Chapter 3

303 24 1
                                    

-------

Aku berlari kearah taman belakang. Menetralkan detak jantungku dan pikiranku yang berkecamuk.

Menyandarkan kepalaku di Kursi taman, dan menengadahkan kepalaku keatas langit sambil memejamkan mata, memikirkan hal-hal yang baru kulakukan. Aku mengacak-acak rambutku sendiri begitu menyadari hal bodoh yang kulakukan.

"Arghhh." aku mengerang pada diriku sendiri.

Aku tersadar bahwa aku tak sendirian disini, aku sedikit malu ketika menyadari aku terlihat seperti orang bodoh. Aku dapat merasakan sedari tadi ia mencuri-curi pandang kearahku disela-sela bacaannya.

Ia tepat berada didepanku, begitu bodohnya aku tak menyadarinya sama sekali.

Mungkin ia berpikir aku adalah wanita yang sangat aneh.

Aku mencoba menormalkan diriku. Mencoba bersikap biasa-biasa saja seolah aku tak pernah melakukan hal aneh apapun.

Aku menatap kearahnya, matanya tetap tertuju pada bacaannya, ekspresinya sangat dingin. Tapi percayalah, ia sangat tampan.

Aku terus mempehatikannya, hingga aku tak menyadari bahwa aku sudah menopang daguku menatapnya, aku sangat suka ekspresinya, ia terkesan dingin dan misterius.

Biasanya jika seseorang ditatap seperti ini ia akan resah, tapi tidak, ia tetap bersikap santai.

"Kedipkan matamu."

Mwo? ia berbicara padaku? aku menatap sekeliling, tak ada siapa-siapa disini selain kami berdua.

Ia berbicara dengan matanya yang terus tertuju pada bacaannya, tidak heran mengapa aku bingung ia berbicara dengan siapa.

"Kau."

Seperti dapat membaca pikiranku, kali ini ia menatapku.

Tatapannya sangat dingin, raut mukanya tanpa ekspresi. Yatuhan, manusia macam apa dia?

"Mwo? aku?" aku menunjuk diriku sendiri seperti orang bodoh.

"Kau memperhatikanku sedari tadi."

"A-ah, mianhae." Aku tertawa gugup.

"Keluarkanlah." ia kembali berbicara dan menatap bukunya kembali.

"Mwo?"

Lagi-lagi aku dibuat bingung dengan perkataanya.

"Kekesalanmu."

"A-ah ne.."

"Kau bisa berteriak disini sesukamu, dengan begitu kekesalanmu akan berkurang." ia kembali menatapku. Masih tanpa ekspresi dengan suaranya yang berat.

Aku menuruti kata-katanya.

Aku berdiri dan merentangkan tanganku.

"Aaaahhh"

aku berteriak sekuat yang kubisa. Lalu aku menjatuhkan tubuhku kembali keatas bangku taman.

Memejamkan mataku dan menengadahkan kepalaku kelangit. Langit-langit seperti menangkap kekesalanku, dan meluapkannya bersama udara yang berterbangan. Hatiku mulai lega. Aku tersenyum.

Aku membuka mataku kembali.

"Gomawo. Kau sudah sangat membantuku." Aku tersenyum kearahnya.

Ia hanya menatapku dan berdiri dari bangkunya.

"Y-ya! kalau boleh tau, siapa namamu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku yang tak terkontrol ini.

Ia memberhentikan jalannya. Mengarahkan kepalanya sedikit kesamping.

SCHOOL FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang