"Ya!! Ji Han!! Kau meninggalkan bekalmu!!." Ibuku tak berhenti berteriak dari arah dapur disaat kondisiku sedang seperti ini, membuat perasaanku bertambah buruk.Jam sudah menunjukkan pukul 07:02 pagi, pertanda 13 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.
Aku kesiangan, lagi.
"Iya-iya sebentar. Sepatu bodoh ini berulah." Aku berusaha memasangkan sepatuku sambil mengikat rambutku. Terasa sulit untukku disaat tergesa-gesa seperti ini. Tentu saja.
"Ya! Kau yang bodoh!" Ibu menyikut kepalaku. Aku meringis kecil. "Cepat waktumu tidak banyak. Kau mau Eommamu dipanggil lagi karena kau sering terlambat? aku sudah tidak punya muka cadangan lagi untuk kembali menghadap gurumu blablabla--" Ibuku terus saja mengoceh mumbuat kepalaku pusing seketika.
Setelah mengikat asal rambut hingga tali sepatuku, aku langsung lari keluar rumah.
"Aku pergi!!"
"Ya!! kau tidak mau menyalami Eommamu? Dasar anak durhaka." Aku mendengar Ibu terus saja mengoceh. Ia sungguh membuat keadaan bertambah buruk.
Aku lari kearah bus yang sedang berhenti, lalu segera menaikinya.
Oh tidak. waktuku tinggal 7 menit lagi.
"Ahjussi?! Bisa tidak kau percepat lajumu? Aku sungguh akan terlambat." Aku menghimbau seorang ahjussi supir bus tersebut tanpa tahu malu yang membuat orang-orang seketika menatapku.
Aku tak peduli. Beginilah disaat aku sedang panik.
Aku menghentak-hentakkan kakiku sambil berharap-harap cemas menatap jam tanganku.
Akhirnya busku tiba disekolah. Aku langsung saja berlari kearah gerbang yang tinggal sekitar 5cm lagi akan tertutup rapat.
Pas disaat aku menggapai pagar, pagar tersebut sudah terkunci.
Aku mendorong-dorong pagar tersebut dan memanggil-manggil satpam yang menutup gerbang.
"Lagi-lagi kau nona Park." Ucap satpam sekolah ini, menatapku jenuh.
"Ya! Aku hanya terlambat beberapa detik, ayolah jangan memperumit ini." Aku mengerang frustasi. Aku membujuk-bujuknya dengan mendorong kuat gerbang ini. Seperti orang kesetanan.
Ia tetap diam menatapku, matanya seperti memberi pesan tersirat padaku. Sial, aku tau apa yang ia mau. Aku menghela napasku.
"Kau mau ini?" Aku menyodorkan sebatang rokok padanya. Hey, aku bukan perokok. Tapi ini milik Hoshi, teman segilaku. Aku kalah taruhan padanya, jadi aku harus memberikannya sebungkus rokok. Ia memang perokok.
Dan jangan heran kenapa ia tak memarahiku yang memiliki rokok, karena satpam disini sudah terbiasa mendapati murid-murid disini mengantongi sekotak rokok, saking banyaknya, ia sudah kelelahan mengadukan siswa-siswi yang memiliki rokok, sehingga ia membiarkannya saja.
Satpam bodoh ini masih saja diam menatapku.
Dasar.
Aku menyodorkan 3 batang rokok lagi kearahnya.
Baru ia membuka kunci gerbang ini.
Ahjussi sialan.
Saat aku akan memasuki gerbang, aku mendengar suara kelakson dari arah belakangku. Aku membalikan tubuhku dan mendapati sebuah mobil sport merah keluaran terbaru berada dibelakangku.
Mobil itu terus mengklakson mobilnya kearahku karena aku mengahalanginya untuk lewat, membuat gendang telingaku serasa ingin pecah.
"Ya! Pendengaranku masih baik, kau cukup mengklaksonku sekali saja, tidak perlu bertubi-tubi!" Ucapku kesal berjalan kearah samping bagian pengemudi mobil sialan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL FIGHT
Teen Fiction"Dia tak akan menang dariku." Pria tinggi nan tampan yang dipuja-puji oleh siswi-siswi disekolah itu menampilkan senyum miring andalannya. "Aku tak akan kalah darinya." Seorang wanita sederhana yang terlihat kuat diluar, cuek dan pemberani itu juga...