our story ; duapuluh tiga

2.5K 354 36
                                    

Pagi itu Seokmin bangun dengan senyum yang merekah. Ia segera membersihkan diri dan berpakaian rapi. Setelah itu ia pergi ke kamar Soonyoung. Ia kembali melihat cincin di tangannya.

Tak pernah aku sebahagia ini batinnya.

"Hei bangunlah--oh kau sudah rapi, tumben sekali" bru saja Seokmin hendak membangunkan Soonyoung, ternyata pemuda itu sudah rapi.

Sama sepertinya , Soonyoung pun terus tersenyum.

"Kita akan sarapan diluar" ujar Seokmin , Soonyoung hanya mengangguk.

Seokmin kembali ke kamarnya mengambil ponsel yang sejak semalam ia abaikan. Ia hanya mengambil ponsel nya lalu memasukkan nya kedalam saku.

Setelah itu menghampiri Soonyoung yang sudah menunggu nya.

"Ayo!" ajak Seokmin sambil menggenggam tangan Soonyoung. Ah , lagi-lagi wajah Soonyoung memerah.

Seokmin jadi bertingkah lebih manis, membukakan pintu untuk Soonyoung misalnya.

Ia jadi sering mengacak rambut Soonyoung.

Seokmin meletakkan ponsel nya di atas kemudi.

Ia masih mengabaikan ponselnya. Hatinya terlalu berbunga hingga ia memilih untuk mengabaikan ponselnya dan fokus dengan pemuda disebelahnya.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Seokmin.

Soonyoung menatapnya, perasaan yang seperti apa? Pikirnya.

"Aku baik" jawab nya singkat. Seokmin dapat menangkap bahwa pujaan hatinya ini sedang gugup.

"Cincin nya , kau suka?" tanya Seokmin.

Soonyoung mengelus cincin di jarinya , kemudian tersenyum. seokmin yang tak sengaja melihat senyum itu begitu terkesima, entah mengapa setelah mereka saling mengutarakan perasaan , semua yang Soonyoung lakukan tampak 2 kali bahkan 10 kali lebih manis dari biasa nya.

"Cincinnya sederhana tapi indah. Aku menyukainya" ucap Soonyoung.

"Sebenarnya aku tak terlalu paham tentang estetika perhiasan. Jadi aku meminta Coups hyung yang lebih berpengalaman untuk memilihnya. Aku hanya menyebutkan kriterianya saja" ujar Seokmin.
Mereka jadi lebih sering berbicara sekarang.

"Oh ya? Padahal aku berharap jika kau yang memilihnya langsung" canda Soonyoung. sebenarnya ia tak masalah akan hal itu

"Aku akan belikan lagi kalau kau mau. Bahkan perhiasan langka sekalipun" kata Seokmin bangga.

"Kau benar-benar tuan penguasa dan juga tukang perintah, Seungcheol hyung mau saja disuruh-suruh olehmu"

"Tentu saja, karena aku tuan penguasa."

Berbicara tentang sebutan 'tuan penguasa' , Soonyoung jadi teringat dengan tuan nya dulu, si Pak Tua itu. Soonyoung bukan orang yang pelupa, ia masih ingat dengan jelas pertengkaran Seungcheol dan Seokmin dulu, ia masih mengingat dengan jelas bahwa Pak Tua itu masih hidup.

Soonyoung merinding, ia punya firasat buruk.

"Kau kenapa?" tanya Seokmin membuyarkan lamunan Soonyoung.

"Ah , tidak. Aku hanya berpikir bagaimana mengatasi rasa panik ku nanti saat bertemu dengan teman-teman baru" jawab Soonyoung asal.

"Kita sudah sampai" kata Seokmin bertepatan dengan berhenti nya mobil itu di area parkir sebuah cafe.

"Kampus mu ada didepan sana" tunjuk seokmin , soonyoung mengangguk paham.

"Aku ingin pancake dan susu" ujar Soonyoung antusias

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang