"Gimana kabar lo? Udah sehatan kan?" tanya Riyan.
Rio tersenyum sambil mengangkat pundaknya. "Lo bisa liat sendiri kan. Gue gak apa-apa." Jawabnya sambil tertawa.
"Jaga kesehatan lo. Gue sebagai sahabat lo berhak buat ngingetin lo." Ucap Riyan datar.
Rio yang mendengarnya hanya melongo mendengar ucapan Riyan. "Riyan... Lo gak salah minum obatkan? Gue cuman takut nanti cairan pembersih toilet lo kira vitamin C lagi." Tanya Rio hati-hati.
Riyan mendengus sebal. "Gue ngingetin lo sebagai SAHABAT gue. Bukan berarti gue suka sama lo." Gumam Riyan dengan geram dan penuh penekanan. Sedangkan, Rio hanya terkekeh mendengarnya sambil menggaruk lehernya yang seperti panuan.
"Dan gue gak mau ngeliat orang yang gue sayang selalu sedih karena lo." Lanjutnya lagi dengan lirih.
Rio mengernyit. "Maksud lo? Manda?"
"Bukan." Bantah Riyan. "Tapi Fiana."
Rio terdiam sejenak. Lalu setelah itu ia tertawa terpingkal-pingkal sangat keras.
"Lo oon apa bego sih Yan." Tanyanya sambil tertawa. "Fiana sayang sama gue? Ya jelaslah.. dia kan sahabat gue. Sayang sebagai sajabat." Lanjutnya masih tertawa.
"Nanti lo juga bakal paham sendiri." Ujar Riyan membuat tawa Rio terhenti.
"Maksud lo apa?" tanya Rio serius.
******
"Lo lagi apa Yan?" Fiana mengerutkan keningnya melihat Riyan.
Riyan memutar bola matanya malas melihat pertanyaan bodoh Fiana.
"Ini apa Na?" tanya Riyan sambil mengangkat sebuah benda yang sedari tadi ia pegang.
Fiana melihat benda yang dipegang Riyan. "Itu buku." Jawab Fiana dengan wajah polosnya.
"Kalo tau ini buku. Terus menurut lo gua lagi ngapain coba?" tanya Riyan lagi.
"Lagi baca buku." Jawab Fiana polos lagi.
Riyan menghelas nafas. "Kalo lo tau gue lagi baca buku. Kenapa lo masih nanya sih Na?" kesal Riyan.
Fiana hanya terkekeh. "Hehehe sorry..."
"Sejak kapan lo lebih lemot dari Yura,Na?" tanya Riyan.
Fiana mendengus kesal. "Ya Maap kelles... Efek keroncongan nih perut... Udah mah pagi-pagi bukannya dapet sarapan malah dapet siraman qolbu dari Pak Mahmud lagi." Omel Fiana panjang lebar.
Riyan mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. Melhat ekspresi Fiana saat bercerita sambil mengomel membuatnya tertawa, karena itu sangat lucu menurutnya.
"Bakal cepet mati ketawa mulu lo." Ketus Fiana membuat Riyan berhenti tertawa dan langsung menatap horor Fiana.
"Lo doain gue mati?" ucap Riyan dengan nada naik satu oktaf.
"Kalo lo mati ninggalin emas batangan segudang mah. Gue doain deh tiap malem biar lo cepet mati." Cibir Fiana.
"Jadi lo beneran nyumpahin gue mati?" tanya Riyan tidak percaya.
"Hah. Udah lah... mending kita ke kantin dan lo traktir gue makan. Gue laper soalnya." Ucapnya kesal.
"Tapi kan lo belum jawab pertanyaan gue."
Fiana menatap Riyan dengan tatapan elangnya. Dan Riyan pun langsung kicep.
"Mau neraktir gue makan atau mau gue kasih bogeman mentah?" ancam Fiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE ONE [COMPLETED]
Teen FictionMungkin julukan Bad Girl tidak cukup untuknya. Gadis remaja yang selalu membuat ulah dan bersikap konyol. Dikenal tomboy tapi suka boneka barbie. Rajin bolos pelajaran tapi nilai paling tinggi. Yang hobbinya manjat pohon cerry tapi gk bisa turun. A...