Nyonya Yoon menautkan kedua jarinya. Mulutnya bergerak memanjatkan doa-doa untuk keselamatan putri dan calon cucunya. Wanita tua itu benar-benar khawatir, cenderung takut pula. Meskipun tidak pernah mengalam seperti apa yang terjadi pada Ji Ahn, namun ia tahu jika kondisi putrinya tengah dalam keadaan yang sangat buruk. Ketika ia memasuki kamar Ji Ahn tadi, putrinya itu telah tidak sadarkan diri dengan posisi tergeletak di lantai bersama darah yang tercecer, bahkan mengalir deras dari pangkal pahanya.
“Tenangkan dirimu.” Tuan Yoon yang senantiasa menemani Nyonya Yoon di sampingnya pun mencoba menenangkan istrinya yang tengah diliputi rasa khwatir itu.
“Bagaimana aku bisa tenang?” Sentak Nyonya Yoon. Air matanya pun masih terus mengalir seperti tadi. “Apa kau tidak melihat? Dia mengeluarkan banyak darah. Dia.. putriku-“
Tuan Yoon pun menarik istrinya itu dalam pelukannya. Ia sangat tahu apa yang tengah dirasakan istrinya. Karena dirinya pun juga seperti itu. Bahkan seandainya saja ini bukan di tempat umum, mungkin dirinya juga akan menangisi kondisi putri mereka yang tengah tergeletak di ruang UGD.
Ceklek
Tiba-tiba saja pintu ruang UGD terbuka. Menampilkan dokter Kwon, dokter kandungan yang menangani Ji Ahn. Tuan dan Nyonya Yoon pun segera melepas pelukan mereka. Dengan sangat tidak sabar, pasangan suami istri itu pun menghampiri dokter Kwon. Dua pasang mata tua itu menatap seksama raut wajah dokter Kwon yang dipenuhi raut sedih penuh penyesalan.
“Ba-bagaimana keadaan putriku? Bagaimana calon cucuku juga? Mereka.. mereka-“
“Sesuai dengan dugaanku sebelumnya, Nyonya.” Dokter Kwon memotong serentetan pertanyaan Nyonya Yoon dengan cepat. Dokter cantik itu pun menggigit bibir bawahnya. Sangat sedih melihat raut wajah Nyonya Yoon saat ini. Ia bahkan tidak tega untuk menyampaikan apa yang harusnya ia sampaikan dengan segera.
“Dugaan apa maksudmu?” Tuntut Nyonya Yoon. Ketakutan wanita itu semakin menjadi-jadi tatkala melihat raut wajah dokter Kwon yang bahkan menatapnya dengan tatapan iba.
“Calon cucu anda..” Dokter Kwon menghela nafasnya sejenak. Sungguh sangat berat baginya untuk menyampaikan hal menyakitkan ini. Karena ia tahu bagaimana besarnya harapan keluarga Yoon pada calon cucu mereka yang akan lahir dari Ji Ahn. “Janin itu tidak bisa diselamatkan lagi. Kami harus mengkuretasinya.” Akhirnya dengan penuh penyesalan, dokter Kwon pun mengatakannya juga.
“APA?” Teriak Tuan dan Nyonya Yoon secara serentak.
“Sepertinya stress yang dialaminya memberikan pengaruh yang buruk pada kandungannya yang memang lemah.” Jelas dokter Kwon.
Tubuh Nyonya Yoon pun lemas seketika dan limbung ke belakang. Namun dengan sigap Tuan Yoon menangkap tubuh istrinya. Wanita itu nampak sangat shock. Wajahnya pucat pasi dan tak menunjukkan ekspresi apapun kecuali rasa sedih yang mendalam, yang juga terpancar jelas di matanya.
“Istriku..” Tuan Yoon mengguncang pelan tubuh istrinya yang tiba-tiba saja membeku seperti tak bernyawa. “Istriku, kau tidak apa-apa?”
“Suamiku..” Nyonya Yoon yang hanya bisa menangis pun menghambur kembali ke pelukan suaminya. Wanita itu merasa seperti dilempar secara paksa dari atas gedung yang sangat tinggi. Itu rasanya sangat menyakitkan. Dan entah apa yang akan dirasakan putrinya nanti. Nyonya Yoon tak sanggup melihat putrinya lebih hancur lagi. “Kenapa dia harus pergi secepat ini? Kenapa ini harus terjadi pada putri kita?” Tangis Nyonya Yoon semakin menjadi-jadi ketika mengingat Ji Ahn yang masih terbaring tak berdaya di dalam ruangan di depannya.
“Aku ikut berduka cita, Tuan, Nyonya.” Ujar dokter Kwon yang terlihat sangat bersalah karena merasa tidak bisa memberikan pelayanan yang cukup baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Is The First
FanfictionMungkin istilah 'jodoh tidak kemana' memang begitu tepat untuk Kyuhyun dan Ji Ahn. Kyuhyun tidak pernah menyangka jika kekasih pertamanya, sekaligus cinta pertamanya yang sangat angkuh dan menyebalkan ternyata adalah calon istrinya. Ji Ahn pun juga...
