"Jangan pakai sneakers, pakai heels."
"Aku tahu cerewet. Aku mau dinner bukan mau jogging." balas Ismaya, masih dengan senyum yang setia menempel di wajahnya.
"Bagaimana kalau aku batalkan saja?" Suara tawa terdengar dari seberang sana.
"Gajimu sebulan masuk rekeningku." candanya.
Ismaya kembali memasangkan heels berwarna hitam yang menyempurnakan penampilannya malam ini. Mereka memang sudah pernah makan malam bersama – walaupun Ismaya tidak mau menghitungnya sebagai dinner – tapi Ismaya tetap berusaha menjadikan dirinya yang tercantik malam ini.
"Tidak bisa begitu, miss. Karena milikmu adalah milikku dan milikku adalah milikku."
Ismaya tertawa pelan, "Terserah kamu saja Ian. Kamu sudah sampai belum?"
Dengan satu gerakan Ismaya menyambar clutch yang senada dengan warna heels-nya. Ia kembali mengecek penampilannya sekali lagi. Setelah dirasa sudah pas, Ismaya bergegas keluar masih dengan ponsel yang menempel di telinganya.
"Are you ready to go?"
Ismaya hampir saja menjatuhkan ponsel yang dipegangnya ketika melihat Ian yang ternyata sudah berdiri di depan pintu flatnya.
Sementara Ian hanya bisa terpukau oleh penampilan Ismaya malam ini. Benar-benar sangat cantik.
"Kenapa tidak masuk saja sih?" perkataan Ismaya membuyarkan lamunan Ian.
"Hah? Tidak tidak. Kalau aku masuk ternyata kamu lagi berpakaian gimana?"
Ismaya terkekeh, "Itu gunanya mengetuk Ian."
"Sudah, sudah. Aku tidak mau berdebat," Ian memberikan lengannya, "Shall we?"
Ismaya mengangguk dan segera mengapit lengan Ian, lalu berjalan berdampingan bersama pria itu menuju mobilnya.
*
"Beritahu aku Ian!" Ismaya kini tampak mengerucutkan bibirnya, kenapa sulit sekali bagi pria itu untuk memberitahu kemana tujuan mereka malam ini.
"Jangan banyak bertanya," Ian terkekeh, "Yang pasti tempat lain selain angkringan itu."
"Apa jangan-jangan kamu mau mengajakku makan fast food?" Ismaya melipat kedua tangannya didepan dada, kesal juga dengan sikap sok misterius Ian.
"Hei bodoh, mana ada pasangan kekasih yang kencan pertamanya makan fast food. Tapi ide itu boleh juga sih," Ian tampak berpikir sejenak, "Kamu mau kita pesan pizza saja?"
Ismaya tampak menimbang-nimbang, sepertinya boleh juga. "Sepertinya enak juga. Atau kita makan pecel lele saja?" kata Ismaya, teringat dengan tenda-tenda pecel lele yang tadi mereka lewati.
Mendengarnya membuat Ian tertawa, "Orang-orang disana akan berpikir kalau kita ini tersasar dari gala dinner."
Ismaya kemudian kembali melihat dress yang dikenakannya dan jas formal yang pas sekali membalut tubuh Ian. Akan sangat aneh bagi mereka untuk makan pecel lele pinggir jalan dengan pakaian seperti raja dan ratu prom ini.
"Tapi aku mendadak kepingin makan pecel lele, Ian. Ayo kita makan disana saja."
"Lalu bagaimana dengan reservasi di restoran itu Ismaya?"
"Batalkan saja. Kamu kan punya banyak uang." Ismaya kembali merajuk lagi.
"Sorry I ain't get no money, I'm not trying to be funny but I left it all at home today." Ian malah menjawab perkataan gadis itu dengan bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life
RomanceHidup seorang wanita di umurnya yang sudah menginjak seperempat abad sejatinya penuh dengan kebahagiaan akan rencana-rencana masa depan untuk membuka lembaran baru. Tapi tampaknya kebahagiaan adalah satu kata besar bagi seorang Ismaya Hariani. Fakta...