Chapter 16 - Oh My Domseh ???

4.1K 230 5
                                    

Selama perjalanan pulang, Fiana tiada hentinya mengomel dan menceramahi kelakuan Yura yang lebih liar dari kelakuannya. Sedangkan, Yura hanya mengerucutkan bibirnya seraya menutup kupingnya rapat-rapat karena bosan mendengar siraman rohani secara live dari ustadzah bad girl seperti Fiana.

"Lo yah Yur. Pantesan aja si Gendis ogah-ogahan nemenin lo. Ja ama lo cuman di jadiin babu doang terus lu tinggalin buat modusin cowok gak guna kayak mereka tadi. Apaan coba?" omel Fiana sambil mengemudi.

"Ya maap. Abis efek jones nih hehe. Siapa tau aja ada yang naksir. Lagi pula bukan gue yang duluan kok. Mereka yang deketin gue." Jawab Yura enteng.

Fiana memutarkan bola matanya malas. Ia sudah lelah sedari tadi menghamburkan suaranya hanya untuk menceramahi patung jadi-jadian di sampingnya itu.

Fiana kembali memfokuskan ke arah jalanan. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang baru saja keluar dari toko buah. Orang itu langsung memasuki mobilnya dan langsung menjalankan mobilnya, Fiana pun langsung mengikutinya tanpa memperdulikan Yura yang memprotes.

"Eh kunyuk.. lo mau bawa gue kemana. Lo gak niatan nyulik gue kan terus dikasihin ke om om hidung zebra?" teriak Yura membuat Fiana kesal.

"Bisa diem gak sih bacot lo. Ikutin gue aja deh." Bentak Fiana tak kalah kencang.

Yura pun langsung diam tak bersuara. Sejujurnya ia sangat takut jika Fiana memarahinya. Rasanya seperti antara hidup dan mati. Bagaikan kepalanya berada di dalam mulut harimau.

Fiana dengan kecepatan yang tinggi mengikuti mobil itu sampai mobi itu berhenti di suatu tempat. Fiana mengerutkan keningnya saat melihat tempat tersebut.

"Rumah sakit?" guman Fiana. "Ngapain Manda kerumah sakit ini lagi?" lanjutnya.

Yura yang tidak mengerti mengikuti arah pandangan Fiana. Setelah itu ia pun langsung terkejut dengan wajah super absurdnya.

"Oh My Domsehhh.... Itukan Manda?" shock Yura sambil menutup mulutnya.

******

Fiana berjalan di koridor sekolah yang sudah sangat sepi. Ya Fiana lagi-lagi terlambat masuk sekolah, dan itu sudah biasa baginya.

Fiana berjalan sambil melamun seperti ada yang dipikirkan. Fikirannya dipenuhi oleh beberapa hal yang mengganjal sejak kemarin.

Ia merasa ada yang aneh, tapi ia tidak bisa membuktikannya. Hingga sesuatu yang sangat keras membentur wajahnya membuatnya mengaduh.

"Addaww... Siapa sih yang naroh tembok di depan muka gue tau gue lagi jalan." Omelnya sambil menunduk dan meringis kesakitan.

"Ehem." Mendengar orang yang ada didepannya berdeham membuat Fiana langsung mendongakkan wajahnya.

"Eh bapak... hehe." Ucap Fiana sambil terkekeh. "ASTAGAAAA!!! Pak!! Bapak tau gak?" tanya Fiana histeris. Sedangkan, Pak Mahmud hanya mendengus kesal lalu menggeleng.

"Ckckck bapak gak tau?" tanyanya sambil menggelengkan kepalanya. "Bapak harus tau ini." Ucapnya sambil membuka tasnya.

Pak Mahmud mengerutkan keningnya bingung melihat tingkah Fiana. "Ngapain kamu?" tanya Pak Mahmud sarkatik.

"Tenang pak, slow slow... sabar..." ucapnya sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.

setelah menemukannya Fiana langsung mengeluarkan benda itu dan langsung tertawa bahagia.

"Pak sini deh." Pintanya. Namun Pak Mahmud tidak mengikutinya membuat Fiana kesal sendiri dan memilih agak mendekat dengan Pak Mahmud. Lalu ia menjulurkan benda yang ia pegang ke arah wajah Pak Mahmud.

BE ONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang