----------Wonwoo melebarkan matanya mendengar 'pengakuan Ji Han.
Lalu setelahnya, ia menghela napas.
"Sudah kuduga."
Ji Han menundukan kepalanya. Ia terisak.
"Tapi aku berjanji, aku akan berpaling darinya Wonwoo ya! maka dari itu aku mohon bantuanmu!"
Wonwoo hanya diam.
Lalu beberapa detik kemudian, ia meletakkan tangannya dipucuk kepala Ji Han, mengacaknya gemas.
"Aku bersedia mengajarimu untuk berhenti."
Wonwoo memajukan wajahnya ke dekat Ji Han.
Ji Han tersenyum.
"Tentu!"
------------
Wonwoo mengajakku makan direstoran yang terbilang cukup mewah, padahal aku menolak untuk dibawa kesini, aku memikirkan kencan yang biasa saja.
Ia bilang, hari ini hari spesial untuknya, yaitu kencan pertama kami, jadi ia tak ingin memberi kesan yang biasa.
Akhirnya akupun menurutinya.
Jika mengenal dekat, Wonwoo tidak sedingin yang orang-orang lihat. Ia memperlakukanku dengan hangat dan romantis tentu saja.
Ia tipe lelaki gantleman.
Benar-benar tipeku dan seorang lelaki idaman.
Tapi masih saja tak dapat menghilangkan bayang-bayang Mingyu dari fikiranku.
Kejadian dirumah sakit barusan tiba-tiba saja terlintas dibenakku.
Tanpa sadar, aku menghela napas ditengah-tengah kesibukan kami saat makan, membuat Wonwoo langsung menebak apa yang sedang kupikirkan.
"Sudahlah, jangan terlalu memikirkannya. Aku disini untukmu." Ia tersenyum hangat sambil menggenggam tanganku yang membuatku sedikit tersentak.
Sudah kubilang, aku masih belum terbiasa dengan setiap perlakuan manisnya.
Rasanya masih agak aneh mengingat Wonwoo dengan sikap dinginnya, tiba-tiba berubah drastis seperti ini.
"Aku tidak sedang memikirkannya." aku berkilah sambil menyuapkan potongan steak kemulutku.
"Aku tahu kau berbohong." Ia melanjutkan kembali makannya.
Lalu setelahnya aku segera mengalihkan pembicaraan ini dan membuka pembicaraan baru.
Tanpa sadar, kami bercerita hingga larut malam.
Wonwoo itu pendengar yang baik.
Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk pulang karena hari yang sudah lumayan larut.
Wonwoo menghantarku sampai kedepan rumah. Senyum manis terus terpatri diwajah tampannya.
"Tidak mau masuk?" tawarku begitu kami sampai didepan rumahku.
"Lain kali saja, hari sudah larut." Ucapnya masih dengan senyum yang sama.
"Baiklah, kau boleh pergi sekarang." Aku juga memberinya senyum terbaikku.
"Tidak, aku akan menunggumu sampai kau masuk."
Aku terdiam sebentar ingin menyangkal.
Tapi akhirnya aku memilih untuk menurutinya.
"Terima kasih untuk hari ini Wonwoo ya.." Ucapku padanya masih dengan senyum manisku.
Ia mengangguk, lalu akupun segera beranjak darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL FIGHT
Teen Fiction"Dia tak akan menang dariku." Pria tinggi nan tampan yang dipuja-puji oleh siswi-siswi disekolah itu menampilkan senyum miring andalannya. "Aku tak akan kalah darinya." Seorang wanita sederhana yang terlihat kuat diluar, cuek dan pemberani itu juga...