Part 16 - Dinner?

2.1K 122 5
                                    

"Cepatlah sedikit Ismaya. Kamu lamban sekali."

Ian berbicara dengan sedikit keras karena Ismaya masih mencoba mensejajarkan langkahnya dengan langkah pria itu. Kali ini mereka sudah berada di supermarket yang terletak satu lantai diatas toko buku tadi.

"Kamu jalannya terlalu cepat. Percayalah keju-keju itu bisa menunggu Ian."

Ismaya masih saja berjalan cepat tapi terhenti karena sedetik kemudian badannya menabrak punggung Ian yang berhenti secara tiba-tiba.

"Lihatlah. Aku bisa tahan berlama-lama kali ini." Ian tersenyum, melihat pemandangan di hadapannya dengan pandangan takjub.

Sementara Ismaya hanya melihat deretan rak-rak berjejer yang memamerkan berbagai jenis keju dari seluruh belahan dunia. Ia melirik Ian sekilas kemudian tersenyum dalam hati. Bagaimana bisa seorang pria jatuh cinta dengan keju?

"Lihat Ian. Keju Grana Padano!" Ismaya mencoba mengangkat keju besar itu dengan satu tangannya tapi ternyata tidak bisa, terlalu berat.

"Hahaha. Kamu lemah sekali." Ian tertawa mencibir melihat Ismaya yang masih mencoba mengangkat keju itu.

"Gajiku sebulan hanya cukup membeli beberapa slice keju itu kau tau?" kata pria itu lagi.

"Benarkah?"

Awalnya Ismaya merasa Ian berlebihan tapi setelah melihat harga keju itu, ia meletakkan keju itu kembali ke tempatnya semula dengan sangat hati-hati.

"Kamu tahu kenapa aku suka keju?" Ian menatap Ismaya, sambil memegang satu blok parmesan di tangannya.

"Because it goes well with pasta?"

"Darimana kamu tahu?"

"Kamu selalu terlihat bahagia kalau sudah menyangkut pasta Ian." kata gadis itu lagi, kali ini sambil tertawa pelan.

Ian tersenyum dan memandang Ismaya hangat. Ternyata gadis itu tahu banyak tentang dirinya.

***

Setelah puas melihat-lihat keju dan Ian yang membeli beberapa potong mozzarella stick, Ismaya dan Ian akhirnya memutuskan untuk kembali ke mobil.

"Um, Ian?" panggil Ismaya ketika mereka sudah berada dalam perjalanan pulang.

"Kenapa Ismaya?" balas pria itu tanpa melepaskan pandangannya dari jalanan.

"Kamu akan mengantarkanku pulang kan?"

"Tentu saja. Kamu pikir aku ini pria macam apa." kata Ian sambil melirik Ismaya sekilas.

"Tapi ini bukan jalan menuju rumahku." Ismaya mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan perkataan dan tindakan Ian yang selalu bertolak belakang.

"Oh, itu. Um, aku pikir kita sebaiknya makan dulu."

"Hahaha! Apa itu ajakan untuk dinner tuan?" tanya Ismaya sambil tertawa untuk menutupi keterkejutannya tadi.

"Kamu daritadi belum makan Ismaya." kata Ian lagi, ekspresinya datar tapi seperti ada campuran antara gugup dan canggung dari gesturnya.

"Baiklah, baiklah. Lagipula aku memang lapar."

"Jadi kemana kita?" kata gadis itu lagi, kali ini tidak bisa menutupi senyum lebar yang sedari tadi ditahan-tahannya.

***

"Kenapa dengan ekspresimu itu?"

Ian menatap wajah Ismaya dan tertawa melihat ekspresi gadis itu yang terlihat kaget sekaligus tidak percaya walaupun hanya sekilas.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang