Part 11 - Semester Break (2)

533 94 22
                                    

Hari semakin sore, kabut tipis menutupi udara sekitar villa. Kristi nyaris memekik riang ketika dia menyampaikan keinginannya untuk jalan-jalan sebentar di luar. Mereka pun setuju. 

Setiap pasangan nampaknya lupa bahwa ada dua orang yang jomblo di antara mereka. Akibatnya, ketiga pasang itu nampak asyik berjalan di depan dan memperlihatkan kemesraan mereka masing-masing, sementara Nayla mengekor di belakang mereka dan Andre berjalan di belakang Nayla.

Andre mengeluarkan iPod dari kantongnya dan langsung bernyanyi pelan mengikuti alunan lagu. Nayla mendengar Andre bernyanyi-nyanyi pelan di belakangnya tetapi dia tidak menoleh untuk melihatnya. Tiba-tiba saja, Andre sudah menjajari langkah Nayla.

"Lo mau denger? Lagunya bagus loh!" kata Andre. "Daripada lo cuma denger suara gue yang ga jelas." Andre melepas salah satu earphone-nya dan menyodorkannya pada Nayla.

"Enggak perlu," kata Nayla. Dia mempercepat langkahnya sehingga Andre tertinggal beberapa langkah lagi di belakangnya.

Nay, apa sih yang ada di dalam hati lo sampe lo harus bersikap kayak gini terus sama gue? Gue cuma pengen deket sama lo, Nay. Andre tidak menyerah. Ini hanya kesempatan yang hanya datang sekali dalam hidupnya.

"Nay!" panggil Andre. Nayla tidak menoleh. Andre mempercepat langkahnya dan berhasil menangkap tangan Nayla. "Tunggu dong!"

"Lepas!" seru Nayla tertahan. Dia tidak ingin ketiga pasangan di depan melihat tingkah mereka yang sarat dengan pertengkaran-pertengkaran kecil. Andre melepaskan tangan Nayla.

"Makanya lo jangan jauh-jauh dong. Gue khan mau jalan bareng lo, ngobrol-ngobrol dikit gitu," bujuk Andre.

"Gue ga mau," kata Nayla. "Gue mau sendiri."

"Ntar ilang loh!" kata Andre. "Udah deh, lo sama gue aja. Gue udah lumayan sering ke sini, ikut Ari main ke sini. Gue tau jalan kok. Lagian ini kan udah mulai gelap. Lo kan cewek."

"Bukan urusan lo," omel Nayla. "Lo tuh ga pernah ngerti ya kalo gue tuh kepepet aja mau ngomong sama lo selama ini. Bukan berarti gue mau bertemen sama lo."

"Loh kenapa cuma gue doang? Sama yang lain, lo ga sejutek ini," jujur Andre.

"Terserah gue mau jutek sama siapa," kata Nayla. "Itu hak gue."

"Iya, gue ngerti. Tapi boleh dong setidaknya gue dapat penjelasan yang cukup kenapa lo bersikap seperti ini sama gue. Gue kan korban jutek lo," kata Andre.

"Ga!" kata Nayla. Dia mempercepat langkahnya lagi. Andre berniat menyusulnya. Tapi baru berapa langkah, Nayla sudah menoleh ke belakang dan memandang sebal pada Andre. "Jangan deket-deket gue." Andre terpaksa mengangguk pelan.

***

Bukan Andre namanya kalau dia menyerah begitu saja. Saat menjelang makan malam, Andre memulai lagi tingkah manisnya pada Nayla.

"Kita pesen makanan aja ya? Males nunggu lagi buat masak. Belum ntar beres-beresnya," kata Ari. "Gue laper berat nih."

"Yah, atur aja deh, Ri!" seru Felix.

"Kalian mau apa?" kata Ari. "Pilihannya ada banyak. Ya rumah makan biasa gitu sih. Kesukaan gue nasi goreng ikan asin. Hehehe...ada yang mau mengikuti jejak gue?"

"Gue ikut Nay," seru Andre dari seberang ruangan yang masih sibuk mengetik di handphone-nya. Teman-teman mereka senyum-senyum aja.

"Gw ga makan," kata Nayla menyahut kata-kata Andre. Andre langsung meninggalkan aktivitas dengan handphone-nya dan menatap Nayla dengan wajah protes.

"Kok gitu sih? Seharian ini lo khan belum makan?" kata Andre. "Udah deh, pilih aja lo mau apa. Gue ikut. Oke?"

"Gue ga makan malem," debat Nayla.

"Kalo gitu, biar gue yang mutusin," kata Andre. Lalu dia beralih kepada Ari yang sedang sibuk mencatat pesanan teman-temannya di selembar kertas. "Ri, nasi goreng buat Nay dan bihun goreng buat gue; jangan pedes."

"Andre!" seru Nay kesal.

"Tenang aja. Klo lo emang beneran ga mau, gue sanggup kok makan dua porsi," kata Andre sambil melempar senyum. Nayla membuang muka.

"Rese!" seru Nayla tertahan. Sisqa mendekati Nayla.

"Udahlah, Nay!" kata Sisqa.

"Nyebelin banget sih jadi cowok," kata Nayla. "Ugh!"

"Maksudnya Andre baik. Lagian dia bener kan? Lo belum makan dari tadi," kata Sisqa.

"Ngapain sih dia sok-sok perhatiin gue, pake bilang ikut-ikut gue segala?" kata Nay. Sisqa tersenyum.

"Yah, namanya juga cari perhatian," kata Sisqa.

"Kurang kerjaan," rutuk Nayla.

Setelah makan mereka terbagi lagi menjadi dua kelompok. Ari, Sandra, Dimas, dan Kristi memutuskan untuk bermain kartu di lantai ruang tamu. Sementara Felix, Sisqa, Nay, dan Andre memutuskan untuk menonton film box office dari jaringan TV kabel vila Ari.

"Say, kamu belum mau tidur?" tanya Felix kepada Sisqa sambil menguap.

"Udah agak ngantuk sih. Tapi sayang banget hari pertama tidur cepet," kata Sisqa.

"Ya ga apa-apa. Lagian kan kita cape di jalan," kata Felix. "Tidur yuk!" Sisqa mengangguk.

"Nay, gue duluan ya!" pamit Sisqa.

"Hm..." jawab Nayla sambil mengangguk tetapi matanya masih menatap TV.

"Dre, gue duluan ya. Cape nih," kata Felix.

"Yup!" kata Andre.

Nay menyadari keadaan bahwa dia berdua dengan Andre di sofa. Tapi dia tidak menghiraukan itu karena film yang dia tonton lebih seru daripada memikirkan hal itu. Sementara Andre sudah mulai mengantuk juga.

"Hm...Nay?" panggil Andre, bermaksud meminta ijin untuk pergi duluan ke kamarnya.

"Apa?" kata Nay dengan pandangan mata tidak beralih dari TV.

"Gue duluan ya. Ngantuk berat nih," kata Andre. Nay mengangkat bahunya tidak peduli. Sementara Andre sedikit berharap Nay akan menahannya.

"Bagus deh!" kata Nayla. "Udah sana!"

Teman-teman mereka yang masih main kartu mencoba menahan tawa mendengar percakapan Nayla dan Andre.

"Uhm...ya udah," kata Andre. "Lo jangan tidur kemaleman. Ntar kecapean, lo sakit."

Merasa jengkel dinasihati, Nayla menatap Andre galak.

"Bukan..."

"Iya, gue tau itu bukan urusan gue," kata Andre, memotong kata-kata Nayla. "Cuma mau bilang aja sama lo." Andre tersenyum sepintas sebelum dia meninggalkan Nayla sendirian di sofa.

Musikalisasi Rasa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang