Sahabat

19.3K 1.9K 176
                                    

"Nyebelin sumpah nyebelin!"

Aku terus mengumpat. Air mataku masih saja leleh, tidak mau berhenti. Astaga, aku kesal kesal kesal!

"Duh, Hong! Bisa diam nggak sih?"

"Kok marah sih? Orang lagi bete juga," kesalku.

Wonwoo berdecak sebal lalu melempar bantal Arsenal-nya tepat ke arahku.

"Mending tidur daripada ganggu orang belajar," suruhnya. Aku merengut.

"Kan, jahat. Ya sudah aku ke kamar Jungk--"

"Anjir! Mau masuk kandang macan? Adikku itu lagi puber, lagi senang-senangnya lihat video itu. Mau jadi korban?!"

Wonwoo menatapku garang. Uh, memangnya dia nggak lagi puber apa? Orang cuma selisih setahun juga.

"Daripada nangis-nangis disini tapi nggak dinotice. Kan capek," sindirku.

Wonwoo menghela napas lalu menutup bukunya yang ada di atas meja belajar. Laki-laki yang aku cap sebagai sahabat karib sepanjang masa itu duduk di hadapanku lalu menatapku intens.

"Apa yang mengganggu pikiranmu, sayang?"

Aku berdecak pelan. Dasar, mau baik saja harus dikode dulu.

"Tadi siang aku ke toko buku."

"Serius? Kok nggak ngajak sih?" Aku menatapnya kesal. Baru mau cerita sudah dipotong saja. Bodo! "Maaf, lanjutkan."

"Aku lihat Kak Seungcheol. Sama Kak Nayoon."

Aku menutup wajahku dengan bantal Arsenal Wonwoo. Ingatan tentang Kak Seungcheol yang dengan mesra mengambilkan buku pilihan Kak Nayoon yang kebetulan ada di rak paling atas kembali berputar di otakku. Padahal cuma ambilin barang, tapi nyesek setengah mampus!

"Tsk, aku kan sudah bilang dari jaman jahiliyah. Mereka ada apa-apa sayangku, cintaku."

Aku memukul kepala Wonwoo dengan bantalnya. "Kau lupa kalau dia pernah bilang suka padaku? Kau lupa kalau dia pernah janji bakal ajak aku nonton lagi? Pikun banget sih, padahal kau yang mengantarku pulang waktu itu."

Aku masih ingat dengan sangat jelas kejadian itu. Kira-kira sebulan yang lalu Kak Seungcheol--dia teman sekelas kakakku, Hong Jisoo kalau kalian penasaran--mengajakku nonton film. Semua berjalan mulus, sampai tiba-tiba dia dapat telepon yang entah dari siapa.

Dan yah, akupun ditinggal sendiri di gedung bioskop disaat Kak Jisoo sedang sibuk menemani ayah ke bengkel. Untung si Wonwoo dengan senang hati mau menjemputku.

"Memang pernah ya? Nggak ingat." Hih! Rasanya mau nelen Wonwoo hidup-hidup! "Intinya Kak Seungcheol sama Kak Nayoon sama-sama suka."

Mental breakdown. Wonwoo jahat. "Tapi dia sampai sekarang masih suka kirim pesan ke aku. Bilang suka lah, kangen lah. Kan baper."

Wonwoo menghela napas pelan. Nggak tahu lagi. "Ngapain ke toko buku? Nggak ajak-ajak lagi."

Aku terdiam sejenak lalu kembali merengek. Bahkan kakiku sudah menendang-nendang kaki Wonwoo yang diam dengan damai.

"Anjir! Mau matahin kaki anak orang ya?!" protesnya.

"Aku mau beli novel yang kita lihat dulu, Woo. Tapi sudah nggak ada. Habis. Aku keliling ke hampir semua toko buku dan hasilnya tetap sama. Kesel, padahal pingin baca itu dari dulu!"

Aku bisa melihat Wonwoo menepuk jidatnya pelan. Tubuhnya menegak, lalu menatapku malas.

"Sumpah, aku kira apaan. Sudah tidur sana. Biar aku tidur di kandang macan," katanya lalu pergi meninggalkanku sendiri di atas ranjang Arsenal-nya.

Wonwoo AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang