Langit bisa merasakan bahwa pulau tempat dia berada sedang bergerak. Raphael tersenyum lebar. Dia yakin kemenangan sudah ada di depan matanya. Bocah yang berada di hadapannya ini tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Pasukan Seraphim yang dia pimpin pun sekarang sudah mulai turun ke bawah.
"Kau lihat? Teman-temanmu di bawah akan menemui kematian mereka. Sedangkan kau di sini hanya akan menjadi pecundang," ucap Raphael.
Langit menggertakkan giginya. Dia benar-benar kehabisan akal. Tak ada tempat bagi dia untuk bisa lolos dari istana ini. Langit mencoba menenangkan diri. Dia memang tak bisa kemana-mana. Mungkin ada cara yang bisa dia lakukan untuk memanfaatkan kelengahan Raphael sehingga ia bisa lari dari istana ini.
"Sepertinya kau tidak mengerti apa-apa," kata Langit.
"Apa maksudmu?" tanya Raphael.
"Alasan kenapa aku berada di tempat ini," jawab Langit.
"Hmm? Katakan apa alasanmu?"
"Kau selalu mengira bahwa dirimu itu kuat. Padahal sejatinya kau itu sangatlah lemah. Kau hanya bersembunyi di balik kekuatan orang lain. Kau hanyalah benalu pada diri kawan-kawanmu. Kau itu egois, pemikir yang picik dan kau haus darah."
"Aku tak akan menyanggahnya, bahkan aku tersanjung kau katai seperti itu."
"Tapi kau tak tahu satu hal."
"Apa?"
"Kekuatanku sama seperti yang dimiliki Alexis." Langit mencoba untuk membuat Raphael bingung atau takut. Tapi sepertinya tidak berhasil. Raphael memang menampakkan raut wajah bertanya-tanya bingung.
"Sama seperti Alexis? Hahahaha, kau ngaco sekali. Kalau kau memang seperti dia, maka buktikan kepadaku!" pinta Raphael.
Sekali lagi kedua sayap Raphael menyabet Langit. Bocah ini dengan gesit menghindar. Hampir saja kepalanya terkena, rambutnya tersentuh sedikit dan serpihannya terbang di udara. Langit menelan ludah. Dia saja ketakutan seperti ini bagaimana bisa berpikir tenang?
"Sial, kalau saja aku tahu bagaimana caranya," gerutu Langit dalam hati.
"Kau hanya membual. Tapi tak apa. Aku tahu betapa kau sangat menyedihkan. Kau ditinggalkan oleh teman-temanmu bahkan teman-temanmu sudah tidak membutuhkanmu lagi, kemudian kali ini kau mengaku punya kekuatan seperti Alexis. Omong kosong, kekuatanmu hanya bualanmu saja. Kau memang cerdas, tapi hanya sebatas itu saja. Kemampuanmu hanya untuk mengingat dengan baik, otakmu yang cemerlang, itulah kemampuanmu yang sesungguhnya. Kau tak punya kekuatan seperti Alexis, kau tak bisa berbuat seperti itu anak muda!"
Sial. Kata-kata Raphael langsung menusuk. Langit tahu Raphael benar, tapi darah di dalam tubuhnya masih mendidih. Dia tak mungkin mati di tempat seperti ini. Dia masih belum bertemu dengan Sarah. Masih banyak yang harus ia lakukan.
"Kau benar," kata Langit.
"Apa?" tanya Raphael.
"Kau benar sekali tentang itu. Aku memang merasa kemampuan otakku yang cemerlang merupakan sebuah berkah. Mungkin juga kekuatan sebenarnya dari kemampuan Seraphim. Kau benar, kekuatanku mungkin tak sehebat Alexis, tapi bisa jadi kemampuan ingatan fotografisku adalah satu-satunya yang aku miliki di dunia ini. Tapi aku tak pernah putus dari harapan Raph. Sama sekali tidak," jawab Langit.
Langit agak nekat. Dia mendekat ke arah Raphael.
"Aku memang hanya seorang bocah biasa. Sejak kecil, aku sudah dikucilkan oleh teman-teman sekampungku. Bahkan ayahku sendiri tidak menyukaiku. Ia menganggap aku adalah iblis yang telah membunuh ibuku sendiri. Aku sudah lama hidup dalam kesendirian. Selama dua tahun berada di Taman Orang-Orang Mati telah mendidik diriku bahwa segala sesuatu harus berjuang untuk mendapatkannya. Mungkin juga kemampuan Seraphimku bisa keluar kalau aku berusaha mendapatkannya. Kalau misalnya sampai sekarang aku belum bisa mengeluarkannya bukan berarti aku tak punya kemampuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-sayap Langit #wattys2016 [Complete]
FantasiaCerita untuk wattys2016. Langit tak pernah meminta dia dilahirkan dengan sepasang sayap di punggungnya. Namun sayapnya berbentuk aneh, sayap sebelah kanan seperti sayap seekor angsa, sayap sebelah kiri seperti sayap seekor kelelawar. Dia selalu me...