Part 21 - His ex

1.8K 109 1
                                    

"Kamu benar jadian sama Ian? Ceritakan dong! Hey, Maya!"

Sudah entah yang keberapa kalinya hari ini, tapi Hana seperti tidak bosan-bosannya membombardir Ismaya dengan satu pertanyaan yang lama kelaman membuat kepala gadis itu pusing.

Karena Ismaya sudah mengatakan hal yang sebenarnya, tetapi Hana seolah tidak mau mempercayai apa yang dikatakan gadis itu.

"Astaga Han. Aku kan sudah bilang, aku dengan Ian tidak ada apa-apa. Tolong jangan membuat kepalaku pusing."

"Tapi kamu gandengan begitu tadi, sudahlah jujur saja padaku May." Hana masih saja menatap Ismaya yang sedang mengocok adonan madeleine dengan mikser disebelahnya dengan tatapan menggoda.

"Aku benar-benar tidak jadian dengan Ian. Dia juga tidak akan pernah mau menjadi pacarku, kurasa. Atau mungkin butuh invasi alien ke bumi baru dia menembakku." Helaan nafas terdengar dari bibir Ismaya, berpikir kalau benar-benar tidak ada harapan untuknya.

"Kamu itu jadi orang pikirannya negatif melulu sih. Kita tidak tahu rencana Tuhan kedepannya, bukan?"

"Yah aku sih hanya bisa berharap Han," Ismaya masih sibuk dengan adonan madeleine, sekarang satu jarinya mencolek sedikit adonan berwarna kekuningan itu dan kemudian dicicipinya, hmm enak. "Kamu mengerti? Jadi jangan tanya hal yang macam-macam lagi."

"Oh, jadi ceritanya kamu sudah berharap nih?" kali ini Hana sudah menatap Ismaya dengan berbinar-binar, merasa kalau dirinya ikut-ikutan senang.

"Kalau kata Ian, 'berharap kepada Tuhan, jangan kepadaku.'" Ismaya mengulangi perkataan Ian, sambil melirik sekilas pria itu yang sekarang sedang sibuk mem-flambé masakannya.

Kembali diingatnya saat-saat ketika sedang bersama dengan Ian. Kalau berada di dekat pria itu, Ismaya bisa merasakan berbagai jenis emosi. Tertawa, kesal, kecewa, sedih, namun nyaman disaat yang bersamaan.

Padahal dulu hidupnya hanya dipenuhi oleh ketakutan dan kegelisahan.

"Kalau menurut pandanganku nih May," Hana kembali berbicara, kali ini sambil mengelus-ngelus dagunya, "Ian itu bukan pria yang sembarangan saja mengumbar hubungan, makanya dia tidak merespon ledekan orang-orang tadi."

Ismaya tertawa sejenak, "Bagaimana dia bisa mengumbar hubungan kalau kami pada dasarnya tidak punya hubungan apapun?"

"Iya juga sih. Tapi dulu ketika aku menyukainya," Ismaya menolehkan kepalanya menatap Hana sekarang, "Eits, dulu May, dulu. In the past. Jangan jadi sangar begitu dong." Hana kemudian terkekeh.

"Aku tahu satu hal pasti tentang Ian. Dia menganggap kalau cinta itu bukan hal gampangan, makanya dia hampir tidak pernah punya pacar." lanjutnya lagi sambil tersenyum, ternyata ada gunanya juga kegiatannya dulu yang suka mengekori pria itu.

"Kamu itu stalker ya? Hahaha," Ismaya tertawa pelan, "Jangan suka menguntit begitu, kebiasaan buruk."

Sementara Hana hanya bisa menggaruk belakang kepalanya. Sudah terlanjur terjadi juga kan?

***

"Ismaya, kamu di-summon Pak Wirawan tuh." Chris, salah satu karyawan delivery, tiba-tiba saja muncul di dapur dan memanggil Ismaya.

"Yang benar dong. Ada keperluan apa beliau manggil?"

"Mana kutahu. Sudah sana cepat ke ruangan beliau." kata pria itu sebelum berlalu pergi.

Ismaya mencuci tangannya dan merapikan penampilannya sebentar, sebelum kakinya melangkah menuju ruangan Pak Wirawan.

"Iya pak? Anda memanggil saya?"

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang