-----"Ji Han-ah? apa kau sibuk?"
Tiffany mengejutkanku yang baru saja menyelesaikan tugas dari Mr. Choi, karena guru-guru sedang rapat sekarang. Jadi mereka hanya memberikan kami tugas."Um semoga saja tidak. Kalian tahu kan Mingyu sering sekali memanggilku untuk menjadi babunya. Jadi ku harap ia tidak menggangguku lagi sekarang." Aku memasang tampang lelahku.
Tiffany menghela napasnya.
"Ya kami tahu. Tapi ayolah, kau sudah jarang berlatih sekarang. Ayo kita keruang dance sekarang juga." Ia menarik tanganku.Aku melepaskan pegangan Tiffany pada tanganku. "Iya sebentar." Aku membereskan buku-bukuku lalu memasukkannya kedalam tas.
Tiffany sudah berjalan keluar kelas, aku menyusulnya.
Namun lagi-lagi suara handphoneku bergetar. Aku menghela napasku, sudah menebak siapa pelaku yang menyebabkan handphoneku bergetar.
Berhenti dihadapan Tiffany, aku membuka handphoneku dihadapannya.
Aku berdecak kesal membaca isi pesannya.
"Mingyu lagi?" Tiffany sudah dapat menebaknya.
Aku menggigit bibir bawahku dan memasang wajah memelas.
"Maafkan aku Tiffany-ya, aku tidak bisa menghentikan manusia gila satu ini. Aku harus pergi sekarang." Aku memegang tangannya.
Tiffany menghela napasnya lagi. Kentara sekali diwajahnya bahwa ia keberatan.
"Yasudah, berhati-hatilah Ji Han-ah." Ia menepuk bahuku.
Aku menganggukan kepalaku lalu berlalu pergi darinya.
Memang semenjak aku menjalankan perintah-perintah bodoh Mingyu, aku sudah jarang berkumpul dengan teman-temanku. Bahkan saat dikelas. Akhir-akhir ini guru-guru tidak pernah absen lagi untuk masuk kekelas ini, sehingga membuat waktu berkumpul aku dengan mereka sedikit. Namun disaat jam kosong, Mingyu selalu memanfaatkan aku seperti sekarang ini.
Jujur, ada sedikit rasa bersalah dihatiku dan tentunya rasa jengkel karena kelakuan Mingyu dan teman-temannya itu.
--
Aku tiba didepan kelasnya.
Melihatku yang tegak celingak-celinguk mencarinya, Mingyu memanggilku.
"Kemarilah." Suara dinginnya membuatku langsung menatapnya yang berada di sudut paling belakang kelas mewah ini.
'Untuk apa ia memanggilku kesini dan menyuruhku masuk??'
Ngomong-ngomong ini pertama kalinya aku masuk ke diamond class.
Dan seperti namanya, kelas ini memang sangat mewah, dan banyak benda-benda canggih disini.
Akupun berjalan masuk dengan tatapan-tatapan siswa-siswi dikelas ini yang menatapku lekat, enggan memutuskan pandangan mereka dariku bahkan saat aku menatap mereka balik.
Well... Tatapan itu sudah menjadi makananku sehari-hari, jadi sudah tidak ada pengaruhnya lagi untukku.
Aku berhenti dihadapan Mingyu yang sedang menulis.
Aku menatap ke sekitarannya, tidak mendapati teman-teman satu squadnya yang biasanya selalu bersamanya.
Ia menulis dengan wajah seriusnya. Tidak lupa menggunakan kacamatanya.
Kejadian semalam tiba-tiba terputar dipikiranku.
Membuat jantungku kembali memompa dengan cepat.
'Aishhh' aku segera membuang pikiran itu jauh-jauh.
"Kerjakan ini." Tiba-tiba ia bersuara. Aku menatap essay yang sedang dikerjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL FIGHT
Teen Fiction"Dia tak akan menang dariku." Pria tinggi nan tampan yang dipuja-puji oleh siswi-siswi disekolah itu menampilkan senyum miring andalannya. "Aku tak akan kalah darinya." Seorang wanita sederhana yang terlihat kuat diluar, cuek dan pemberani itu juga...