"HAA- HA-HAAA---"
"HACIIMMMM..." Fiana bersin. Sedari tadi ia sangat sulit sekali untuk bersin.
"Busyett dah gue mau bersin aja susah yah. Njirrr perasaan buat buang angin aja gue gak sesusah ini." Ucap Fiana berbicara sendiri sambil sesekali menyeka hidungnya.
Fiana mengalami demam semenjak insiden jogging pagi kemarin. Ya. Memang dia akan mengalami demam jika ia terjatuh. Sehingga mau tak mau Fiana tidak masuk sekolah untuk beberapa hari mungkin?
"Kenapa sih ni ingus harus meler terus. Jadinya gue gk bisa sekolah deh. Ya ampun jadinya gue gak bisa ketemu my mut mut dongssss.." Gumam Fiana dengan gaya sok imutnya. Begitulah dia. Sudah sakit masih saja banyak gaya.
TOK... TOK... TOK...
Fiana mendengar ada yang mengetuk pintunya. Ia langsung membuka pintunya dengan langkah yang gontai. Dengan susah payah karena tangan dan kakinya yang luka karena insiden tersebut membuat Fiana agak lama untuk membuka pintunya.
Setelah berhasil menuju pintu ia langsung membuka pintu dan ia terkejut siapa yang datang.
"Ri-Riyan?" ucap Fiana terbata-bata.
"Hai." Sapa Riyan ramah.
*****
Riyan menaruh kantung yang berisi buah-buahan di atas meja makan milik Fiana.
Saat Riyan ingin membuka mulutnya. Namun, Fiana lebih cepat menyela.
"Gimana keadaan lo Yan? Gak ada yang luka kan? Tanya Fiana dengan suara serak sambil mencoba berjalan ke sofa ruang tamu miliknya.
Karena tak tega Riyan membantu Fiana berjalan dengan memapah tubuhnya secara perlahan.
"Harusnya gue yang nanya gitu ke lo Na." Jawab Riyan sambil membantu Fiana duduk.
"Lah kenapa Yan? Kan kemaren yang mau ketabrakkan lo?" sahut Fiana.
"Tapi bukan gue yang terluka, justru lo yang terluka. Dan itu karena kecerobohan gue." Ucap Riyah.
"Ini bukan kesalahan lo kok. Mungkin gue kurang hati-hati."
"Harusnya gue yang hati-hati saat nyebrang dan lo gak perlu nyelamatin gue. Liat noh!! Siapa yang luka? Lo kan..." omel Riyan.
Fiana terdiam tak bisa membalas perkataan Riyan.
"Kenapa lo nyelametin gue Na?" tanya Riyan dengan nada serius.
Fiana yang terkejut dengan pertanyaan Riyan menjadi gelagapan dan bingung untuk menjawab apa.
"Ya.. masa gue nolong temen sendiri salah sih hehe..." jawab Fiana terkekeh.
Namun Riyan masih tetap sama dengan wajah seriusnya.
"Kenapa dan Alesannya apa lo nolongin gue Na? Dengan tanpa pikir panjang lo maju nyelametin dan hampir aja nyawa lo taruhannya." Tanya Riyan dengan wajah dan nada seriusnya.
"Karena gue—gue.." ucap Fiana gugup.
"Karena apa?" tanya Riyan dengan nada sedikit tinggi.
Karena gue cinta sama lo Yan....
"Karena gue khawatir sama lo Yan."
"Khawatir? Khawatir bukan berarti harus biarin diri lo sendiri terluka kayak gini Na."
"Terus apa gue harus diem aja ngeliat temen gue nyaris di tabrak sama mobil?" ucap Fiana balik dengan nada tinggi.
Bukan teman Fiana!! Tapi orang yang lo cinta!!

KAMU SEDANG MEMBACA
BE ONE [COMPLETED]
Teen FictionMungkin julukan Bad Girl tidak cukup untuknya. Gadis remaja yang selalu membuat ulah dan bersikap konyol. Dikenal tomboy tapi suka boneka barbie. Rajin bolos pelajaran tapi nilai paling tinggi. Yang hobbinya manjat pohon cerry tapi gk bisa turun. A...