Chapter 2 - CAN FEEL

10.6K 472 97
                                    

"nih..."

"Apaan?" tanya Fiana.

"Ini handuk buat lo. Udah cepetan keringin rambut lo pake ni handuk. Takunya masuk angin." Perintah Riyan.

Fiana menerima handuk yang diberikan oleh Riyan. Ia sempat berfikir. Cowok sedingin dia bisa perhatian juga yah. Fiana tersenyum dalam hatinya. Ia merasa bahagia disaat seperti ini ternyata orang ada orang yang membuatnya bahagia, dan orang itu adalah cowok yang ia sukai sejak dulu. Meskipun itu adalah hal sederhana yang ia lakukan padanya.

Fiana menolehkan pandangannya kearah Riyan yang sedang duduk diatas sofa miliknya sambil menyenderkan tubuhnya. Mungkin ia kelelahan. Fiana mendekatkan dirinya ke arah Riyan.

"Riyan..." panggilnya.

"Hmm.." Haduhh ternyata sikap dinginnya sudah dalam Mode on.

"Gue mau nanya... kenapa lo bawa gue kerumah lo?"

Riyan membenarkan posisi duduknya dan melihat Fiana.

"Gue gak bisa ngelihat cewek dalam keadaan seperti lo tadi. Jadi lo gue bawa kerumah gue supaya lo bisa neduh dan ngeringin pakaian lo. Supaya lo gak kedinginan." Jawabnya.

"maaf kalo gua nyusahin lo. Seharusnya lo gak usah repot-repot ngebantu gue." Ucap Fiana menyesal.

"lo ngomong apa sih. Lo kan temen gue dan lo satu sekolahan sama gue. Walaupun gak terlalu akrab tapi udah kewajiban gue kan ngebantu temen susah."

Fiana tak percaya mendengar ucapan Riyan. Meskipun Riyan mengatakannya hanya sebatas teman. Tapi ia tetap tak menyangka bahwa Riyan akan berbuat seperti itu. Fiana merasa senang, kesedihan yang ia alama sejak tadi sudah tidak ia rasakan lagi. Dan sekarang tergantikan oleh perasaan yag luar biasa bahagia karnanya. Meskipun hanya hal sederhana namun membuat semua orang senang.

"Terimakasih Riyan." Ucap Fiana tulus dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Sama-sama" Jawab Riyan sambil tersenyum.

******

"Riyan gue pulang dulu yah. Maaf gue ngerepotin lo. Handuknya gue bawa yah gue cuci dulu. Besok gue kembaliin ke lo."

"gak usah. Buat lo aja. Anggep aja kenang-kenangan dari gue." Ucapnya.

"Tapi yan---"

"udah bawa aja gih. Udah sana balik keburu hujan lagi tuh." Perintahnya.

"Ngusir nih ceritanya." Ucap Fiana sinis.

"Iyah gue ngusir." Jawabnya nyantai.

"Huh.. okeh gue balik. Bye..."

"Bye... see you Fiana."

"Ya.." jawabnya malas.

Fiana berjalan keluar dari rumah Riyan. Setelah sudah sampai depan gerbang rumah Riyan ia sempat terdiam dan tiba-tiba.

"HUWAAAA GUE SENENG BANGETTTT.... ARGHHH MAKIN SUKA AJA GUE AMA LO YAN... HUWEKKK GUE GAK NYANGKA BANGET.... HUWEKKKKK GUE HAPPYYYYYYYYY VERY VERY HAPPY....." Teriaknya sambil jingkrak-jingkrak tidak jelas.

Fiana berjalan sambil tersenyum lebar dan terkadang ia melompat kegirangan dan memutarkan tubuhnya sambil merentangkan tangannya. Fix dia sudah gila!

Tanpa Fiana sadari ada seseorang yang memperhatikannya dengan senyuman yang ada di wajahnya. Dan ternyata senyuman itu adalah milik Riyan. Tiyan memperhtikan tingkah laku Fiana dari atas balkon kamarnya. Ia hanya tersenyum geli melihat tingkahnya dan mendengar ucapan konyolnya.

"Lo emang bener-bener aneh Na. Itu yang buat lo berbeda."

Lalu Riyan kembali masuk kekamarnya hendak merebahkan tubuhnya dan berniat ingin langsung tidur. Tapi sebelum tidur ia mengambil sebuah bingkai yang berisi foto ia dengan seseorang saat masih kecil. Ia mengusap pelan gambar itu. Dan menatapnya dengan tatapan sendu.

BE ONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang