our story ; lima belas

2.8K 392 32
                                    

Joshua membuka pintu perlahan , ia melihat Soonyoung yang duduk bersandar kan kepala kasur. Joshua dapat melihat dengan jelas wajah kesal soonyoung.

Joshua berjalan ke tepi kasur, lalu menyodorkan ponselnya, "dia ingin berbicara"

Soonyoung melirik nya, ia mengambil ponsel itu lalu mengarahkan kamera depan agar wajah nya terlihat jelas.

"Kau benar-benat menangis?" tanya Seokmin dari seberang sana.

Sebelumnya joshua memilih untuk membiarkan dua manusia itu bertegursapa.

"Apa kau benar-benar hampir mati?" tanya soonyoung mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan padanya.

Seokmin mengarahkan kameranya ke semua luka yang dia dapat, "yah , hanpir. Tapi aku sudah berjanji untuk kembali"

Soonyoung dapat merasakan wajahnya sedikit memanas.

"Kenapa kau menangis?" tanya Seokmin.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan semua luka itu?" lagi-lagi soonyoung mengalihkan pembicaraan.

"Aku bertanya Soonyoung, jawab aku!" ujar seokmin jengah.

"Aku--aku hanya ingin" jawab soonyoung asal.

"Bukan itu yang ingin aku dengar" kata seokmin.

"Kalian berdua , tinggal bilang 'aku merindukanmu' apa susahnya sih!" itu suara Seungcheol menimpali.

"Aku tidak merindukannya! Jadi, kenapa kau menangis?" ulang seokmin.

"Kau tidak merindukan ku?" tanya soonyoung dengan nada yang ia buat seperti nada 'tak percaya'/?

"Er--lupakan, kau belum menjawab ku"
Kenapa Seokmin jadi menuntut akan hal itu ,sih.

"Y-ya, a-aku me-mengkhawaatirkan mu" ujar soonyoung , setelah itu ia meletakkan ponsel joshua begitu saja di sisinya.

Wajahnya benar-benar memerah. Ia malu sekali. "Aku terdengar seperti seorang gadis yang mengkhawatirkan kekasihnya'' batin soonyoung. Ia menutup kedua wajahnya dengan tangan. Membiarkan sambungan video callnya begitu saja.

Tanpa ia tahu, seokmin diseberang sana tersenyum bangga. Seungcheol sendiri heran melihatnya. Pasalnya selama ini seokmin hampir tak pernah tersenyum.

"Soonyoung!" panggil seokmin.

Soonyoung menghela napasnya, mencoba menetralisir kan detak jantung serta wajah merahnya.

"Ya?"

"Kau lucu dengan wajah merah itu" kata seokmin, namun nada bicaranya yang datar membuat soonyoung jadi malu.

"A-apa sih" soonyoung mengalihkan pandangannya kemana saja asal tidak bertatapan dengan seokmin.

"Kau menghindariku?" tanya seokmin. Soonyoung kembali menatapnya.

"Luka mu, apa itu sakit?" tanya soonyoung retoris.

"Kurasa aku tak perlu menjawab"
"Aku akan pulang lusa" sambung seokmin lagi.

"Ia lupa menambahkan 'tunggu aku, aku sudah sangat merindukanmu'"lagi lagi Seungcheol menimpali.

"Coups hyung!" geram Seokmin.

Soonyoung dapat mendengar suara kekehan Seungcheol.

"Soonyoung-" panggil seokmin.

"Ya?"

"Tidak jadi"

"Aku tutup ya?" tanya Soonyoung.

Belum sempat menjawab seokmin lebih dulu menutup video call , sebelumnya ia mengucapkan sesuatu yang membuat soonyoung memerah. Meskipun pelan, soonyoung dapat mendengarnya dengan jelas.

Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang mendesak perutnya.  Wajah nya terasa seperti ditempeli secangkir cokelat panas. Dia suka sensasi ini.

"Aku merindukanmu"
.
.
.
.

"Kalian ini bodoh atau apa?" kata Wonwoo datar. Sebenarnya ia dari tadi ada disana melihat interaksi antara Soonyoung dan Seokmin dan juga celetukkan Seungcheol.

"Maksudmu?" tanya Seokmin tak mengerti.

"Kalian saling menyukai, orang buta saja bisa tahu" kata Wonwoo menyindir.

"Menyukai? Aku menyukai soonyoung?" tanya seokmin.

Wonwoo heran , kenapa orang bodoh seperti seokmin bisa jadi pengusaha dan memimpin keluarga mafia sebesar ini.

"Semuanya begitu jelas. Sejak aku mengenal mu, ini pertama kalinya aku melihat mu tersenyum seperti orang bodoh" kata wonwoo.

"Kau juga protektif terhadapnya" tambah Seungcheol.

"Ya itu karena dia tanggung jawabku, aku yang memungutnya"

"Bahasa mu kasar sekali,memungut--" Seungcheol terkekeh. "Aku hidup lebih lama dari mu, aku tidak sebodoh kau untuk menyadari kalau kau menyukai soonyoung" sambungnya lagi

"Buktinya, untuk apa kau repot-repot membawanya ke seoul, sedangkan yang lain kau kirim ke jepang" ucapan Seungcheol membuat seokmin ingat akan alasan ia membawa soonyoung bersamanya.

Karena ia tertarik dengan Soonyoung.

Seokmin menghela napasnya. Ia memejamkan matanya lalu membayangkan wajah bahagia soonyoung. Jantungnya berdegup kencang , benar, mungkin ia telah jatuh cinta. Jatuh cinta pada Kwon Soonyoung.

"Kita akan pulang besok!" titah Seokmin.

"Tidak bo-"

"Aku akan tetap pergi."

"Keras kepala" gumam Wonwoo.

"Ah, seperti tidak tau rasanya jatuh cinta saja" ledek Seungcheol.

Seokmin mengabaikan kedua orang itu dan memejamkan matanya , tidur.

.
.
.
.

"Aku melihat Lee Seokmin dengan seorang pemuda di kampus ku"

"Lalu?"

"Aku akan menghancurkannya"

"Kau bercanda!? Dia bukan lawan yang seimbang."

"Aku tidak peduli! Aku sudah punya rencana, ku mohon, biarkan aku kali ini saja"

"Aku tidak bisa! Kau bisa mati"

"Maka aku akan membuatnya ikut ke neraka bersamaku"



.
.

To be continue...

Note :

Sebenarnya aku sedang diburu deadline '-'
Sebentar lagi, semua akan terkuak/? '-'

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang