Halo, setelah sekian lama menghilang dari Wattpad, saya kembali membawa kabar baik! Cerita ini akan saya cetak secara indie. Kemungkinan siapnya dalam minggu-minggu ini. Cover cantik sudah jadi, judul pun sudah dipilihkan yang baru.
Maka dari itu, hanya beberapa part yang akan saya upload secara acak. Lengkapnya, kalian bisa baca di versi cetaknya. Untuk harga, saya rencanakan tidak akan mahal, karena memang hanya ingin peluk-peluk buku ini untuk kepuasan pribadi. Untuk ongkir, ditanggung pembeli ya.
Dulunya, cerita ini berjudul "Revenge: a Triangle Story. Lalu, apa bedanya sama yang pernah diposting? Tentu saja, yang edisi cetak lebih rapi dan ada tambahan back story yang memperkuat jalan cerita dan karakter-karakternya.
Semoga kalian suka, semoga kalian ikutan PO-nya.
Cheers,
Astrid
***
Nayla menatap cangkir teh yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Lagu Out of Reach oleh Gabrielle dalam versi Jazz yang diputar di kafe itu membuat emosinya semakin tidak bisa dikendalikan. Lagu itu benar-benar menceritakan apa yang dia rasakan sekarang. Gadis itu tidak berani mendongakkan kepala untuk menatap lawan bicaranya saat ini, takut air matanya jatuh. Dia tidak ingin menangis di hadapan Mika. Tidak sekarang.
Nayla merasakan hangat tubuh Mika ketika lelaki itu menyentuh tangannya. Napas Nayla tertahan, tetapi itu tidak membuat dia menarik tangannya dari sentuhan Mika.
"Are you okay?" tanya Mika. Suara lelaki itu terdengar sangat lembut di telinga Nayla. Nayla menghela napas berat. Lalu dia menasehati dirinya sendiri untuk menguatkan diri dan menghadapi Mika seperti yang seharusnya dia lakukan. Atau tepatnya, seperti yang Mika ingin dia lakukan.
Nayla mempersiapkan sebuah senyum untuk diperlihatkan pada Mika. Lalu dia mengangkat kepala. Pandangannya bertabrakan dengan mata cokelat Mika yang teduh. Mata yang akhirnya membuat Nayla jatuh cinta pada laki-laki itu. Mika membalas senyum Nayla dan menghela napas lega.
"I'm fine." Nayla menjawab. Suaranya serak. Dia lalu berdeham untuk menjernihkan suaranya.
Sambil berdalih ingin merapikan rambut, Nayla menarik tangannya dari sentuhan tangan Mika. Lalu senyumnya semakin lebar.
"Actually, fine doesn't fit. Ini berita yang sangat bagus. Gue ... bahagia, lo akhirnya punya kesempatan untuk mewujudkan cita-cita lo, Ka," ujar Nayla.
Mika tertawa renyah menanggapi komentar Nayla. Nayla ikut tertawa juga. What a great actress, Nay! rutuk gadis itu dalam hati.
"I know, Nayla! Gue sendiri nggak percaya kalo gue akhirnya diterima di sana," kata Mika. Dia menyisir rambut dengan tangan. Nayla sangat menyukai gesture itu. Menurutnya, Mika terlihat semakin keren. "Royal Academy of Music, gitu lho!"
Nayla memaksakan tawanya lagi. Walaupun dia tahu, hatinya sangat sakit menerima kenyataan bahwa Mika akan pergi jauh, jauh dari jangkauannya.
"Kerja keras lo selama ini layak untuk dapat kesempatan seperti itu," tandas Nayla menyempurnakan aktingnya.
"Thanks, Nayla! You're the best!" kata Mika. "Gue seneng punya temen baik kayak lo."
Teman baik...
Hatinya yang luka bagai diremas-remas. Nayla tertawa getir dalam hati.
Selamanya, gue cuma bisa jadi temen baik lo. Temen jalan lo, temen nonton lo, temen makan lo, temen curhat lo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Musikalisasi Rasa (SUDAH TERBIT)
Teen FictionHighest Rank #586 Teen Fiction (2 Okt 2016) #76 in General Fiction (13 Sep 2016) *Judul lama: Revenge: a Triangle Story* Nayla benci bermain musik karena Mika. Dia malah harus menahan diri untuk tidak menunjukkan kepiawaiannya bermain piano klasik k...