POSICA POV
Wah, wah, wah. Apa yang terjadi denganku. Baru tidak bertemu dua hari dengan Glenn saja udah uring-uringan. Kamu harus kuat Ca, Strong.
"Eh, ngapain bicara sendirian?" tanya Lily sambil tertawa.
Aku memang numpang di rumahnya dua hari belakangan ini. Habis kalau ke florist, pasti bakal ketauan Glenn. Aku juga memintanya dan Galih merahasiakan keberadaanku, tapi aku kurang yakin sama Galih -.-.
Dua hari ini setiap kali Lily menanyai hubunganku dengan Glenn, aku selalu nangis tersenggak-senggak. Sungguh memalukan. Apalagi kalau dilihat Galih. Makanya, aku suka menyuruh Lily ke kamarku aja. Jadi, aku bisa ngunci pintu dan Galih tidak dapat melihatku. Aku tau, Galih agak sedikit kesal denganku karena dua hari ini aku 'menculik' istrinya."Ca, gimana dengan Glenn? Menurut aku sih lebih baik kamu ngikutin isi hati kamu." ujar Lily sambil membuat susu hamil.
"Itu sulit Ly. Orangtuanya yang udah ga restuin." ujarku parau.
"Udah-udah. Jangan nangis lagi. Liat tuh mata kamu udah merah-merah." balasnya.
Ah, Glenn" mengapa aku tetap nggak bisa lupain kamu? Aku rasa aku udah terlalu ngikutin alur skenario ini. Perasaanku juga ikut jatuh kedalamnya. Jatuh yang sangat jauh. Aku bahkan tidak yakin, apakah aku dapat mengembalikan perasaanku seperti semula.
"Ca, tidur gih. Udah malem ni." ujar Lily lagi-lagi menghancurkan pikiranku tentang Glenn.
"Iya Ly. Selamat malam." ujarku sambil berjalan dari sofa.
Sesampainya di kamar, aku bukannya tidur malah nangis lagi. Efek apa yang diberikan Glenn sampai membuatku begini sih.
'I thought that I'd been hurt before. But no one ever left me quite this sore.'
Bisa gila aku lama-lama. Baru saja aku mau tidur, aku mendapat pesan dari Glenn . Ia hanya menanyai keadaanku. Sebenarnya Glenn selama dua hari ini sering mengirimiku pesan dan menelponku, tapi tidak pernah kujawab. Bisa bahaya kalau kami berhubungan lagi. Bisa cedera berkepanjangann.Aku men- scroll pesan- pesan yang telah dikirim Glenn dua hari belakangan ini. Sepertinya dia benar-benar mencemaskanku. Atau aku yang merasa terlalu pede bahwa dia mencemaskanku. Sungguh-sungguh. Semestinya dari awal aku memikirkan hal terburuk yang akan terjadi. Beginilah hasilnya kalau bertindak gegabah. Namun, aku juga tidak pernah menyesal pernah mencintai Glenn. Semua pikiran itu terbawa samar-samar sampai semuanya gelap. Aku akhirnya tertidur.
****
*plakkkkk*"Apa lagi yang kamu lakukan Natalie?" tanya seorang Pria separuh baya dengan emosi yang meledak-ledak.
"Jangan kasar dengan Natalie kayak gitu dong. Natalie anak kita satu-satunya." bela seorang wanita yang sedikit lebih muda dari pria tadi sambil memeluk Natalie.
"Papa. Natalie ga melakukan salah apa pun! Pasti Glenn kan yang menyuruh papa begini? Dasar cowok kurang ajar!" pekik Natalie.
Peristiwa ini bukan hanya disaksikan oleh keluarga kecil mereka, tetapi juga disaksikan oleh empat pembantu, dan supir mereka. Mereka kalau bertengkar memang suka kasar. Supir dan pembantu mereka sudah terbiasa dengan ini. Sejujurnya, mereka juga kurang suka dengan sifat Natalie Andrea. Mereka lebih merasa nyaman saat dia berada di luar negeri. Kondisi rumah menjadi damai tidak panas seperti sekarang.
"Kamu benar-benar kelewatan kali ini, Natalie. Ayah sudah memutuskan kamu akan tinggal di Roma. Selamanya." ujar pria itu sambil menghela nafas panjang.
Pernyataan ini seolah air di padang gurun bagi pelayan-pelayan rumah dan supir. Mereka benar-benar lebih senang dengan keadaan rumah yang tenang. Hal itu nggak akan terjadi kalau ada Natalie di rumah.
"Natalie baru pulang dua minggu yang lalu, pa. Sekarang papa sudah nyuruh Natalie pergi lagi?" balasnya dengan emosi yang tak kalah hebatnya.
"Iya! Atau kamu mau, kita sekeluarga tinggal di jalan atau pinggir kolong jembatan?" balas ayahnya lagi.
David tau betul kelemahan anaknya. Natalie benar-benar orang penjijik dan takut miskin. Ia tidak mau menyuci pakaian, ngepel, mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Juga, ia tidak mau jika mengenakan pakaian yang tidak branded. Semua ini memang benar-benar kesalahannya dan istrinya karena terlalu memanjakan Natalie dari kecil. Mereka selalu memberikan apa yang Natalie inginkan.
David beranjak pergi dari ruang tamu menuju ke lantai dua. Pasti ia pergi ke ruang kerja pribadinya. Ia selalu pergi kesana untuk menenangkan diri jika ia sedang ditimpa masalah atau sedang sedih. Natalie mengalihkan pandangannya dari sosok ayahnya yang berjalan menaiki tangga, ke meja kaca dekat sofa. Di situ sudah terdapat tiket, visa, dan keperluan lainnya untuk ia berangkat. Natalie melihat tiket itu dan jadwalnya adalah besok pagi. 'Ayah benar-benar ingin mengusirku' batinnya.Namun, daripada ia harus jatuh miskin, Natalie menuruti kemauan ayahnya. Sebelum ia pergi ke Roma, ia memutuskan untuk memastikan sesuatu.
"Ma, Natalie pergi dulu. Jangan kasih tau papa." ujarnya sambil menyambar kunci mobil di meja.
"Baiklah. Hati-hati dan pulang cepat. Ibu harus menghabiskan waktu bersamamu lebih lama hari ini." balas ibunya dengan payu.
Natalie hanya tersenyum sambil berjalan keluar rumahnya. Ia ingin pergi ke apartment Glenn. Ia ingin melihat betapa menyedihkannya Glenn. Lebih tepatnya mereka berdua. Ia melajukan mobilnya dengan cepat sehingga berhasil sampai di tempat tujuan lebih cepat 20 menit. Natalie kemudian turun dari mobil dan berjalan cepat, masuk ke apartment lima belas lantai itu. Ia ingin segera melihat Glenn.
"Tadaaaaaa." ujar Natalie dengan senyum terkembang saat pintu apartment Glenn dibuka.
Glenn baru saja akan menutup kembali, tapi Natalie sudah menahannya lebih dahulu. Natalie dapat melihat kesedihan dari mata Glenn. Rencananya berjalan dengan lancar. Pengorbanannya tidak sia-sia.
"Apa kalian benar-benar berpisah? Baguslah kalau begitu." ujar Natalie dengan senyum yang menyebalkan bagi Glenn.
"Ya. Kami memang berpisah sekarang, tapi nanti kami akan kembali bersama lagi. Tunggu sampai hari itu. Akan kukirimi kau 1000 undangan pernikahanku." balas Glenn sinis.
"Wah. 1000 terlalu banyak. Lagian, kamu juga nggak bakal bisa menikah dengan dia. Kalau ibumu sudah tidak setuju, maka game over. Kamu tahu sendiri." balas Natalie dengan santai.
"Hei! Pergi sekarang atau akan kuusir paksa." Ucap Glenn mulai geram.
"Hahaha. Sabar aja. Aku akan pergi sebentar lagi. Ini akibat kamu mengabaikanku. By the way, aku juga akan ke Rome kok besok. Byeee." ujar Natalie sambil mengedipkan satu matanya.
Glenn kesal maksimal dengan Natalie. Setelah Natalie pergi ia menutup pintunya dengan keras. Namun, setelah dipikir-pikir, baguslah dia pergi ke Roma. Tidak akan ada pengacau lagi. Glenn berharap sebentar lagi Arsen benar-benar datang dan membantunya menjelaskan semua kesalahpahaman ini dengan ibunya.
Hai readers!! Terimakasih telah membaca Suddenly Married. Keep Reading!!!
Fyi : Author juga lagi buat cerita lain. Judulnya 'Can You Hear My Words?' Dibaca yaa!!
Voment kalian sangat berarti.
xoxo

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Married {SM}
Genç Kurgu[END] Tangan kecil Posica sangat terasa 'fit' di genggaman Glenn Grissham, seorang cowok yang paling anti sama perempuan. Walau awalnya hanya hubungan rekayasa, tapi entah kapan bunga-bunga cinta tumbuh di antara mereka. **** "Kita sudah ketahuan G...