(29)

6K 240 6
                                    

Senyum terkembang jelas dari wajah Natalie Andrea. Ia mendapatkan apa yang ia inginkan, sebuah bukti yang dapat membuat Glenn jadi miliknya. Walau ia terpaksa berdiri diam-diam di balik pohon dekat Arsen dan Posica, tapi itu bukan masalah baginya. Setelah ia mendapat foto-foto Posica dan Arsen, ia segera berjalan mengendap-endap menuju ke mobilnya. Ia membuka topi dan kacamata hitam yang dikenakannya.

"Fuhhh. Akhirnyaa...." ujarnya sambil menyalakan Air Conditioner mobilnya.

Natalie kemudian menyalakan mesin mobil dan melaju dari danau itu. Tujuannya hanya satu, yaitu menemui Ariana sesegera mungkin. 'Ariana pasti akan sangat terkejut melihat ini' batin Natalie.

Sambil mengikuti alunan musik pop di mobilnya, Natalie mengira-ngira apa yang bakal terjadi dengan Posica , Glenn, dan dirinya. Tentu saja Natalie menghayal ia akan bersama Glenn dan Posica hanya akan ditinggalkan.

Akhirnya Natalie sampai di sebuah rumah putih mewah. Seperti biasa, ia langsung nyelonong masuk ke dalam rumah orangtua Glenn. Natalie juga berteriak memanggil Ariana dan ditanggapi ketus as always.

"Mommy mertuaaaaa." teriaknya.
"Mommy mertuaaaa." panggilnya lagi.

Tak lama, derupan kaki terdengar oleh Natalie. Ia hanya tersenyum sambil menunggu Ariana datang.

"Ada apa lagi sih, Natalie?" ujar Natalie sambil berjalan mendekati Natalie.

"Aku punya bukti yang kujanjikan waktu itu Mommy. Bahwa Glenn dan Posica hanya pura-pura." balasnya dengan senyum simpul.

"Natalie! Jangan buat kekacauan lagi. Pergi sana." balas Ariana dengan raut tidak senang.

"Eitzz. Tunggu dulu. Mommy ga mau liat buktinya?" balasnya sambil merogoh kantung celana jeansnya.

Ia kemudian membuka password handphonenya dan mencari foto-foto yang ia dapatkan tadi.

"Ah, ini dia. Bahkan Posica sudah ada pacar yang lain loh." ujarnya sambil menunjukkan foto itu.

Mata Ariana terbelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat. Posica dengan jelas sedang memeluk seorang pria yang jelas-jelas bukan anaknya, Glenn. Selain itu, pria itu juga menyentuh wajah Posica. Rasa curiga terhadap apa yang dikatakan Natalie mulai memudar. Sekarang Ariana malah curiga dengan Glenn dan Posica. 'Apakah selama ini mereka membohonginya?' batinnya bertanya.

Namun, Ariana tidak mau menunjukkan rasa curiganya terhadap hubungan Glenn dan Posica dihadapan Natalie.

"Natalie, itu hanya orang yang mirip Posica. Jangan mengada-ngada ya. Sekarang pergi!" teriaknya.

Teriakan Ariana itu tentunya membuat Natalie terkejut. Natalie memasukkan handphone ke dalam kantung jeansnya dan segera pergi dari sana.

***
Glenn POV

Saat aku pulang kerja hari ini, aku tidak mendapatkan Posica di dalam apartmentnya. Kemana dia sekarang? Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke dalam kamarku yang letaknya bersebelahan di sebelah kamar Posica. Aku menghempaskan diriku di sofa. Baru terasa capeknya tubuhku setelah kugunakan seharian ini. Aku diam beberapa saat dan mendengar sesuatu. Sepertinya Posica sudah pulang. Aku memutuskan untuk mandi dulu baru menemuinya nanti.

Setelah selesai mandi dan memakai baju rumahku, terdengar ada orang yang memencet bell kamarku. Siapa? Mungkin Posica sebab aku jarang sekali membawa orang lain kesini. Aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Aku terkejut dengan siapa yang berada di depan pintuku ini. Arsenio. Hah. Apa yang dia inginkan sekarang?

"Hi pak Boss, boleh saya masuk?" tanyanya dengan senyum.

Aku bingung. Bagaimana bisa Arsen ini tersenyum setiap saat? Aku hanya mengangguk lalu menutup pintu dan menyusulnya dari belakang. Arsen tanpa aba-aba dariku, langsung duduk di sofa. Aku hanya menggeleng-geleng melihatnya.

"Ada sesuatu yang harus aku bilang." ujarnya santai.

Aku hanya diam tidak menanggapinya. Sampai akhirnya ia membuka suara lagi.

"Tadi aku bertemu Posica." ujarnya yang berhasil membuat mataku terbelalak. "Bahkan kami berpelukan." tambahnya sambil tersenyum meledek ke arahku.

Darahku tiba-tiba mendidih. Apa ia ingin mengatakan bahwa ia sudah berpacaran dengan Posica. Aku menahan amarahku dan berusaha mendengarkan apa yang akan dia bicarakan.

"Yah. Aku melakukannya karena itu ucapan selamat tinggal." ujarnya sambil menatapku.

Aku terkejut dengan ucapannya. Mungkin dia terkena sakit parah? Aku juga menjadi kasihan dengannya.

"Kenapa? Kamu sakit parah?" tanyaku spontan.

"Ha ha ha ha ha. Apa kamu berharap aku sakit parah?" tanyanya sambil terus tertawa. "Aku hanya akan pergi ke Jepang untuk melanjutkan sekolahku." tambahnya.

"Oh. Baguslah, tapi mengapa terburu-buru?" tanyaku.

"Karena ini program beasiswa. Aku akan pergi kira-kira 2 minggu lagi. Aku berharap dapat melihat kamu dan Posica bahagia sebelum aku pergi." ujarnya.

Arsen kemudian memberiku sebuah nomor telepon dan alamat. Ia mengatakan bahwa ini adalah nomor tante Posica. Keluarga yang hanya ia miliki saat ini. Arsen bahkan menyuruhku untuk menikahi Posica sebelum dia pergi.

"Menikahla dengan dia. Sebisanya aku akan membantu. Kalau dia senang aku akan senang juga." ujarnya.

"Mengapa kamu jadi baik gini denganku?"

"Karena aku juga menyukaimu." ujarnya yang sempat membuatku sedikit terkejut. "sebagai atasan." tambahnya.

Arsen kemudian pamit pulang. Ia masih bisa tersenyum. Aku kemudian menutup pintu dan duduk sambil mengamati cincin yang waktu itu aku beli. Aku memikirkan saat tepat untuk melamarnya. Tiba-tiba ada pesan masuk yang membuat pikiranku buyar. Pesan ini dari mommy. Ia menyuruhku pergi ke rumah kediamannya besok dengan membawa Posica. Mungkin memang besok harinya. Aku tidak bisa tidur memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk melamarnya.

Hai readers!! Terimakasih telah membaca Suddenly Married sejauh ini.

Fyi : Author juga lagi nulis cerita lain judulnya 'Can You Hear My Words?' dibaca ya!!

Vote dan comment kalian sangat berarti.
xoxo

Suddenly Married {SM}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang