Chapter 24 - Edisi Flashback

3.1K 182 8
                                    

Fiana merentangkan tangannya dan menghirup udara dengan sepuasnya. Ya udara dibandung memang sangat berbeda dengan udara yang berada di kota. Fiana tidak pernah merasakan suasana pagi hari seperti ini. Dulu, baginya hal seperti ini hanya hal mustahil yang ia bisa dapatkan.

Fiana melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berolahraga. Ya. Fiana saat ini ingin sekali melakukan jogging sambil menikmati pemandangan yang ada disini.

Fiana berfikir akan lebih seru jika ada yang menemaninya lari pagi. Fiana berfikir siapa yang akan ia ajak.

Yura? Fiana menggelengkan kepalanya. Yura dipastikan masih setia bregelung dibalik selimutnya, ia paling sulit untuk bangun pagi dan selalu berkata 'Masih gelap noh' padahal langit sudah cerah dan matahari sudah keluar dari persembunyiannya.

Gendis? Sudah dipastikan jika ia belum tentu mau. Karena Gendis itu orangnya Moody'an dan itu membuat Fiana sedikit kesal.

Tidak mungkin jika ia mengajak si kembar dibelah paksa itu. Yang ada Fiana tidak akan jadi untuk jogging.

Fiana berfikir sekali lagi. Lalu ia tersenyum, ia berniat untuk mengajak Rio dan Riyan. Fiana yakin mereka pasti mau.

Fiana pun langsung menghampiri Rio dikamarnya. Namun, saat Fiana masuk kedalam kamarnya ternyata Rio tidak ada dan itu membuat Fiana bingung. Fiana pun langsung mencari Rio ditempat lain.

Fiana berjalan ke arah kolam renang yang berada di belakang mansion dan ia melihat Rio yang sedang duduk dipinggir kolam renang dengan kaki yang dicelupkan dalam air.

Fiana tersenyum lalu menghampiri Rio dengan setengah berlari. Namun, seketika senyuman Fiana memudar ketika Manda lebih dulu datang dan menghampiri Rio, Manda langsung memeluk Rio dari belakang dan memberikan senyuman terbaiknya. Dan Rio pun membalas senyuman Manda.

Fiana yang merasa akan menjadi pengganggu memilih diam dan pergi. Fiana tidak ingin merusak kebahagiaan mereka dan suasana yang sangat romantis itu. Fiana tidak ingin melihat kebahagiaan sahabatnya hilang karena dirinya.

Fiana pun langsung berniat mencari Riyan. Namun, tetap sama Riyan pun tidak kujung ditemukan.

Fiana berjalan kearah pesawahan yang sangat luas namun juga tidak kunjung menemukan Riyan. Justru ia malah melihat Vino dan Gibran sedang dipinggir sawah dengan posisi sama-sama sedang menopang dagu.

Fiana yang penasaran pun langsung menghampiri mereka berdua.

Fiana mengerutkan keningnya saat melihat mereka yang tidak menyadari kehadiran Fiana.

"Oyy lu berdua lagi ngapain sih." Tanya Fiana langsung dengan wajah bingungnya.

"Lagi mancing." Jawab mereka bersamaan.

Fiana yang bingung pun langsung mengikuti arah pandang mereka. ia pun langsung tersedak saat melihat alat pancingan yang sedari tadi sudah tertancap di tanah dan tinggal menunggu ikan yang memakan umpannya. Tapi yang membuat Fiana bingung adalah mengapa mereka memancing di sawah?

"Terus muka lo kenapa pada kusut?" tanya Fiana lagi.

"Gak dapet-dapet." Ucap mereka berdua lesu.

"Padahal kalo dapet banyak pengen gue budi daya biar banyak." Ucap Vino tiba-tiba.

"Wiih keren tuh, budi daya ikan apa lo berdua maunya?" tanya Fiana antusias.

"Budi daya kecebong." Jawab Gibran dan langsung diangguki oleh Vino.

Jawab Gibran membuat Fiana menjatuhkan rahangnya.

"Lo berdua emang bener-bener gak waras." Cibir Fiana pada mereka berdua.

BE ONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang