"Mengapa mereka natap gue kayak gitu? Tatapan macam apa itu?" Ucap Fiana dalam hati.
Fiana tak memperdulikan tatapan seluruh siswa di sana. Yang terpenting saat ini ia harus menemukan 2 sahabatnya itu yang tega meninggalkannya sendiri. Fiana sedikit merasa kesulitan ketika berjalan mengguna heels yang cukup tinggi.
Karna disana sangat ramai sehingga ia harus sedikit memperlambat langkahnya karna takut terjatuh. Tiba-tiba ada seorang siswi yang menghampirinya dengan senyuman yang tak hentinya ditunjukkan kepadanya.
"Hai kak Fiana." Sapanya riang.
"Hai.." Jawab Fiana singkat.
"Wow... Kakak tau.. hari ini kakak tuh cantik banget kak, gue aja ampe pangling gak ngenalin kakak. Coba kalo setiap hari kaka seperti ini. Ola yakin pasti seluruh cowok SMA Nusa Bangsa pada ngejar-ngejar kakak." Pujinya yang menurut Fiana terlalu berlebihan.
"Bisa aja lo, jadi selama ini gua gak pernah terlihat cantik gitu?" Tanya Fiana kesal.
"Cantik kok. Cuman sekarang kakak lebih cantik aja." Jawabnya.
"Makasih deh. Tapi masalahnya pujian lo gak bisa bikin gue terbang." Ucapnya.
Ola yang mendengarnya hanya menghela nafas pasrah. Fiana meninggalkan Ola yang masih ditempat. Ia melanjutkan pencariannya. Sedangkan ola, iya masih menatap Fiana dari kejauhan.
"Padahal dari sekian banyak kakak kelas disekolah ini. Lo yang paling gue pengen lebih kenal lagi kak. Menurut gue, lo yang berbeda. Tapi sayang, buat lebih deket sama lo aja susah bagi gue." Gumam ola.
*****
"Lo berdua kemana aja sih. Tega lo yah ama temen sendiri. Temen lagi kesusahan gini malah dibiarin sendirian. Untung aja gue gak nyungsruk gara-gara ni sepatu gajebo." Omel Fiana langsung saat sudah bertemu dengan Yura dan Gendis.
Yura dan Gendis meringis dan nyengir tanpa dosa. Mereka memang sengaja berniat meninggalkan Fiana. Tapi, ternyata ia juga tak menyangka akan mendapat semprotan seperti ini.
"Ya maaf Na. Kita tadi ngeliat cogans, makanya gue ama gendis gak nyadar kalo tadi lo ketinggalan." Bela Yura sedikit ngelak.
"iya tuh Na. Yura bener" timpal Gendis membenarkan.
"Helleh alasan." Jengah Fiana.
"Gini aja deh nanti gue traktir papeda super pedes yang ada diperempatan jalan deket gang rumah lo gimana. Maukan? Untung-untung sebagai permintaan maaf dari kita berdua." Tawar Yura.
"Bener tuh lo maukan?" Timpal Yura sambil mengacungkan jempolnya kearah Gendis.
Fiana hanya menganga mendengar tawaran dari kedua sahabatnya. Mereka kira Fiana anak kecil usia 5 tahun apa? Yang disogok Papeda pedes langsung diem.
"Lo berdua kira gue bocah Tk apa? Yang lo jejelin papeda langsung diem. Parah banget lo ya berdua. Au ah gua mau minggat aja. Bye" Ucap Fiana kesal lalu meninggalkan mereka berdua.
"EH Fiana jangan pergi dong. Kalo lo gak mau papeda yaudah deh gua ganti ama cilung mak ijah yah, cilok deh cilok mau gakkk... woy Fiana yaahhh ngambek." Teriak Yura terus-terusan memanggil Fiana yang acuh dan sedikit geram dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Udah lah Ra.. Mendingan lo beliin cilung mak ijah ama tuh cilok buat gue dah kalo dia gak mau." Ucap Gedis lesu.
"Itu sih maunya lo Ndis." Sahut Yura.
Gendis hanya terkekeh mendengar ucapan Yura.
*****
Fiana berjalan ke arah tengah-tengah para siswa yang sedang asik menikmati acara itu. Ia merasa sangat kesal dengan kelakuan kedua sahabatnya itu. Bisa-bisanya mereka menawarinya makanan. Hanya sebuah makanan. Bayangkan apa yang mereka tawarkan. PAPEDA!! HANYA PAPEDA!! Benar-benar mereka sudah tidak waras lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE ONE [COMPLETED]
Teen FictionMungkin julukan Bad Girl tidak cukup untuknya. Gadis remaja yang selalu membuat ulah dan bersikap konyol. Dikenal tomboy tapi suka boneka barbie. Rajin bolos pelajaran tapi nilai paling tinggi. Yang hobbinya manjat pohon cerry tapi gk bisa turun. A...