Part 14 - Forgiveness

2.3K 150 1
                                    

"Mana perkataan kamu yang waktu itu Ismaya?! Kamu bilang tidak bermaksud untuk merebut Ian dari Hana!"

Jen dan Ismaya sudah berada di sisi belakang restoran sekarang. Kondisi disini sepi, membuat Jen dengan leluasa meneriaki gadis di depannya.

"Tapi aku benar-benar tidak melakukannya, Jen. Aku tidak mengerti kenapa keadaannya jadi seperti ini."

"Aku melihat kamu berdekatan dengan Ian di dapur tadi. Menurut kamu tadi itu apa!"

"Ma-Maafkan aku.." Ismaya sudah terbata-bata sekarang, kali ini bukan takut karena rahasianya akan dibongkar Jen, tetapi takut kalau seandainya perkataan gadis itu benar; maka ia telah melanggar ucapannya sendiri.

Kali ini Ismaya tidak mengerti dengan perasaannya.

"What the..?"

Hana tiba-tiba saja muncul dari pintu belakang restoran, ia terlihat kaget mendapati Jen dan Ismaya yang terlibat pertengkaran.

"Bagus sekali Hana! Kamu tiba tepat pada waktunya. Aku sudah muak melihat gadis ini."

"Jen, apa yang kamu lakukan?"

Tanpa diduga-duga, Hana menghampiri Ismaya dan memegangi tubuh gadis itu karena kakinya terlihat lemas sekarang.

"Kenapa kamu lakukan ini Jen?"

"Hana, gadis yang kamu pegangi ini merebut pria yang kamu cintai!" Jen berkata lagi, masih dengan nada yang sama.

"Dengar Jen. Ini semua tidak benar."

"Ya. Dan kamu salah paham," suara pria. Ketika mereka menoleh, Ian sudah berdiri di dekat mereka, menatap satu persatu gadis di hadapannya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Kamu tidak apa-apa?" Ian bertanya pada Ismaya, yang hanya dijawab anggukan gadis itu. Tangannya yang kokoh ia gunakan untuk menopang punggung Ismaya, membuat Hana melepaskan pegangannya.

"Saya sendiri yang berinisiatif untuk mendekati Ismaya," Ian berkata dengan lantang, menekankan setiap kata yang terucap dari bibirnya, "Karena saya lihat perbuatan kalian waktu itu. Ah, tidak. Salah. Saya memang sudah memperhatikan Ismaya sejak dulu. Jadi, camkan itu."

Ismaya tertegun. Benarkah?

"Kamu dengar itu Jen? Tidak ada harapan untukku." Hana memandang Jen dengan mata yang hampir mengeluarkan airnya.

Ismaya melihat sorot terluka dalam tatapan Hana, entah dorongan darimana tapi ia melepaskan pegangan Ian demi memeluknya. Memberinya kekuatan.

"Maafkan aku Hana."

Hana yang kaget mendapati dirinya dipeluk seperti itu, tak lagi kuasa menahan air mata yang sedari tadi memaksa untuk dikeluarkan. Ia membalas pelukan Ismaya, selagi berkata-kata tepat di telinga gadis itu.

"Kamu tidak salah Ismaya."

"Justru aku yang harusnya meminta ma-maaf," kata Hana yang mulai sesunggukkan di bahu Ismaya, "Aku tahu dari awal kalau kamu tidak salah apa-apa."

"Aku mungkin posesif tapi aku tidak buta. Sejak awal memang Ian yang mendekati kamu duluan. Aku saja yang tidak mau menerima kenyataan."

Mendengar penuturan Hana, Ismaya sekarang sudah bisa tersenyum lega.

Sementara Jen yang melihat itu semua terlihat tidak terima dan memilih untuk pergi dari tempat itu.

"Maafkan aku juga karena ikut campur dalam urusan pribadimu. Aku sedang kalut waktu itu."

Ismaya melepaskan pelukannya, membiarkan Hana menghapus air matanya dengan sebelah tangannya sendiri.

"Tidak apa-apa Hana. Kamu mungkin salah memperlakukanku selama ini tapi perasaan kamu tidak pernah salah." Setelah berkata seperti itu, Ismaya memandang Ian yang berdiri disebelahnya.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang