Part 16 - Heartbeat

537 77 8
                                    

Nayla sudah memutuskan dalam hati bahwa pengakuan Andre padanya tidak akan mengubah apapun. Tapi manusia hanya bisa berencana, tetap Tuhan yang memutuskan.

Andre sudah keluar dari kamarnya akibat diusir Sisqa. Cewek itu sebenarnya takut ada perang terjadi di kamarnya itu, mengingat hubungan Andre dan Nayla biasanya berujung pertengkaran. Jadi, setelah diusir Sisqa, Andre pergi meninggalkan Nayla di kamar, menyisakan debaran tak lazim di jantung Nayla ketika cewek itu melihat Andre berjalan menjauh.

"Andre tadi ngapain?" tanya Sisqa.

Nayla membuka mulutnya, nyaris saja dia mengatakan bahwa Andre menyatakan cinta. Tapi begitu sadar, dia menutup mulutnya lagi. Kepalanya diarahkan ke kakinya yang masih sedikit bengkak.

"Mijitin kaki gue," jawab Nayla pelan. Entah mengapa jantungnya berdebar-debar mengingat sentuhan Andre di kakinya.

"Trus udah enakan?" tanya Sisqa lagi. Nayla mengangkat bahu. Dia sungguh ingin kelihatan tidak peduli. Sisqa hanya geleng-geleng kepala melihat reaksi Nayla.

"Eh, Sis. Gue bête sama cowok lo," curhat Nayla.

"Heh?" Sisqa mengangkat alisnya mendengar kata-kata Nayla.

Yang barusan mijit dia kan Andre, kenapa dia bête sama Felix?

"Barusan dia ngungkit-ngungkit...hm...Mika," lanjut Nayla dengan sedikit ragu-ragu menyebut nama Mika. Pasalnya dia sudah tidak pernah menyebut nama Mika sejak sesi curhat patah hati yang panjang lebar dengan Sisqa tiga tahun lalu selesai.

"Serius? Astaga, si Felix butuh ditabok bolak-balik. Ngapain dia nyinggung-nyinggung orang itu?" Sisqa ikutan emosi. Sisqa tau hal yang paling membuat Nayla sedih dan hancur cuma Mika, berani-beraninya Felix menyinggung masalah itu sekarang.

"Dia bilang gue belum move on. Dia bilang percuma gue belajar biola sekalipun, orang itu ga akan peduli." Nayla menghela napasnya. Sedikit lega setelah dia bercerita pada Sisqa.

"Felix ada benernya. Lo emang belom move on."

"Sial lo. Gue udah move on. Gue cuma mau membuktikan bahwa sebenernya gue layak jadi pasangannya. Dan ketika waktunya datang, dia cuma bisa melihat gue dari jauh dan menyesal bahwa gue ga bisa jadi miliknya lagi, bagaimanapun dia menginginkannya." Sisqa tersenyum menyindir. Nayla melihatnya lalu mendengus. "Trust me, Sis. Yang tersisa buat dia cuma keinginan membuat dia menyesal. I don't give people second chance."

"In case lo lupa ya, Nay. He hasn't had his first chance." Nayla menghela napas. Dia kesal karena Sisqa benar.

"Lo sebenernya temennya siapa sih? Gue atau dia?" Nayla mulai merajuk. Sisqa langsung cengengesan.

"Temen lo lah. Hehehe..."

***

Saudara-saudari,

Maaf ya updatenya pendek banget. Ga jelas juga.

Anyway, saya lagi ga punya cukup waktu buat edit lanjutannya, udah mana kadang-kadang otak banjir imaginasi, maunya melenceng dari cerita yang sebelumnya saya tulis. Nah, yang melenceng adalah setengah terakhir part 14 sampai dengan part ini. Saya akan berusaha sekuat hati untuk mengembalikan alur cerita ke semula. Doakan saya. Haha.

Aslinya cerita ini, ga ada Felix maksa2 Nayla buat buka hati segala, mereka cuma ngomong casual aja, walaupun topiknya emang si Mika dan Andre (part 14). Part 15 dan 16 jelas belum pernah ada di cerita aslinya sebelum saya menulisnya kali ini.

Part 17 mudah2an saya sudah kembali ke jalan yang benar.

Ada plan speed ceritanya juga dipercepat. Ga sabar nunggu Mika muncul lagi di cerita ini dan kasihan yang baca kalo partnya kebanyakan yang ga jelas.

Saya sebisa mungkin update kalau ada waktu.

Jangan kangen ya, tapi tungguin kelanjutan ceritanya (apa sih?)

Terima kasih

-astrid-

Musikalisasi Rasa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang