(8)

10.1K 404 15
                                    

Mereka telah sampai di sebuah rumah besar berwarna putih berlantai tiga. Di depan rumah itu terdapat tembok tinggi bercorak batu alam, bersebelahan dengan pagar yang tak kalah tingginya.

Posica hanya ber "wow" ria dalam hati mengagumi rumah ini. Apalagi setelah masuk di halamannya. Rumah ini lebih besar dan megah dari perkiraannya. Mungkin tembok tinggi itu sengaja dibuat untuk menutupi sebagian kemegahan rumah ini dari orang luar.

Posica tiba-tiba tersadar setelah seorang berdehem. Siapa lagi kalau bukan Glenn.

"Kita udah sampe. Inget yang tadi kukatakan." Glenn turun duluan.

Sewaktu Posica melepaskan seatbellnya, pintu mobil itu terbuka dan Glenn sudah ada di depan matanya.

"cewek lamban." ujinya kecil seperti berbisik. Posica hanya diam tidak mengejek balik karena saat itu ia merasakan ada tangan besar menggenggam tangan kecilnya. Tangan Glenn.

Walau tangan Glenn jauh lebih besar Posica merasa tangan itu fit dengan tangannya. Glenn menggandengnya sampai mereka berdua ke ruang makan tempat keluarganya sedang berkumpul. Keadaan menjadi rusuh, tentunya. Baru kali ini dari 27 tahun hidupnya, Glenn membawa seorang gadis ke rumah orangtuanya. Mereka semua penasaran dengan Posica dan menanyakan ini itu tanpa habis.

"Hei lihat ini! anakmu membawa seorang gadis yang sangat cantik, Ana."  nenek Glenn memulainya.

"Wah. Kau ingat aku kan? yang kemarin bersama ibu Glenn. Siapa namamu?" tante Glenn menyambung.

"Kamu blasteran ya?" tambah paman Glenn.

"Nanya satu-satu dong. Kalian ga lihat Posica jadi bingung gitu." Glenn berhasil mengunci mulut orang-orang itu dan kali ini giliran Posica yang berbicara.

"Selamat malam. Namaku Posica Putri Lugue. Ibuku orang Indonesia dan ayahku orang Jerman. Aku bekerja di florist yang letaknya agak jauh dari sini. Itu juga merupakan rumahku."

Mereka hanya ber-'oh'ria. Kali ini ibu Glenn yang mulai percakapan.

"Florist? Central Florist?" tanyanya.

"Iya, tante."

"Sudah kuduga. Aku pernah bertemu denganmu saat membeli bunga. Maaf tidak mengenalimu." Ucap ibu Glenn dengan senyum tipisnya itu.

"Itu tidak masalah."

***
Posica POV

Cinta memang terkadang bikin orang jadi tulalit. Bagaimana bisa aku salah mengira kalau Ibu Glenn itu ibu Galih. Memang selama ini aku belum ketemu ibu Galih sih, tapi ngapain kemarin aku mengiyakan ajakan orang yang aku tidak tahu. Membuatku terseret dalam skenario pernikahan palsu bersama cowok nyebelin itu.

Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku tidak mau membuka mulutku. Jarak yang dekat membuatku penasaran dengan wajah Glenn. Ternyata dia memang tampan, sayang nyebelin. Kemudian Glenn mulai membuka percakapan yang membuatku terkejut. Aku tidak bisa menolak. Hufff.

Mobil Glenn kemudian berhenti di sebuah rumah putih yang gede banget. Lebih kaya istana. Aku melihat-lihat sampai ia menyadarkanku. Glenn keluar duluan. Baru aku melepas seatbell , pintuku sudah terbuka. Glenn yang membukanya, dia kemudian menggenggam tanganku. Aku terkejut sih, tapi aku lebih terkejut lagi merasa nyaman di genggamnya. Tangannya begitu besar dibanding tanganku, tapi rasanya sangat fit.

Glenn menggenggam tanganku sampai di ruang tamu. Di sana, aku melihat ibu, nenek, tante dan pamannya. Sewaktu mereka melihatku, pertanyaan-pertanyaan langsung dilemparkan. Sepertinya mereka senang sekali Glenn punya pacar.Aku menjadi tidak tega membohongi mereka. Baru selesai bercakap-cakap dengan ibunya, Glenn malah menarikku ke dapur.

Glenn menyuruhku untuk bersikap 'biasa aja.' Aku bingung bagaimana sikap biasa aja itu. Gezzz. Dia bahkan menyuruhku untuk meminta alkohol setelah makan malam. Aku tidak bisa minum. Dia tidak mendengarkanku. Mengapa aku menurutinya??

***
Glenn POV

Kuakui Posica itu cantik apalagi kalau ia sedang anggun seperti ini. Walau begitu, aku tidak tertarik dengannya. Cewek biasanya nyusahin aja. Saat sampai di rumah, aku dapat melihatnya mengagumi rumah orangtuaku ini. Kemudian aku berdehem dan ia menoleh ke arahku. Tatapannya seolah bingung.

Tak tahan dengan tatapan itu, aku segera turun dari mobil. Entah mengapa, aku sudah berada di sisi pintu Posica dan membukakannya pintu. Dia baru saja melepas seatbell nya, dan menatapku bingung lagi. Mengapa perempuan ini selalu tampak kebingungan?

Demi melancarkan skenario tak masuk akal ini, aku menggandeng tangannya. Bukankah ini hal biasa yang dilakukan pasangan? apalagi sudah berpacaran 2 tahun. Saat aku menggandengnya, Posica tampak kebingungan lagi. Oh God. Anehnya dia hanya diam saja. Sebenarnya ini pertama kali bagiku menggandeng tangan seorang perempuan selain ibuku. Tangan Posica begitu kecil. Apa tangan perempuan memang kecil-kecil ya?

Hai Readers!! Thanks for reading!!
Next Chapter Posica akan menjadi tetangga Glenn loh!! Keep reading!!

Like dan comment kalian sangat berarti.
xoxo

Suddenly Married {SM}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang