our story ; duapuluh lima

2.6K 345 29
                                    

Jun tersenyum , kemudian ia mengambil sebuah pistol dari balik pakaiannya. Seokmin membulat kan matanya ketika Jun mengarahkan moncong pistol itu ke arah Soonyoung.

      "yak ! apa yang kau lakukan!!"

DORR!!

.
.
.

         Jun meringis saat logam panas itu mengenai jari-jarinya, pistol yang tadi di genggamnya terpelanting jauh. Jun mengangkat kepalanya , ada dua orang polisi dan juga Jihoon di sana. Salah satu polisi masih dalam mode bersiaga.

       "Shit" umpatnya.

        "Ada untungnya juga ditilang" batin Seokmin. Pemuda Lee itu menatap Soonyoung yang sedang ketakutan , ia segera menghampiri Soonyoung dan memeluknya erat. Memberikan rasa aman yang sedari tadi Soonyoung cari.

         "Aku takut.... Aku takut.... Aku.... Aku takut" ujar Soonyoung terisak.

         Jun menggenggam erat tangannya , berusaha menghentikan aliran darah yang terus mengalir.

          Polisi-polisi yang datang bersama Jihoon dengan cepat menangkap Jun dan menyeretnya keluar studio. Jun menatap Seokmin tajam.

           "Aku akan kembali!" ucapnya penuh keyakinan.

            "Lepaskan... Lepaskan aku.. Lepaskan aku...." tiba-tiba Soonyoung memberontak dalam pelukan Seokmin.

             "Kwon Soonyoung!! Ini aku Lee Seokmin! Ini aku!" ujar Seokmin menaikkan nada suaranya. Tapi Soonyoung tetap memberontak.

             "Jihoon , kau bisa bawa mobil?" tanya Seokmin sambil melepaskan ikatan di kedua tangan dan kaki Soonyoung , serta membenahi pakaiannya.

            "Hm, aku bisa" jawab Jihoon seadanya.

             "Kita kerumah sakit" ujar Seokmin yang diangguki Jihoon.

             Seokmin menggendong Soonyoung, tapi pemuda dalam gendongannya terus memukul-mukul dadanya minta diturunkan. Ia terus menangis dan berteriak ingin turun. Tapi bukan Seokmin namanya kalau ia tak bisa mendiamkan Soonyoung. Seokmin mengecup bibir Soonyoung menyalurkan rasa cinta kasihnya , membuat Soonyoung sedikit tenang dan mulai sadar. "Seok-min, aku..takut" lirihnya.
.
.
.
.
    
       Setelah sampai di Gyeongju , Seungcheol segera menuju lokasi terakhir Wonwoo yang berhasil dilacak nya. Sebuah tempat yang berada didalam gang-gang sempit. Sebisa mungkin ia tetap tenang. Seperti yang Joshua katakan, 'kalau tidak ada yang tenang, maka semua akan berantakan'.  Soonyoung dalam masalah begitu pula Wonwoo. Ia tau kedua temannya tidak dapat berpikir rasional jika menyangkut orang yang mereka cintai.

        Seungcheol menepikan mobilnya di depan sebuah gang lalu ia sedikit berlari menyusuri jalan setapak , tentunya dengan bantuan GPS. Ia membulatkan matanya saat maniknya menangkap tubuh ringkih Wonwoo yang terbaring tak berdaya didepan sebuah toko kecil.

           "Kau benar-benar akan mati Seokmin" gumam Seungcheol. Ia memegang pergelangan tangan Wonwoo , merasakan denyut nadinya yang melemah. Seungcheol membuka mata Wonwoo melihat ada tidaknya respon dari Wonwoo. Meski napasnya pelan , Seungcheol bersyukur kekasih temannya ini masih hidup. Dengan segera Seungcheol membawa tubuh Wonwoo ke punggungnya lalu kembali ke mobil dan membawa Wonwoo kerumah sakit. Belum jauh ia melangkah, matanya kembali fokus pada sebuah objek kecil yang tergeletak di dekat pot bunga.

       Seungcheol menunduk dan mengambil benda yang dilihatnya tadi. Sebuah buku catatan. Milik Wonwoo.

      Setengah berlari ia membawa Wonwoo ke mobilnya sambil membaca catatan itu. Setelah sampai di mobilnya ia memasang earphone lalu menelpon seseorang.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang