Nayla terkantuk-kantuk saat setelah makan siang di kantin kampusnya. Udara siang itu membuat dia sangat mengantuk. Aneh. Biasanya dia paling anti mengantuk di saat kurangnya asupan angin sepoi-sepoi. Yang dia inginkan hanyalah tidur siang yang singkat sebelum dia melanjutkan kuliah siangnya.
"Nay?" Sisqa menepuk pelan pundak Nayla.
"Ya?" kata Nay malas.
"Lo ga ketiduran khan?" kata Sisqa.
"Ga kok," kata Nay. Sisqa tersenyum senang
"Kalo gitu, kita ke sana yuk. Ada yang main musik tuh," kata Sisqa. "Kali aja lo bisa fresh." Nayla memutar matanya. Dia sudah tahu keinginan hati sabahatnya itu.
"Ah...lo bilang aja mau ketemu sama Felix," kata Nayla. "Dia yang main, kan, hari ini?" Sisqa tersipu begitu mendengar nama Felix disebut.
"Yah itu hidden agenda-nya. Tapi kan sambil menyelam minum air, Nay! Biar lo juga jadi lebih bersemangat," kata Sisqa.
Nayla menegakkan duduknya. Lalu dia mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Ya udah, yuk!" kata Nayla, yang disambut senyum yang semakin lebar di wajah Sisqa. Dia tidak rela melihat Sisqa menjadi gemas sendiri karena mau ketemu pacarnya itu. Maklum pasangan baru.
Mereka berjalan bersisian ke gedung sebelah, tempat di mana anak-anak musik pamer kemampuan mereka saat jam makan siang.
"Nay, lo jadi lanjutin les biola lo?" tanya Sisqa.
"Yup," kata Nayla. "Lho gue belum bilang ya sama lo kalo gue dah mulai bulan ini?"
"Belum," kata Sisqa. "Siapa guru lo? Cewek atau cowok?"
"Cewek. Anak musik, angkatan kita," kata Nayla.
"Yah ... sayang banget," kata Sisqa. "Kalo cowok kan bisa sekalian dijadiin gebetan."
"Ih, males abis," kata Nayla.
"Eh, neng! Sadar diri napa? Lo tuh udah masuk usia legal punya pacar, kan? Sama cowok kok ga pernah tertarik sih?" kata Sisqa. Nayla tertawa garing. Sekelebat ingatan memasuki pikirannya.
"Itu kan yang lo tau," kata Nayla, berusaha menjaga suaranya senatural mungkin. Dia tahu bukan maksud Sisqa mengungkit-ungkit tentang lelaki manapun, termasuk Mika. Walaupun Sisqa tidak pernah bertemu dengan Mika, tetapi dia tahu seberapa Nayla menyukai lelaki itu.
"Atau jangan-jangan lo ga tertarik sama cowok lagi?" kata Sisqa. Nayla tersenyum penuh arti. Lalu dia menoleh pada Sisqa, menghentikan langkah mereka untuk beberapa detik.
"Tau ga sih, Sis, gue tuh sebenernya nunggu lo untuk tertarik sama gue," kata Nayla sambil meraih tangan Sisqa. Matanya menatap sendu mata Sisqa yang terlihat tidak siap menerima candaan Nayla.
"Najis!" Sisqa menepis tangan Nayla. Lalu mereka tertawa.
"Bawel sih," kata Nayla. "Orang masih belum kepengen pacaran kok."
"Tapi bukan berarti semua cowok kena jutek lo khan?" kata Sisqa. "Felix aja sampe ga enak hati lo klo nanya basa basi sama lo."
"Lha siapa yang suruh dia basa basi sama gue?" kata Nayla. Sisqa menggeleng-gelengkan kepalanya, heran.
"Lo nih aneh deh. Dia khan cuma mau bertemen sama sahabat pacarnya," kata Sisqa. "Lagian dia kan temen SMA lo."
"Iya, iya, gue tau kok," kata Nayla.
"Ramah sedikit sama cowok kek," kata Sisqa.
"Bawel ah," kata Nay.
Sisqa duduk di salah satu meja yang berada tidak jauh dari tempat Felix perform. Dia menikmati lagu-lagu yang dipersembahkan oleh band tidak resmi yang berisi 4 orang. Keempat orang itu sudah bersahabat sejak dulu. Kedekatan mereka membuat mereka menjadi band yang paling sering perform karena kecintaan mereka dengan kumpul bareng dan musik.
Nayla melemparkan pandangannya jauh-jauh dari keempat orang itu. Walaupun demikian, telinganya sangat dimanjakan dengan aransemen mereka yang kebetulan Nayla juga suka.
Selang beberapa lagu, band itu pun menyerahkan singgasananya ke performer lain. Keempat anggota itu membereskan barang-barang mereka. Felix memimpin berjalan ke meja Sisqa dan Nayla duduk.
"Kenalin nih, cewek gue." Felix menunjuk Sisqa dan memberi kesempatan ketiga temannya berkenalan dengan Sisqa. Sisqa mengulurkan tangannya untuk menyalami tiga teman Felix.
"Sisqa."
"Dimas."
"Ari."
"Andre."
"Duduk deh," kata Felix, yang sudah duluan menarik kursi di hadapan Sisqa. Ketiga temannya mengikuti jejaknya.
"Lho kok yang satunya lagi ga dikenalin?" kata Andre. Felix tampak ragu mendengar permintaan Andre. Pasalnya, Felix paham betul perangai Nayla kepada makhluk sejenis dengan dirinya. Felix tahu, Nayla sendiri pasti lebih senang dianggurin daripada kenalan dengan teman-temannya.
"Ah ya, itu Nayla, sahabatnya Sisqa,"kata Felix. Nayla hanya mengedikkan kepala ke arah Andre.
"Nay, Andre juga main biola loh." Felix buka suara lagi, mencoba mencairkan suasana.
"Oh ya, gue tadi liat kok," sahut Nayla. Walaupun dia terdengar tidak tertarik dengan fakta itu, tetapi dia mengangkat kepalanya. Pandangannya bertemu dengan Andre yang memandangnya dengan antusias tentang kenyataan bahwa Nayla juga memainkan biola. Nayla langsung memutar bola matanya dan menjauhkan pandangannya dari tatapan Andre. "Gue sih masih termasuk pemula."
"Instrumen yang oke, kan?" sambung Andre dengan semangat.
"Biasa aja." Nada datar Nayla jelas-jelas menyatakan keinginannya untuk tidak memperpanjang percakapannya lagi dengan Andre. Mau tidak mau, hal itu menyelipkan senyum di ketiga temannya. Sekalipun Sisqa juga berusaha keras untuk tidak tersenyum.
***
"Temen kamu itu, si Andre, dia naksir Nay ya? Ketara banget usahanya."
Ketika Nayla berpamitan untuk berjalan ke arah mobilnya sendiri, Sisqa menoleh untuk menyakinkan bahwa Nayla tidak berada dalam jarak dengar. Sebentar saja, Nayla sudah menghilang dari hadapannya. Sisqa lalu menggelayut manja di lengan Felix sambil membuka topik diskusi yang dari tadi dia ingin bicaakan.
"Sepertinya begitu," sahut Felix.
"Kasihan ya, Andre! Nay dingin banget," kata Sisqa, sambil terkikik pelan mengingat kejadian antara Andre dan Nayla. "Tapi kejadian tadi lucu juga."
"Iya sih," kata Felix. Felix nampak berpikir. "Hm...Gimana ya caranya supaya Nay ga dingin sama Andre?"
"Hehehe...jangan tanya aku. Nay tuh keras kepala banget klo udah berhubungan dengan urusan cowok," kata Sisqa.
"Tapi bokap dan adik dia cowok khan?" kata Felix.
"Itu sih beda!" kata Sisqa.
"Dan dia sama aku juga udah agak melunak," kata Felix.
"Butuh waktu dan banyak rayuan aku tuh," kata Sisqa. Felix dengan gemas menjawil ujung hidung Sisqa mendengar celotehannya.
"Emang kamu setuju, Nay sama Andre?" kata Felix.
"Ga tau," kata Sisqa. "Aku kan ga kenal Andre."
"Tipe romantis sih," kata Felix. Sisqa tertawa pelan.
"Itu sih bencana," kata Sisqa. "Udah ah, klo urusan cinta-cintaannya Nay sih, aku angkat tangan deh."
"Bener juga, ya? Biar Andre usaha sendiri deh," kata Felix. "Kalo aku banyak ikut campur, bisa-bisa aku diputuskan sepihak jadi pacar kamu sama Nay." Sisqa tertawa.
"Sayang juga sih. Hobi mereka sama. Pasti seru tuh klo mereka bisa deket. Ya kan?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Musikalisasi Rasa (SUDAH TERBIT)
Teen FictionHighest Rank #586 Teen Fiction (2 Okt 2016) #76 in General Fiction (13 Sep 2016) *Judul lama: Revenge: a Triangle Story* Nayla benci bermain musik karena Mika. Dia malah harus menahan diri untuk tidak menunjukkan kepiawaiannya bermain piano klasik k...