mau menemaniku malam ini? Aku mau tidur disini bersamamu."

Dia mengangguk tanpa ragu. Kami segera merebahkan tubuh masing-masing diranjangnya yang tidak terlalu besar.

"Peluk?"

Aku tersenyum lalu menerima tawarannya. Ah, sangat menenangkan.

"Maaf, aku tidak percaya padamu. Maaf, aku lebih memilih si brengsek itu. Maaf, sejak aku dekat dengannya hubungan kita malah merenggang."

Dia mencium rambutku dalam. "Aku tidak pernah sebahagia ini, Ji. Terima kasih sudah kembali. Aku sangat menyayangimu, Jiwoo-ya."

Aku mengeratkan pelukanku dipinggangnya.

"Aku lebih menyayangimu, Jeon Wonwoo."

Kini aku sadar. Betapa beruntungnya aku punya Jeon Wonwoo, saudara kembar yang sangat amat mencintaiku sepenuh hati.

***

Hayoo sapa yang punya ekspetasi tinggi? Wkwk, uda baper trnyata cuma saudara kembar. Just for fun ya guys😂😂

Anggep aja ini hadiah buat kalian yang uda baca, komen dan vote wonwoo as. Kalian warbyasaah loh. Eomji chuck dah👍👍

Btw cuma mo bilang si mingyu gantengnya keterlaluan di mv 아주nice bhaaq. Yg belum nonton buruan nonton yaa💞💞

Jgn lupa mampir ke ceritaku yang lain; carat's imagination dan tsundere yaa. Makasih🙇🙇🙇

Wonwoo AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang