Aku mendesah pelan melihat keadaanku sekarang.
Pertama, tadi pagi aku mengalami insiden yang luar biasa memalukan. Gimana nggak malu coba kalau aku jatuh di depan komplek? Sakitnya nggak seberapa, tapi... Aish! Mana si Jeno langsung ketawa kenceng lagi. Dia seneng banget lihat noona-nya sengsara.
Kedua, lututku lecet. Dan aku nggak bisa jalan. Bisa sih, tapi akunya aja yang kelewat takut. Takut kalau luka ini tambah parah.
"Tumben nggak suruh Wonwoo hyunh kesini? Mumpung masih jadi babu tuh," sentak Jeno.
Aku mengerjap pelan. Eh, bener juga ya. Dia kan masih jadi babuku. Ini hari terakhir sih. "Tapi dia kan ada latihan basket. Mana mau diganggu," gumamku.
"Noona, pinter dikit dong. Noona paksa aja dia. Bilang kalau dia masih punya kontrak sama noona. Kalau dia nggak mau dateng, perpanjang aja kontrak kalian. Aku yakin Wonwoo hyung langsung dateng kesini."
Aku mengangguk. Pinter juga nih bocah. "Terus?"
"Apanya?"
"Dia ngapain dateng kesini? Gabut tau," kataku. Jeno hanya memutar bola matanya kesal.
"Susah punya noona telmi. Suruh apa kek. Pijitin kek, suapin kek. Manfaatkan situasi, noon."
Ah, boleh juga. Hihi, kok aku nggak kepikiran ya? Akupun segera meraih ponsel di atas nakas lalu mencari kontak Wonwoo disana.
Jeonu
Aku sakit nih. Nggak mau jenguk?:(
Send! Yah, aku nggak yakin sih rencana ini berhasil. Wonwoo kapten basket. Dia aja lebih sayang sama basket daripada sekolahnya. Lagian, mau bolos sesering apapun, si Wonwoo tetep ranking satu paralel. Hiks.
Satu menit berlalu. Dua menit. Lima menit. Tujuh menit. Pesanku nggak dia read. Yah, yaudah sih. Aku juga nggak terlalu berharap. Lag--
BRAK!
Aku hampir spot jantung saat seseorang membuka pintu kamarku nggak sabaran. "Jen, kalau buka pintu pelan-pelan ken--"
"Ya, kau baik-baik saja?"
"Won...woo?" gumamku. Aku nggak salah lihat, kan? Wonwoo ada di hadapanku dengan nafas memburu, peluh bercucuran dan-- "Bajumu..."
Greb! Wonwoo memeluk tubuhku erat-erat. Sial, lengannya yang langsung bersentuhan dengan kulitku berhasil membuatku hampir mati tak sadarkan diri.
"W-Won--"
"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau kecelakaan? Kenapa aku tahu dari orang lain?!" tanyanya dengan nada sedikit tinggi.
"Ha? I-Itu... cuma luka kecil," jawabku. Wonwoo melepas pelukannya lalu menatap lututku dengan wajah yang sulit kuartikan. "K-Kau dari sekolah?"
"Eo! Aku lari dari sekolah gara-gara kau, bodoh! Kau hobi sekali buat orang lain khawatir. Setidaknya hubungi aku. Aku kan pelayanmu."
Aku menganga. Baru kali ini ada orang yang dengan senang hati mencap dirinya sebagai babu.
"Dan ini bukan luka kecil. Pasti sakit," gumamnya sambil menyentuh kakiku pelan.
Dia kenapa sih? Kenapa harus sekhawatir ini? Dan lagi, kenapa dia masih pakai baju basketnya? Ganti baju dulu kan bisa. Keringatnya kemana-mana.
"Jeon."
"Apa? Mau sesuatu? Akan aku belikan."
Aku tertohok nggak percaya. "Ah, kau pasti berbuat baik karena ini hari terakhirmu jadi babuku, kan? Nggak heran."
"Ha?"
"Kau pergi dari latihan basket yang sangat kau cintai itu, kau jadi sok baik dan perhatian. Lalu wajah itu... heol, belajar akting dari mana?"
Wonwoo hanya menatapku tak percaya. Eh? Ucapanku kelewatan ya? Tapi kenyataan kok.
"Bodoh."
"Ha?"
"Kau pikir kenapa aku perhatian padamu? Kenapa aku khawatir? Kenapa aku pergi dari latihan basket yang sangat aku cintai?"
Aku mengangkat bahu. "Mana kutahu."
Wonwoo memegang kedua bahuku lalu menatapku dalam. "Karena kau melebihi basket."
"M-Maksudmu?"
Dia menghela napas pelan. "Nggak salah Jeno memanggilmu telmi."
"Ha? Aish, berani-beraninya kau--"
"Perpanjang kontraknya," potongnya. Aku mengernyit. "Aku nggak mau berakhir hari ini. Aku mau lebih lama jadi pelayanmu. Seumur hidup kalau perlu."
"HA? Gila. Buat apa jadi babuku? Nggak ada faedahny--"
"Karena kau melebihi basket. Karena aku lebih mencintaimu ketimbang basket. See? Got it, Mrs. Jeon?"
Bibirku beku seketika.
Mrs. Jeon?
***
Akhirnya update. Dah lama bgt wkwk. Ini gada edit2an jd maap kalo banyak tipo. Yang blm baca om wonwoo buruan baca yaaa:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonwoo As
FanfictionDari bos sampe selingkuhan, jww bisa jadi apapun yang kalian mau.