Handphone milik Fiana sedari tadi berdering dengan cukup keras, sehingga Fiana mau tidak mau bangun dari tidurnya dan membuka matanya untuk mengangkat telepon tersebut. Ia melihat nama yang tertera adalah Yura. Untuk apa Yura menelponnya sepagi ini?
Fiana menjawabnya dan bertanya kepada Yura mengapa ia menelpon sepagi itu. Namun, setelah mendengar jawaban Yura. Fiana pun langsung menengan dan membulatkan matanya. Kemudian, dengan cepat ia langsung berganti baju dan ia pun langsung pergi dengan keadaan terburu-buru.
Sebenarnya apa yang telah terjadi?
Fiana berlari dikoridor rumah sakit dengan wajah yang sangat panik. Terllihat dengan jelas raut wajah Fiana yang sedang sangat khawatir.
Setelah sampai didepan ruang kamar rawat Rio, ia melihat semua orang sedang berada disana sedang berkumpul dengan wajah yang tidak kalah cemas dengan Fiana.
Fiana langsung menghampiri mereka dan langsung bertanya pada mereka apa yang terjadi.
"Kenapa semuanya diam?" tanya Fiana sedikit cemas. "Apa yang terjadi pada Rio?" tanya Fiana lagi.
Semuanya diam, dan pada akhirnya Ibunda Rio yang menjawab pertanyaan Fiana.
"Kondisi Rio menurun sangat drastis, ia dalam keadaan kritis sekarang. Dan ia betul-betul sangat lemah. Saya takut, terjadi apa-apa dengan Rio." Jawab ibunda Rio sambil menangis. Fiana yang tidak tega pun langsung memeluk ibunda Rio.
"Percayalah Bu. Semuanya akan baik-baik saja. Kita semua tau bahwa Rio adalah sosok yang kuat, dia gak akan kenapa-napa. Karena dia sayang sama ibu." Ucap Fiana menenangkan ibunda Rio. Walaupun sebenarnya ia ingin menangis sekeras mungkin saat mengatakan hal tersebut.
"Tapi, kita harus rela dan ikhlas jika Tuhan berkehendak lain." Ucap Ayah Rio membuat Fiana spontan tidak terima dengan ucapan Ayah Rio.
"Tidak!!! Saya yakin Rio akan sembuh. Dia sudah janji sama saya, Manda dan yang lainnya bahwa dia akan sembuh!!!" bantah Fiana membuat Ayah Rio menunduk dan menangis.
Yura dan Gendis pun langsung merangkul Fiana untuk menenangkan emosinya. Manda yang sedari tadi merangkul Ibunda Rio yang sedang menangis. Vino dan Gibran yang sedari tadi setia untuk menyimak sambil menemani Riyan yang duduk dikursi rodanya yang sedari tadi hanya diam.
Cukup lama mereka semua saling diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kegelisahan menyelimuti mereka semua. Hawa dingin yang mereka rasakan saat itu, entah kenapa tidak terasa menyejukkan, melainkan sangat menyakitkan.
Hingga sang dokter keluar dari kamar Rio dan membuat semuanya langsung menghadiahi sang dokter dengan ribuan pertanyaannya.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan Rio?" tanya Ibunda Rio langsung.
"Apakah keadaan Rio membaik?" tanya Manda.
"Anak saya akan sembuh kan Dok?" tanya Ayah Rio.
"Dia gak apa-apakan dok?" tanya yang lainnya.
Berbagai pertanyaan telah diberikan pada sang dokter. Tapi, ia tidak kunjung menjawab membuat semuanya cemas. Termasuk Fiana yang marah karena sang dokter hanya diam saja.
"Dokter, semuanya bertanya pada Anda. Apakah Rio baik-baik saja!!!" tanya Fiana dengan nada yang ditinggikan.
Sang dokter pun langsung menghela nafasnya berat. Seolah-olah apa yang akan ia sampaikan adalah sebuah beban.
"Kami sudah berusaha semampunya." Ucap sang Dokter pelan namun masih dapat didengar oleh mereka.
"Maksudnya dokter?" tanya Riyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE ONE [COMPLETED]
Teen FictionMungkin julukan Bad Girl tidak cukup untuknya. Gadis remaja yang selalu membuat ulah dan bersikap konyol. Dikenal tomboy tapi suka boneka barbie. Rajin bolos pelajaran tapi nilai paling tinggi. Yang hobbinya manjat pohon cerry tapi gk bisa turun. A...