"Ke mana? Toko buku?"
Aku mendesah kesal. Berapa kali aku harus bicara? Sepertinya kupingnya mulai bermasalah.
"Iya, Hong. Sampai bertanya lagi aku akan--"
"Apa? Menciumku?" potongnya sambil tertawa. Tak! Akupun menjitak kepalanya pelan. Dasar mesum! "Jung, sakit tahu!"
"Bodo."
Setelah perdebatan kecil itu, aku dan dia sama-sama terdiam. Aku lebih memilih menatap papan tulis kosong di depan sana, sedangkan dia... Entahlah. Aku merasa sedang diperhatikan. Heol.
"Kau butuh aku."
"Hm, kau sahabatku sejak ospek, Hong," jawabku seadanya.
"Kau benar-benar butuh aku, Jung. Jadi lupakan si Wonwoo."
Aku terhenyak. Wonwoo? Hah, aku hampir saja melupakan namanya.
***
Setelah kuliah Bahasa Inggris--yang menyebalkan--berakhir, aku dan Jisoo segera pergi menuju toko buku yang terletak di salah satu mall. Moodku yang awalnya rusak gara-gara dosen iblis itu akhirnya kembali membaik.
Semua berkat Hong Jisoo. Dia moodbooster terbaik!
Bicara soal Jisoo, kurasa dia dan Wonwoo sangatlah berbeda. Aku heran, kenapa aku bisa pacaran dengan Wonwoo yang notabene dingin, cuek, sangat populer tapi juga sangat membosankan, terlebih dia satu tahun lebih muda dariku. Ya, dia adik tingkatku.
Kenapa aku tidak memilih Jisoo saja waktu itu? Jelas-jelas Jisoo ratusan kali lebih baik dari Wonwoo.
"Omo!" Aku tersentak saat si Jisoo tiba-tiba saja menarik tanganku.
"Kalau jalan jangan sambil melamun, babe. Kau hampir menabrak pria kekar itu," kata Jisoo sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Ya. Manis. Sangat manis. Kelewat manis malah. Dan apa kata dia? Babe? Tuhan, dia sering memanggilku dengan sebutan itu, tapi kenapa rasanya... Sial, kurasa aku mulai gila.
"Terima kasih," kataku. Kami pun memutuskan untuk kembali berjalan menuju parkiran. Huft, moodku kembali jelek karena teringat Wonwoo.
"Aku masih menunggumu."
Aku mengangkat kepala. Astaga, kenapa Jisoo sudah ada di depan sana sih? Jalanku lambat seperti keong.
"Maaf, kau pasti buru-buru ya?" tanyaku sambil berlari, berusaha menyamakan langkah kami.
"Hm. Aku buru-buru. Jadi cepatlah."
"Astaga, mau kemana sih? Ak--"
"Aku buru-buru. Aku tidak bisa menahannya lagi. Jadi cepatlah lari ke arahku," potong Jisoo. Aku menatapnya dalam. Maksudnya? "Putuslah dengan Wonwoo. Aku masih menunggumu."
"A-apa?"
Masih menunggu? Setelah setahun dia menembakku?
"Jung, dia tidak mencintaimu! Lihat, dia bahkan tidak pernah peduli padamu. Pernahkah dia ada disaat kau membutuhkannya? Pernahkah dia ada disaat kau menangis? Pernahkah dia bilang, 'aku mencintaimu' selama kalian pacaran?"
Jisoo menatapku dalam dengan mata yang mulai bergetar. Tangannya mencengkeram pundakku kuat.
Dia tidak pernah memelukku.
Dia tidak pernah mengusap air mataku.
Dia tidak pernah... bilang itu.
"Putuslah dengan dia."
"Tidak akan." Aku dan Jisoo sontak menatap sang pemilik suara berat di belakangku. Mataku dan matanya bertemu. Dingin, seperti biasa. "Aku dan dia tidak akan putus. Sampai kapanpun."
Wonwoo. Kenapa dia ada disini? Maksudku, tahu dari mana dia? Sial, aku seperti seorang wanita yang tertangkap basah sedang selingkuh.
Jisoo maju mendekati Wonwoo lalu menyeringai. Percayalah, seringaian Jisoo sangat menakutkan.
"Kau tidak peduli padanya, kau juga tidak mencintainya, tapi kau ingin mempertahankannya? Gila!"
Aku tersentak saat Wonwoo menarik kerah baju Jisoo. Matanya menusuk mata Jisoo begitu dalam. "Dia milikku, dia kepunyaannku! Dan selamanya akan begitu! Jangan coba rebut dia dariku! Atau kau akan mati."
Wonwoo menabrak pelan bahu Jisoo lalu menggandengku super erat. Apa ini syuting drama? Luar biasa, aku benar-benar gila.
"Wonw--" Aku berhenti bicara begitu Wonwoo memelukku erat. Sangat erat sampai dadaku sedikit sakit. "Wonwoo, sesak," kataku pelan.
"Buat apa aku menjadikanmu milikku kalau aku tidak mencintaimu? Hm?" bisiknya di telingaku. Pelukannya berangsur melemah. Napasnya yang pendek-pendek menggelitik leherku.
"Wonwoo."
"Maaf karena tidak pernah memelukmu. Melihatmu--ah tidak. Berdua denganmu saja membuatku susah bernafas. Sumpah, Jung, aku lemah dan bodoh di depanmu."
Suara Wonwoo benar-benar lirih. Aku berani taruhan, Jisoo yang masih berdiri disana tidak akan bisa mendengar suara Wonwoo.
"Kau bahagia denganku?" tanyaku ikut-ikutan pelan. Aku bisa merasakan Wonwoo mengangguk.
"Sangat. Jangan putus kalau kau masih ingin melihatku hidup dengan bahagia. Aku mencintaimu, Jung. I'll treat you better. I swear."
Dan suara berat Wonwoo benar-benar merusak seluruh saraf otakku. Hah, aku harus menarik ucapanku tentang lebih-baik-berpacaran-dengan-Jisoo. Karena Wonwoo mencintaiku dengan caranya sendiri.
***
Muntah dulu. Anjirr geli bikinnya. Berasa alay gak sih? Wkwk. Yaudah sih udah terlanjur diketik masa mau dihapus😂😂😂
Silahkan tinggalkan komen. Mau komen +/- monggo lah. Kubisa apa(?) Eaeaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonwoo As
FanfictionDari bos sampe selingkuhan, jww bisa jadi apapun yang kalian mau.