Part 20 - Taunt limit reached

1.6K 113 1
                                    

Tok tok tok

"Oke, tenang Ismaya. For god sake it's just Ian!" Berkali-kali Ismaya menenangkan dirinya, sembari memandang pantulan dirinya sendiri di cermin, memastikan kalau penampilannya sudah cukup layak untuk dilihat bosnya itu.

Belum sempat Ismaya menenangkan dirinya lagi, suara ketukan kembali terdengar di pintu flatnya. Dengan keberanian yang ia kumpulkan sedari tadi, ia akhirnya keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu.

"Ian kamu kenapa tidak sabaran se – " kalimat Ismaya seketika terhenti ketika melihat sosok pria di depannya, "Aldrich?!"

"Hei, kamu berharap Ian yang datang?" Aldrich kini berdiri di depan pintu Ismaya, tersenyum menggoda sembari melihat ekspresi kaget yang terpampang jelas di wajah sahabatnya itu.

Ismaya mencubit pipi Aldrich, "Kamu benar Aldrich?"

"Aduh, sakit Ay." Aldrich mengelus bekas cubitan Ismaya, "Iya ini aku, memangnya kamu pikir aku ini apa? Bayangan?" balas Aldrich sambil menirukan gerakan jurus kagebunshin no-jutsunya Naruto.

" Aldrich mengelus bekas cubitan Ismaya, "Iya ini aku, memangnya kamu pikir aku ini apa? Bayangan?" balas Aldrich sambil menirukan gerakan jurus kagebunshin no-jutsunya Naruto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak, tidak. Kukira kamu itu Edward Cullen." Ismaya terdiam, pemikirannya sama sekali tidak masuk akal. "Bagaimana bisa kamu sampai disini?"

"Aku naik Pegasus tadi."

"Aku serius Ald."

Aldrich tertawa, rindu juga bercanda dengan Ismaya. Padahal baru kemarin mereka video call-an.

"Sekarang jelaskan padaku kenapa kamu bisa sampai disini."

"Perkara gampang, tapi bisakah kamu menyuruhku masuk lebih dulu?"

Ismaya menepuk jidatnya, baru sadar kalau mereka masih berada di depan pintu.

***

"Bagaimana kamu bisa sampai disini? Mana Serena? Wah, kamu menyakiti hatinya ya! Aku tidak akan pernah memaafkanmu Ald kalau benar kamu berbuat begitu."

Aldrich tertawa, tampaknya keberadaannya disini merupakan hal yang benar-benar aneh bagi Ismaya.

"Dengar, Ay. Kemarin sebenarnya aku sudah ingin memberitahumu tentang kepulangan kami lewat video call itu," Aldrich duduk di sofa bersama Ismaya disampingnya, "Tapi tiba-tiba saja kamu matikan." kali ini Aldrich berbicara sambil memanyunkan bibirnya.

"Maaf, kemarin aku ada urusan mendadak."

"Yah, aku tahu kok." Dalam hati Aldrich tersenyum, kemarin saat video call ia sempat melihat sosok Ian yang berada dibelakang Ismaya meskipun hanya sekilas. Jadi dia urusan mendadakmu Ay?

"Lalu, kamu kenapa kembali kesini?" tanya Ismaya, masih saja menginterogasi Aldrich.

"Mungkin memang aneh mengatakannya, tapi aku merindukan Indonesia. Serena juga." Untuk sesaat Aldrich melamun, baru beberapa saat ia menetap di London tapi rasanya seperti ada yang kurang.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang