Mila menyalahkan dirinya, membenci dirinya, pengakuan Kevin membuat senyum indah dibibirnya musnah, yang ada kini hanya air mata. Ia bahkan tidak tahu kabar itu, padahal ia mengetahui semua laporan yang masuk, mengabaikan bukan berarti tidak mau tahu soal Kevin apalagi Lysta, ia tahu, Mila tahu semua pergerakan Lysta. Apa mungkin gadis itu sakit parah? Tapi jawabannya tentu saja tidak gadis itu tidak sakit apapun, dan yang Mila tahu Lysta bermain terbuka dan selalu mengatakan apapun padanya, lalu apa ini? Kenapa tiba-tiba Kevin mengatakan sesuatu yang mencekik lehernya.
Oh Tuhan... Bunuh saja aku...
Mila berjalan gontai meninggalkan basement club, jiwanya baru saja pergi, menghilang entah kemana, dan Kevin sama sekali tidak menghentikannya.
"Kau sangat sukses menghancurkanku" Lirihnya, Mila tidak lagi menangis, wajah gadis cantik itu dingin dan datar. Tatapan matanya kosong, ia juga tidak sadar kalau di belakangnya kini Kevin sedang mengawasinya bersama Lysta. Ya... Lysta, gadis itu menunggu dimobil Kevin dan tidak ikut masuk ke dalam club.
"Vin, tidakkah ini keterlaluan? Okay, aku sangat mencintaimu, tapi melihat Mila hancur, aku merasa seperti pendosa" Ucap Lysta.
Kevin menoleh dan tersenyum lembut. "Tidak, dan ini sudah keputusanku, kau membuatku nyaman, dari dulu kau selalu pengertian, memahamiku, tidak pernah membantahku, tidak banyak menuntut, aku menyayangimu dan aku akan mudah mencintaimu, tidak ada perjanjian dalam cinta, jadi tetaplah di tempatmu, aku memilihmu dengan kesadaran penuh, dan aku tidak menjadikanmu pelarian apalagi pelampiasan, lagipula aku yakin Excel bisa menjaga Mila dan dia lebih baik dariku" Ucap Kevin.
Lysta menghambur memeluk Kevin begitu Kevin menghentikan mobilnya. "Terima kasih"
Mereka berdua saling menatap dan tersenyum, hingga akhirnya bibir mereka saling memagut seirama, tanpa mau tahu bagaimana perasaan Mila yang tanpa sengaja kini melihat mereka, matanya tidak buta dan ia masih bisa melihatnya dengan jelas.
"Ternyata kalian setega ini ya? Kalian benar-benar jahat!" Gumamnya, gadis cantik itu mengepalkan kedua tangannya disamping tubuhnya dan begitu kakinya sampai dipertigaan, tubuh Mila menghilang membawa rasa sakit yang menghancurkan hatinya, dan Mila tak lagi terlihat oleh Kevin ataupun Lysta.
☆☆☆
Hari terus berganti, waktu terus berputar, sudah menginjak dua bulan setelah malam menyakitkan itu, tapi Mila masih belum pulih dari rasa sakit hatinya, ia tetap hancur seperti malam dimana Kevin mengatakan sebuah kabar yang berhasil membawa pergi jiwanya, ia hidup tapi tanpa jiwa dan itu rasanya tidak hidup sama sekali. Bodohnya ia juga tidak mau keluar dari kantor Kevin, Mila bertahan, tapi kini Mila bukan lagi Mila yang dulu, walaupun tersenyum, senyum itu dingin dan getir tanpa ada kehangatan apalagi kelembutan didalamnya.
Ting
Pintu lift terbuka dan untuk kesekian kalinya, hatinya meringis pedih, matanya berkedut memerah melihat Kevin dan Lysta ada di dalam Lift dengan posisi Kevin memunggunginya dan tidak perlu pintar untuk mengetahui apa yang dilakukan mereka, mereka berciuman seperti biasanya.
"Shit!" Mila berjalan cepat meninggalkan lift, ia tidak mau terlihat bodoh yang terus berdiri menyaksikan sesuatu yang menyesakkan dadanya. "Mereka bahagia dan aku? Astaga Mila!!" Tangannya menekan dada kirinya, bodoh memang bertahan di tempat yang setiap harinya hanya akan semakin menghancurkannya. Tapi egonya terluka kalau menghilang, lebih tepatnya ia masih ingin tahu sejauh mana hatinya tak lagi kuat menahan derita.
Mila duduk ditangga darurat, dan Michelle datang menghampiri Mila, gadis itu tidak tega melihat Mila yang setiap malam membasahi bantalnya dengan air mata yang mengucur deras dari mata indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Obsession
RomanceTidak ada yang boleh memilikinya kecuali aku, dan aku akan melakukan apapun untuk membuatnya menjadi milikku . . Mila Adriana Lois Cinta yang sangat mengerikan membuatku tidak mengerti akan dirinya, karena aku merasa itu bukan sepenuhnya Cinta, hamp...