"Ayo, Raaaa."
"Sumpah, dingin-dingin ngapain main ice skating sih? Mending tidur di rumah," kesalku. Naya tertawa sambil masih menarik tanganku antusias.
"Habis pelatihnya ganteng banget. Kata orang-orang nih, dia itu emang udah ditakdirkan ada di arena skating," jawabnya.
Aku memutar bola mataku kesal. Aku sudah dengar berkali-kali tentang ketampanan pelatih ice skating di tempat iniㅡwalau aku pribadi belum pernah bertemu dengannya.
Setampan apa sih? Pasti nggak sebanding dengan ketampanan pak Siwon yang hakiki itu.
Naya segera menggunakan sepatu khusus skating dan pakaian tebal, seakan telah siap untuk bertemu dengan pujaan hatinya di arena skating.
Aku?
"Aku disini aja, Nay."
"Ih Rara! Ikut!" sentaknya. Aku mendesah sekali lalu mengikuti permintaan anehnya.
Baiklah, aku bersumpah ini kali kedua dan terakhir aku ikut Naya ke sini.
Setelah menggunakan tetek bengek yang sangat menyebalkan itu, Naya pun menarikku memasuki arena skating yangㅡsialnyaㅡsangat penuh diisi para wanita.
Sial, semua wanita?!
"Kak Wonwoo!!" pekik Naya dengan suara cemprengnya. Bukan apa-apa sih, kenapa teriaknya di kupingku?! Sial. "Ra, itu pelatihnya!"
Naya menepuk pundakku antusias. Mataku menyipit melihat sesosok pria tinggi kurus mendekatiku dan Naya. Hng? Jadi ini orangnya?
Hahaha. Tampan.
"Hm?"
Hm?
Apa dia bilang? Hm? Hanya itu?
Tercyduq.
"Ih kak Wonwoo cool banget sih!!" histeris Naya.
What? Naya masih sehat nggak sih?
"Pergilah dengan Soonyoung," katanya pada Naya. Naya mengangguk semangat lalu meninggalkanku dengan si pelatih itu.
Loh?
"Dan kau, aku akan jadi pelatihmu."
Ha???
"Maaf, pak, aku kesini bukan untuk bermain skating. Aku hanya menemani temanku yang doyan coㅡ"
"Aku tidak peduli. Masuk kesini sama dengan bermain skating. Tidak ada penolakan."
Aku menggerutu pelan. Memang benar, dia ditakdirkan ada di arena skating. Sama-sama dingin. Sama-sama buat hati ngilu. Huh!
"Aku sudah bisa bermain skating, pak. Tidak perlu dilatih."
Pria di depanku mengangkat bahu. "Kalau bisa, kenapa kau menggandeng erat tangan Naya saat masuk arena ini?"
Skakmat.
Apa dia mengamatiku? Sialan, aku ketahuan berbohong! Huft.
"Pokoknya aku tidak mau! Aku pergi!" kesalku lalu membalikkan badan.
Dan kalian tahu apa kelanjutannya?
Bruk! Bokongku mencium lantai es yang dingin.
Sialan, sakitnya nggak seberapa. Malunya itu loh><
"Sesuatu yang dimulai dengan kebohongan tidak akan berjalan mulus," kata si pelatih sambil mengulurkan tangannya. Sejak kapan dia ada di depanku? Sejak kapan dia tertawa mengejekku? "Mau sampai kapan kau duduk?"
"Aku bisa sendiri!" kesalku. Aku berusaha mengangkat bokongku yang mencium lantai es ini dengan ekstra keras.
Hasilnya?
Aku malah makin terjatuh, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali.
Andai aku tak tahu malu, sudah kuraih tangan si pelatih yang masih setia terulur di depanku agar aku bisa berdiri dan lari dari tempat ini.
Ingatlah kalau masih banyak orang di arena ini menertawakan kebodohanku. Aku sangat ingin pergi dari sini.
"Sialㅡhei apa yang kau lakukan?!" pekikku saat melihat pelatih ituㅡaku baru ingat, namanya Wonwooㅡtiba-tiba duduk di depanku.
Apa-apaan?!
"Tanganku lelah. Terulur namun tidak ada yang meraih?" gumamnya ragu. Sambil tersenyum.
Tersenyum.
Catat, tersenyum. Kurasa dia manusia aneh. Kalian tahu, rasanya seperti melihat bunga sakura di musim dingin. Sangat aneh.
"Sepertinya dompetku benar-benar akan dikuras habis oleh Naya."
Aku mengernyit. Kenapa dia jadi curhat?
"Urusanku?"
"Tentu saja. Kau yang membuatnya begitu," jawabnya sambil menatapku.
Hah, bicara apa manusia ini?
"Tapi tidak masalah, rasa bahagiaku melebihi rasa sedihku. Uang bisa cari lagi, tapi kesempatan duduk di atas es denganmu seperti ini, kapan lagi?"
Aku makin melongo. Sumpah, dia bicara apa sih? Aku tidak mengerti.
"Salah siapa mengabaikanku saat pertama bertemu? Buat aku penasaran saja."
"Apa maksudmu? Ini kan pertemuan pertama kita?"
"Kata siapa? Aku melihatmu saat kau mengantar Naya kesini beberapa minggu yang lalu."
Eh?? Sumpah? Aku tidak tahu...
"Dan aku selalu berharap kau datang lagi dengan Naya. Nyatanya? Hhh, aku bahkan harus melunturkan rasa maluku dengan menyuruh Naya mengajakmu datang kesini," cerocosnya.
Si mister dingin ini bisa bicara panjang lebar ternyata.
"Jadi, mau bermain skating bersamaku? Berdua?" tanyanya. Aku mengerjap lalu menggeleng.
"Apa bedanya dengan pelatih lain? Aku mau pelatih perempuan saja."
Wonwoo tertawa pelan.
Hnnng kurasa bukan hanya aku, namun es di arena ini juga akan leleh karena tawanya.
"Beda, sayang. Aku bisa menghangatkanmu saat kau kedinginan disini. Mereka tidak bisa."
Lagi, aku mengerjap. Manusia bodoh. Kenapa dadaku berdegup hanya karena gombalannya?
"Genggaman tangan? Peluk? Atau cium? Ah, yang terakhir bisa kita lakukan lain kali. Bagainana dengan genggaman tangan saja?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya di depanku.
Sialan.
▫▫▫
tercipta karena kegabutan yg hqq wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonwoo As
FanfictionDari bos sampe selingkuhan, jww bisa jadi apapun yang kalian mau.