1 | Namanya Langit

14.9K 592 26
                                    

Langit tidak pernah membenci siapapun. Seserius dia berpikir untuk bisa membenci seseorang mungkin ia hanya benci kepada satu orang, yaitu ayahnya. Paling tidak seandainya nasib yang menimpa dia tidak buruk, mungkin ia dengan kedua orangtuanya sudah hidup bahagia bersama sampai sekarang. Tapi ternyata semua tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Persis seperti cerita tentang Si Pungguk Merindukan Rembulan. Kasih sayang ayah sampai sekarang tidak pernah ia terima, padahal ia sangat menginginkannya. Apa yang ia punya sekarang? Hanya sepasang sayap yang sebelah menyebelah. Dia sendiri tak tahu apakah dia adalah malaikat atau iblis.

Mendapatkan anugrah sayap di punggung, mungkin adalah karunia bagi sebagian orang, tapi tidak bagi Langit. Dia tidak ingin mendapatkannya kalau anugerah ini justru membuat sang ayah makin membenci dirinya. Sejak lahir sang ayah telah menuduh dia sebagai seorang pembunuh. Tidak salah lagi, seorang pembunuh. Langit didakwa sang ayah sebagai pembunuh ibunya sendiri. Bagaimana mungkin bayi yang baru lahir bisa membunuh ibunya sendiri? Sedangkan sang ibu berusaha memberikan kehidupan bagi putranya tersebut?

Tak ada cerita yang resmi. Tak ada cerita yang detail. Hanya cerita dari sang bibi yang selalu menceritakan bahwa sang ibu sangat mencintai Langit melebihi apapun di dunia ini. Langit yang polos tidak mengerti. Ia masih terlalu kecil untuk bisa melihat dunia, sedangkan dunia tempat dia berada tidak menghiraukan ia mau mengerti atau tidak. 

Berkali-kali Sarah selalu berpesan dan mengajarkan kepada Langit kecil bahwa ia harus menjadi seorang anak yang baik sekali pun banyak orang yang akan jahat kepadanya suatu saat nanti. Kenyataan hidup yang ia hadapi, sebagai anak yang kehilangan ibunya menjadikan Langit tidak memahami bagaimana rasa kasih sayang itu. Ia hanya memahami bahwa Sarah sang bibi adalah satu-satunya wanita yang paling baik di dunia ini.

Hal yang mengganggu Langit adalah sepasang sayap kecil di punggungnya. Ia tak bisa menyembunyikan itu. Bahkan semenjak lahir sayap itu tumbuh seiring dia beranjak besar. Sayap sebelah kanan seperti sayap seekor angsa berwarna putih, sedangkan sayap sebelah kiri seperti sayap seekor kelelawar berwarna hitam. Namun uniknya adalah keduanya bisa menutup secara simetris. Langit menyadari tidak semua orang yang ada di desanya seperti dia. Dia melihat teman-temannya tidak ada satu pun yang memiliki sayap. Tak ada satu pun teman-temannya mempunyai sayap seperti dirinya. Hal itu mungkin terkesan aneh pada awalnya. Langit berbeda.

CTAK! CTAK!

Batu-batu kerikil dilempar ke sebuah rumah pohon, tempat Langit berada. Saat itu Langit duduk di pinggiran rumah pohon tersebut dengan kaki menjontai ke bawah. Melihat anak-anak kecil yang lainnya melempari batu, Langit hanya tersenyum. Ejekan seperti itu sering ia terima, tapi ia hanya tersenyum sebab anak-anak itu selalu melihat ke arahnya, ke arah Langit. Ketika Langit mengembangkan kedua sayapnya sontak semua anak-anak kecil itu lari terbirit-birit.

"Hayo, apa yang kalian lakukan!? Lagi-lagi berbuat iseng kepada Langit? Pergi!" usir Sarah yang tergopoh-gopoh datang sambil membawa sapu lidi. Mereka lari terbirit-birit sambil cekikian.

"Langit? Kau tak apa-apa nak?" tanya Sarah.

"Nggak apa-apa bi," jawab Langit dari atas.

"Kamu sudah makan? Turunlah sebentar! Bibi masakin sesuatu buat kamu," ucap Sarah sambil menyipitkan matanya karena silau cahaya matahari.

Langit berdiri dari tempat dia duduk. Sayapnya terbuka lebar kemudian dengan satu lompatan ia pun turun ke bawah. Jarak rumah pohon dengan tanah kurang lebih ada 10 meter. Sayap itulah yang menjadi penolong Langit untuk bisa menapakan kakinya di atas tanah tanpa terluka sedikit pun. Langit kemudian mengatupkan kedua sayapnya begitu sudah sampai di atas tanah. Bibinya langsung merangkul keponakan kesayangannya itu.

Sayap-sayap Langit #wattys2016 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang