Part 11C

6.4K 385 23
                                    

Inbyul menatap nanar sosok kacau yang ada di dalam ruang kerja itu. Penampilannya lusuh dan berantakan. Rambutnya acak-acakan dan wajahnya pucat. Bahkan matanya juga memerah dan sembab. Sepertinya karena terlalu banyak menangis.

Hati Inbyul mencelos melihat sosok mengenaskan itu. Suaminya itu, dia benar-benar kacau. Ya, Kyuhyun sangat kacau dan hancur. Dunianya benar-benar runtuh. Sejak Nyonya Yoon membawa seluruh barang-barang Ji Ahn dan mengatakan jika putrinya itu akan melepas statusnya sebagai Nyonya Cho, pria itu seolah tidak peduli lagi pada hidupnya. Dia bahkan tidak mau tahu segala hal yang ada di sekitarnya. Dia melupakan tanggung jawabnya pada kedua istri dan anak-anaknya. Dan layaknya orang depresi, sepanjang hari Kyuhyun hanya berdiam diri di ruang kerjanya itu dan akan keluar jika merasa lapar saja. Sesekali tangannya mengangkat botol wine dan meneguknya. Suatu hal yang hampir tidak pernah Kyuhyun lakukan. Namun lihatlah sekarang, wine itu seolah-olah air putih yang selalu ia teguk.

Inbyul menarik nafas panjangnya sejenak. Perlahan kakinya memasuki ruang kerja suaminya itu. Keadaan ini tidak hanya mencekik Kyuhyun, namun juga dirinya, bahkan kedua anaknya. Dan hal yang seperti ini tidak boleh terjadi terus-menerus. Kyuhyun harus berhenti dan kembali pada kenyataan. Pria itu harus tahu jika bukan hanya dirinya yang merasakan sakit.

“Oppa..” Panggil Inbyul dengan hati-hati.

Kyuhyun yang mendengar suara Inbyul pun menolehkan kepalanya pada wanita itu. Lalu meneguk wine dari botol dalam genggamannya. Dan detik berikutnya, ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Tangan Inbyul mengepal melihat reaksi Kyuhyun. Pria itu benar-benar mengacuhkannya. Pria itu menganggapnya seolah tidak ada. Hati Inbyul seolah ditusuk ribuan duri. Ia tahu jika Kyuhyun begitu hancur dan sakit. Namun haruskah pria itu juga egois seperti ini? Hanya karena seorang Yoon Ji Ahn, Kyuhyun menjadi sedemikian menyedihkannya.

Inbyul menghela nafasnya, mencoba menekan hatinya. Karena ia tahu, jika ia ikut egois seperti Kyuhyun, maka sampai kiamat pun ia tidak akan bisa mengajak pria itu bicara baik-baik.

“Kau.. sangat mencintainya, eoh?” Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Inbyul. Dan seketika itu juga, wanita itu merasa seperti tengah menampar dirinya sendiri.

Kyuhyun tertawa getir. “Menurutmu?” Tanyanya balik. “Aku bahkan menghabiskan masa mudaku hanya untuk memikirkannya tanpa berminat menjalin hubungan dengan gadis lain.”

Tubuh Inbyul mulai bergetar. Air matanya ia tahan dengan susah payah. Mendengar suamimu mengakui cintanya pada wanita lain, itu bukanlah hal yang mudah. Meskipun kenyataannya wanita itu juga istrinya. Inbyul merasa seperti tengah menggali lubang pesakitannya sendiri. Inilah alasan kenapa selama ini dia begitu sinis pada Ji Ahn. Alasan kenapa dia tidak bisa berbaik hati pada wanita itu. Karena ia ingin menampik dan menutup mata serta telinga. Ia tidak ingin mengakui jika hanya wanita itu yang dicintai suaminya. Ia sangat takut akan hal itu. Namun dengan sangat terpaksa, kini ia sendiri yang mempertanyakannya.

“Lalu kenapa kau menikahiku?”

“Menurutmu kenapa lagi, hah?” Kyuhyun menoleh pada Inbyul dengan cepat. Mata tajanmnya menatap istri pertamanya itu dengan penuh amarah. “Karena perjodohan sialan itu, aku harus merelakan impianku untuk bersama Ji Ahn. Aku harus menguburnya dalam-dalam. Apa kau tahu bagaimana sakitnya menjadi diriku yang selama ini harus memakai topeng setiap saat? Aku harus bersandiwara seolah aku baik-baik saja. Dan lebih parahnya lagi, aku harus bersandiwara saat menunjukkan rasa cintaku padamu.”

Inbyul memejamkan matanya sejenak, membuat air matanya yang sudah tidak dapat dibendung lagi pun menetes begitu saja. Memakai topeng dan bersandiwara. Termasuk saat menujukkan rasa cinta pada dirinya. Oh, apalagi yang lebih menyakitkan dari itu. Tubuh Inbyul bahkan melemas mendengarnya. Nafasnya seolah dihentikan paksa. Jadi semua perhatian dan kasih sayang Kyuhyun selama ini hanya kebohongan belaka? Hanya sandiwara? Inbyul pun menghembuskan nafasnya kasar. Sepertinya hidup mulai menunjukkan kekejamannya pada dirinya.

The Third Is The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang