our story ; sebelas

3K 407 23
                                    

Pemuda itu tersadar dari tidur panjangnya. Ia tetlelap selama dua hari.

Ketika ia membuka matanya, ia sama sekali tak mengenali tempat dimana ia berada.

"Hei, anak muda? Kau sudah bangun?"

"Anda siapa?' tanya nya.

"Ah, aku Kwon Junyong. Aku menemukan mu pingsan ditengah jalan dua hari yang lalu"

"Terimakasih" gumam pemuda itu.

"Kalung mu aku simpan dilaci nakas disebelahmu"

"Hm, sekali lagi terimakasih ahjussi"
.
.
.
.

Kaki jenjang itu terus melangkah dengan terburu-buru. Ia terlambat.

Ketika sampai di parkiran apartemen nya, ia mencari kunci mobil didalam tas tanpa menyadari adanya sosok lain yang berdiri dihadapannya.

Hingga tubuhnya membentur tubuh orang dihadapannya.

"Hai anak sulungku" ujar pria itu.

"A-ayah, mau apa kau kesini?" tanya nya sinis.

"Aku ingin menyapa anak ku, tidak boleh?"

"Ck, kau tidak pernah benar-benar menyapa kan? Pergilah, aku harus bekerja" usir pemuda itu.

"Kau mengusir ayah mu?"

"Kau tak pernah menganggapku sebagai anak , kalau kau lupa"

Pria yang lebih tua mencengkeram kerah baju yang lebih muda, "Yoon Eun Hee memang pantas dibunuh" ucapnya.

Mata pemuda itu mulai berkaca menahan tangis dan juga amarah.

"Aku tau kau yang membunuh mereka! Kau membunuh MEREKA LIM XIN WU SIALAN!"marahnya.

"Kau! Harusnya kau juga mati bersama ibumu, bukan anak ku yang harus merelakan nyawanya"

"Itu salah mu sendiri pak tua! Cepat atau lambat , aku akan membawa mu ke neraka, tidak--sebelum aku membuktikan semuanya dipengadilan" ujar pemuda itu.

Lim Xin Wu, pak tua itu menarik kerah anaknya dan menyodorkan pistol di pelipisnya, "aku akan membunuhmu!"

"Bunuh saja! Setelah aku mati maka semua kejahatan mu akan terungkap!"

Lim Xin Wu menurunkan pistolnya, lalu ia membisikkan sesuatu, "istriku menderita, segera beritahu aku dimana dia"

"Aku. Tidak. Akan. Pernah. Memberitahukannya!" tegas pemuda itu.

"Kau akan menyesal Yoon Jeonghan!" ujar Lim Xin Wu dingin.

Setelah itu ia meninggalkan Jeonghan sendiri, tubuh Jeonghan merosot, ia menunduk hingga sebuah kalung yang ia sembunyikan keluar dari balik kemejanya. Ia menangis, ia menggenggam erat bandul kalung itu.

"Kuharap kau tidak sepertinya"gumamnya.

.
.
.
.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang