L&O [14]

60.6K 2.9K 93
                                    

"Ex... Excel..." Mila akhirnya menghubungi Excel, ia tidak mungkin menghubungi Kevin, dan lagi, Kevin juga mungkin tidak akan peduli.

"Tunggu aku, aku akan datang" Ucap Excel.

Lelaki itu tahu Mila sedang lembur, apalagi sekarang hujan diiringi suara petir, Excel pun paham kenapa Mila menghubunginya, lelaki tampan itu bahkan begitu panik mendengarkan suara Mila yang bergetar, dan secepat kilat Excel menyambar kunci mobilnya yang ada di atas nakas lalu berlari keluar rumah dan masuk kedalam mobil kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kau berurusan denganku Vin" Excel memukul stir mobilnya, ia marah, tentu saja dan ia sama sekali tidak habis pikir dengan Kevin. Biasanya Kevin akan selalu ada di samping Mila dalam keadaan seperti, tapi sialnya saat ia menemui Kevin, Kevin tidak mau mengatakan apapun tentang alasannya memilih Lysta.

Tak lama mobil Excel pun sampai di basement kantor Kevin, lelaki itu berlari dengan panik menuju ruangan Mila, dan yang membuatnya semakin khawatir gedung sudah mulai gelap dan beberapa security yang berjaga di depan, belum ada yang berkeliling jadi wajar saja tidak ada yang mengetahui keberadaan Mila.

"Ya Tuhan... Love" Excel membuka jaketnya, berlutut di depan Mila dan memakaikan jaketnya pada Mila, membawa Mila kedalam pelukannya, tubuh Mila menggigil hebat, membuat mata Excel berkaca-kaca dan kemarahannya pada Kevin pun semakin menjadi.

"Hiiikkksss... Aku takut Excel" Mila mencengkram kuat lengan Excel, ia begitu ketakutan, dan Excel mengecup puncak kepala Mila sebelum akhirnya Excel menggendong Mila.

"Ada aku, jangan takut, aku tidak akan membiarkanmu sendirian" Ucap Excel, lelaki tampan itu membawa Mila menuju mobilnya dan mendudukkan Mila di samping kursi kemudi.

"Aku tidak mau pulang ke rumah, aku tidak mau membuat Michelle dan Ali khawatir" Mila menahan tangan Excel saat Excel memakaikan seatbelt padanya.

Excel tersenyum lalu membelai pipi Mila. "Aku akan membawamu pulang ke rumahku" Ucap Excel.

Mila tersenyum samar, Mila bersyukur Excel selalu ada untuknya dan Excel tidak pernah mengeluh walaupun ia hanya menjadikan Excel sandaran ternyamannya setelah Kevin. Mungkin kalau lelaki lain sudah pasti akan memanfaatkan keadaan. Tapi Excel tidak.

"Terima kasih Excel, aku menyayangimu" Ucap Mila dan akhirnya Mila pun pingsan dan membuat Excel panik.

☆☆☆

Kevin duduk termenung di depan mini bar apartemennya, ia tahu Mila lembur, ia juga tahu Mila sangat takut petir, bahkan yang paling buruknya Mila akan pingsan karena ketakutan, tapi walaupun sudah tahu begitu, Kevin hanya berdiam diri di dalam apartemennya, lagipula ia yakin Mila akan menghubungi Excel.

"Aku tahu kata maafku tidak akan pernah cukup" Gumamnya. "Tapi aku sudah memutuskan semuanya" Lanjutnya.

Lelaki tampan itu menghela nafas lalu berjalan kearah jendela. Dulu disaat hujan yang diiringi suara petir, Ia akan selalu ada di samping Mila, memeluk erat Mila dan tidak melepaskan Mila sedetikpun, tapi sekarang ia tidak bisa lagi melakukan itu.

"Aku tahu kau gadis yang kuat Mila" Kevin tersenyum miris, kalau ditanya menyesal, ia sama sekali tidak menyesal. Semuanya sudah ia pikirkan dengan matang, hanya saja sebelumnya Kevin masih belum bisa mengambil keputusan. "Aku ingin kau bahagia meski tanpaku Mila, aku ingin kau..." Kevin mengusap kasar wajahnya, menatap kosong keluar jendela dan seketika hatinya sesak, bayangan wajah Mila yang sarat akan kekecewaan dan luka mendalam membuatnya kesakitan, tapi ia juga tidak bisa mundur. Ini bukan soal perjanjian apapun, ini murni kemauannya dan dari semua resiko, Kevin memilih jalannya.

Love and ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang