Bab 1. Ide Gila Para Oma

10.2K 451 33
                                    

Tap ... tap ... tap ...

Maya melangkah mengendap-endap. Pandangannya menyelisir keadaan sekitar, ia tengah mengamati seraya tetap melanjutkan langkah dengan hati-hati. Dari pengamatan Maya, terlihat di taman yang terletak tepat di samping ruang tengah, atau lebih tepatnya di samping rumah, dari kejauhan ia melihat saudara kembarnya -Mike-- dan Karina -istri Mike-- tengah bermain dengan Gavril - anak mereka-- dan juga anak angkat Maya bernama Ella.

Tepat di teras rumah, Maya melihat ibunya - Lili-- tengah menyirami tanaman, lalu ada ayahnya -Danu-- yang tengah duduk santai di kursi teras. Serta yang terpenting adalah ...

Para Oma rempong!

Iya, iya, para cucu lebih akrabnya memberi mereka gelar The Sassy Grandma. Penentuan gelar ini pastilah memiliki alasan dari para cucu yang telah mengecap rasa dari tindakan para Oma. Namun, meski pun begitu mereka tahu bahwa tindakan para Oma semata-mata untuk kebaikan mereka.

The sassy grandma sendiri beranggotakan tiga orang; Sara, Dara, dan Rika. Saking ribetnya berurusan dengan mereka, membuat para cucu harus lebih hati-hati dalam bertindak. Pasalnya, titah para Oma ini, bagaikan petuah mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Berani mengganggu gugat? Siap-siap, terima risiko direcoki para oma dengan lambaian seriosa merdu yang merusak dunia kedamaian.

Nah, ini jugalah penyebab Maya sangat-sangat tidak ingin memperlihatkan wujudnya saat ini. Terlebih di depan para oma yang memiliki kerempongan stadium dewa ini. Ia kini berada di posisi terdakwa bagi para Oma.

Maya bersyukur, karena para Oma kini terlihat tengah berbincang-bincang seru di ruang tamu. Alhasil, mereka pasti tidak menyadari radar keberadaan Maya.

Ok, keadaan masih aman terkendali.

Kembali ia melanjutkan langkah. Menuju dapur dan kabur melalui pintu belakang adalah hal yang telah ia rencanakan sedari kemarin malam. Batinnya menjerit bahagia begitu melihat pintu belakang tepat berada di depan.

Mempertahankan gerakannya, Maya dengan hati-hati memegang ganggang pintu, memutarnya secara perlahan guna menyamarkan bunyi ketika pintu tersebut akan dibuka.

"Eits .... Mau ke mana?"

DEG

MAMPUS!

Seketika tubuh Maya menegang bak patung. Ia menegak salivanya tertahan. Maya merutuki kebodohannya. Tampaknya, Maya melupakan satu spesies penghuni rumah ini yang lebih berbahaya sekaligus juga menjengkelkan.

Dennis, dia adalah adiknya. Salah satu makhluk terusil di kediaman ini. Penikmat sekaligus pengedar gosip yang keabsahan beritanya dapat dipercaya.

Dengan kikuk, Maya memutar badannya, menghadap ke arah sumber suara.

Dennis berjalan mendekati Maya. Tidak lupa dengan wajah super menyebalkan miliknya. Dia memandang penampilan Maya dari atas sampai ke bawah.

Ia tengah dinilai.

Dennis memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Entah mengapa, pergerakan Dennis berjalan mendekati Maya bagaikan gerakan slow motion. Terasa mencekam. Semakin mendekat, semakin pula Maya menahan napasnya.

"Wah, wah, pagi-pagi udah rapi gini ... mau ke mana sih, lo?" introgasinya dengan senyum lebih menyebalkan khas miliknya.

Butuh waktu beberapa detik untuk Maya menormalkan pernapasan. Setelah itu, ia memutar bola mata, memandang Dennis dengan malas. Tidak perlu ia menjawab, Dennis pasti tahu Maya hendak ke mana.

Blind Date (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang