Aku membuka keran airku hingga mentok. Ku guyur seluruh badan dan seluruh lipatan tubuhku. Hatiku terasa sakit sekali. Bagaimana bisa aku merasa sekesal ini di minggu pertamaku bertemu dengan Vero lagi. Aku sangat membencinya. Sikapnya benar-benar seperti ular. Licin dan berbisa.
Hal yang membuatku benar-benar kesal dengannya adalah, bagaimana dia terlahir sempurna. Pertama keluarga, dia sangat beruntung lahir dari keluarga William. Meskipun aku juga di asuh oleh kedua orang tua Vero dan di anggap anak keduanya, tetap saja aku memiliki orang tua yang sengaja meninggalkanku begitu saja pada orang lain.
Kedua, ia memiliki wajah super tampan, tubuh atletis yang sangat indah. Belum lagi nilai akademis dan non akademisnya selalu tinggi. Meskipun kita berdua sama-sama mengambil ujian Leeds University di Inggris, tapi kenapa hanya namanya saja yang masuk? Kita berdua selalu masuk di kelas unggulan saat SMP dan SMA, tapi kenapa namanya selalu di atasku?
Aku tau aku seharusnya ikut bahagia bersamanya, mengingat ia adalah Kakak angkatku. Tapi sikap tak tau dirinya membuatku jengah. Kenapa juga teman-temannya itu mau berteman dengan orang selicik Vero? Kalau mereka tau apa maksud Vero berteman dengan mereka semua, pasti teman-teman Vero sudah meludahi Vero habis-habisan.
Dia adala manusia sampah!
Dan hal yang membuatku semakin membencinya adalah, semasa SD dulu aku memiliki wajah yang selalu bahagia dan sangat menggemaskan. Tubuhku yang gendut dan chubby, tapi sangat manis dan selalu mendapat pujian dari semua orang karena sikapku yang ceria dan positif.
Bahkan saat orang tuaku meninggalkanku pada keluarga William, aku tetap tersenyum dan menanggapinya dengan tegar. Awalnya aku mengira bahwa orang tuaku hanya menitipkanku sementara, tapi kenapa mereka tak pernah kembali untuk menjemputku?
Saat aku mulai pindah ke keluarga William, keluarga yang hanya memiliki satu anak laki-laki itu, hidupku berubah. Mama dan Papa Will menerima ku dengan setulus hati dan bahagia. Tetapi Vero selalu membenci dan terus melukai hatiku. Bahkan tak segan-segan ia mengataiku seorang pencuri orang tua.
Benar sekali, Vero. Seluruh masalahku berada. Hanya dengan menyebut namanya, mendengar namanya, membaca namanya, membuatku bergidik jijik. Ia tak tau apa itu berbuat tulus pada orang lain. Satu-satunya hal yang ia tau dan sangat ia kuasai adalah melakukan hal yang menguntungkan baginya saja.
Cacian, cercaan, semua itu kudengar setiap hari dengan kedua telingaku. Awalnya aku bisa bertahan, tapi setelah bertahun-tahun berlalu, meski aku juga semakin kuat, tapi caciannya benar-benar menjadi trauma untukku.
Yang paling menyedihkan adalah, aku tau setiap cacian Vero itu benar.
Gendut.
Jelek.
Gajah.
Bodoh.
Setelah dewasa, kini aku paham. Kata siapa aku jelek? Meski aku gendut, aku tetap cantik. Kata siapa aku bodoh, selalu pada peringkat dua itu bukan suatu kebodohan. Kini, aku lebih memilih untuk berdamai dengan segala kekuranganku. Meski Vero telah kembali, akan kutunjukkan bahwa inilah Qwenly yang sesungguhnya.
Hal yang sekarang benar-benar ingin ku buktikan padanya adalah aku bukan lagi nomor dua, meskipun ia yang telah berhasil belajar di luar negri, tapi pengalamanku di dunia kerja jauh lebih banyak darinya.
***
Suasana Apartemen yang berada di lantai 14 ini sudah sangat sepi dan damai. Rumah ini sengaja di pilihkan Tuan William, Papa angkatku, karena bentuk dan ukurannya yang jelas sangat ku sukai. Berukuran tak terlalu besar dan cocok di tempati sendirian. Bentuk dan ukuran yang benar-benar sama dengan apartemen sebelah, milik Vero.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELETED SCENES
RomanceAku wanita tak menarik bertubuh gendut, tapi ketika aku terbangun dari tidur panjangku... aku terkejut bukan main. Aku berubah menjadi cantik nan langsing, bahkan kakak angkat laki-laki yang selalu membencikupun, tiba-tiba mengatakan, "Qwenly, seben...