"Seokmin apa kita akan benar-benar menikah nantinya?".
.
Seokmin menurunkan Soonyoung dari atas sofa dengan kedua tangannya, lalu ia duduk di sofa itu dengan Soonyoung yang masih setia berdiri didepannya. Seokmin mendongak dan Soonyoung menundukkan kepalanya menatap Seokmin penasaran.
"kalau kau ingin sekarang , kita bisa pergi ke gereja dan menikah hari ini" jawab Seokmin.
Soonyoung tersipu. "tadi—" ujarnya ragu
"hm, kenapa tadi?"tanya Seokmin sambil memainkan kedua tangan Soonyoung.
"tadi , aku bertemu dua teman baru, dan kami-uhm kami menceritakan tentang hubungan kita, dan aku tak sengaja bilang kalau kau sudah mengajak ku menikah"
Seokmin masih diam , mendengarkan Soonyoung dengan baik.
"mereka bicara ini dan itu, tapi uhm –perkataan Jihoon membuat aku terus memikirkannya"
Seokmin menaikkan alisnya seakan bertanya 'dia bilang apa?'
"Jihoon bilang, ada beberapa pria yang bisa –h-hamil"Seokmin terkekeh, "memangnya kenapa? Kau takut?"
Soonyoung menggeleng cepat "t-tidak bukan itu. Duh , aku sama sekali tidak takut ,se-selagi itu dengan mu" ucap nya cepat namun nada suara nya semakin pelan ketika ia sampai di kalimat terakhir.
Lagi-lagi Seokmin terkekeh , ia meraih tengkuk Soonyoung lalu mengecup singkat bibir Soonyoung. "lalu kenapa?"
"jika d-dia sudah lahir, siapa yang akan menjaganya. Aku kuliah dan kau bekerja" oh-jadi itu yang dikhawatirkan Soonyoung.
Belum meinkah saja ia sudah memikirkan nasib anaknya kelak, bagaimana jika sudah menikah nanti.
Seokmin berdiri dari duduknya , membuat Soonyoung yang tadi menunduk sedikit menengadahkan kepalanya. "jika aku mengajak mu menikah sekarang, apa kau siap?" tanya Seokmin sirat akan keseriusan. Apa Soonyoung baru saja di lamar untuk yang kedua kalinya?
Wajah Soonyoung memanas, sebenarnya ia sudah siap sejak lama, jika itu dengan Seokmin detik ini pun dia siap untuk terikat di hadapan tuhan.
Sebagai jawaban , Soonyoung mengangguk kecil. Seokmin tersenyum cerah, "mau ikut aku kesuatu tempat?" tanpa persetujuan Soonyoung , Seokmin sudah menarik tangannya dan membawanya kesebuah ruangan yang Soonyoung tak tau keberadaannya. Ruangan itu ada tepat diatas kamar Seokmin, lebih tepatnya loteng yang dijadikan ruangan yang terbilang cukup romantis.
Ketika lampu dinyalakan , Soonyoung dapat melihat , Ada sebuah piano yang sedikit berdebu. Sebuah meja dengan tumpukan partitur diatasnya. Banyak foto-foto yang di jepitkan di sepanjang lampu hias. Juga sebuah sofa panjang yang ditutupi kain putih.
Selain itu ada sebuah rak buku yang penuh dengan novel-novel romansa. Dan juga sebuah foto berukuran besar dengan sepasang pria dan wanita didalamnya.
"ayah angkat ku orang yang romantis" ujar Seokmin tiba-tiba. Ia membersihkan sedikit debu di atas piano, lalu mengambil kursi yang sengaja di letakkan berjauhan dari piano. Ia duduk diatasnya disusul dengan Soonyoung yang duduk disebelahnya.
"novel-novel itu punya ibu ku, biasanya beliau akan duduk di sofa itu dan ayahku memainkan nada-nada yang indah" sambung Seokmin lagi.
"mereka orang tua angkat mu?" tanya Soonyoung menatap foto yang terpajang disana. Seokmin mengangguk.
"dengar baik-baik ya, suara ku bagus kok" kata Seokmin , ia mulai menekan kan tuts demi tuts , mengalun kan nada yang indah. Ia menatap Soonyoung , menggerakkan bibirnya 'lagu ini untuk mu' , lalu mulai bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Fanfiction[Complete] Lee seokmin , pemuda 24 tahun.pengusaha sukses dan juga pemimpin mafia yang disegani. Kwon Soonyoung, 17 tahun. Seorang budak. "Kumohon tolong aku!" SEOKSOON ; slight! Meanie. Cheolsoo.