Chapter 13 - Play

5K 269 2
                                    

Wajah mereka terlihat lesu sekali. Bagaimana tidak? Mereka berempat sudah mengunjungi rumah Rio. Namun, apa yang mereka dapatkan? Hanya sebatas rumah kosong seperti tidak ada penghuninya.

"Rumahnya kosong..." ucap Fiana lesu.

"Kira-kira dia kemana yah?" pikir Yura.

"Mungkin dia lagi ada acara keluarga kali?" jawab Gendis.

"Bisa jadi." Sahut Riyan sambil menganggukan kepalanya.

Fiana hanya bisa menghela nafas pelan.

******

"Kemana aja lo berdua? Kemaren pake gak masuk. Barengan lagi. Janjian lo yah?" Omel Yura.

"Enggak kok. Gue tuh kemaren tuh ada acara keluarga makanya gue gak sekolah." Jawab Manda gugup.

Ya. Sekarang mereka sedang berada dikantin. Seperti biasa. Tempat tongkrongan mereka adalah kantin jika di sekolah.

Fiana and the geng sedang mengintrogasi Manda dan Rio yang ternyata hari ini datang ke sekolah secara bersamaan. Dan tanpa basa basi lagi, mereka langsung mengintrogasi mereka layaknya penjahat yang kepergok nyuri kemben milik nenek-nenek sebelah rumah Yura.

"Kalo lo Rio?" tanya Fiana.

"Gue... Gue kemaren nemenin nyokap check up dirumah sakit. Dan itu mendadak banget jadinya gue gak bisa ngasih kabar deh." Jawab Rio.

"Lo semua gak bohongkan?" tanya Gendis dengan penuh selidik.

"Ya... Ya enggaklah. Hehehe." Jawab Rio sambil tertawa renyah.

Fiana mengangguk tanda mengerti.

"Hmm guys... Maen basket yuk???" tawar Riyan tiba-tiba.

"Wah iya boleh tuh. Cewek vs cowok lah." Sahut Yura.

"Hmm boleh juga." Guman Gendis.

"Fiana? Mau gak?" tanya Riyan.

"Gue mah hayuk aja. Toh gue gak bisa nolak kan." Jawab Fiana sambil mengedikkan bahunya.

"Kalo lo Rio. Pasti ikutkan?" tanya Yura.

"Hmm gue gak tau deh." Jawab Rio pelan.

"Lah kok gak tau. Udah ikut aja deh... Biasanya lo yang paling semangat kalo urusan kayak gini." Sahut Fiana.

"Hmm okkehlah gue ikut." Jawab Rio lalu mendapat tatapan aneh dari Manda. Rio yang mengerti dengan tatapan Manda hanya tersenyum. Seakan-akan menjawab 'Gue gak apa-apa'.

"Nah gitu dong... Terus kita mau maen kapan nih?" tanya Fiana.

"Gimana pulang sekolah nanti? Di lapangan sekolah?" jawab Gendis.

"Boleh tuh. Good Idea." Ucap Riyan.

******

Fiana merasa bosan mendengar siraman rohani siaran langsung tepat di depan wajahnya.

Ya. Sekali lagi ia mendapatkan ocehan yang menyerupai pidato kenegaraan yang panjangnya mungkin tak akan habis jika di susuri dengan jalan kaki.

Pak Mahmud selalu berkata bahwa ia sudah bosan dengan Fiana yang selalu berbuat ulah. Namun, sekarang mengapa ia malah betah untuk berlama-lama dengan siswi sepertinya.

"Pak... Bapak ceramah atau pidato atau lagi ngomelin saya?" tanya Fiana sambil menyenderkan tubuhnya pada tembok samping papan tulis.

"Fiana!!! Bisa lebih sopan lagi hah?" omel Pak Mahmud.

"Ini saya sudah bersikap sopan bapaaakkk...." ucap Fiana acuh.

"Kamu tau kan apa hukumannya jika melanggar aturan? Siapa yang nyuruh kamu untuk tidur di dalam kelas hah?"

BE ONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang