S2. Part 5: Mau mencobanya?

2.7K 138 4
                                    


Wajahku menengadah ke atas, menatap tingginya gedung ZG yang semakin tahun semakin tinggi. Semenjak keberhasilan Vero memenangkan kontrak kerja dengan Roccus Ltd., ZG berkembang sangat cepat. Jauh lebih cepat dari yang ku kira sebelumnya.

Aku tersenyum. Aku menyuruh sekretaris-ku yang baru untuk mengambil beberapa dokumen yang telah ku bawa sepulang dari mansion Papa barusan. Aku menunjukkan susunan rencana untuk mendapatkan kontrak baru dengan Roccus. Tentu saja Papa sangat menyukai rencanaku yang baru.

Aku tau motif asliku pergi ke mansion bukan untuk menunjukkan rencana-rencana itu, tapi aku ingin menunjukkan diriku. Delapan bulan di Cina, empat bulan di Singapura. Dan inilah yang kudapatkan sekarang. Qwenly dengan penampilan dan getaran yang baru. Mereka berdua hampir tak menyadari dan tak percaya bahwa inilah aku, dan entah mengapa sikap mereka membuatku semakin bahagia dan lebih percaya diri. Aku telah meninggalkan kostum lamaku dan menggantinya dengan yang baru.

Aku berjalan penuh percaya diri. Memandang lurus penuh intimidasi. Aku masuk ke dalam gedung dengan tegap. Laila, sekretarisku yang baru, berjalan menyamaiku di belakang dengan postur profesionalnya. Bekerja dengan Laila beberapa hari terakhir membuatku sadar akan satu hal, aku paham Nana tak bisa di bandingkan dengan keprofesionalan Laila. Bila aku lebih jeli dan mengingat Nana, Nana adalah typical perempuan jalang yang sengaja menunjukkan tubuhnya ke mana-mana. Untuk kecantikan, tentu saja Laila lebih cantik di banding Nana. Terutama sikap dan kebiasaan, Nana hanya nol.

Ahh, sial! Aku masih sakit hati sekali dengan Nana...

Aku berdiri di depan lift, menunggu bersama yang lain. Satu hal wajar bila pekerja lain langsung memberiku jalan dan mempersilahkanku masuk duluan, tapi kali ini... sepertinya ada yang salah dengan otak mereka. Bahkan tak ada satu orangpun yang menyapa dan memberiku hormat.

Papa dan Mama hampir tak mengenaliku, jangan-jangan para pegawai ini juga tak mengenaliku....

"Kau... kau baru ya disini? Sepertinya aku tak pernah melihatmu sebelumnya..."

Seorang laki-laki yang cukup tinggi dengan kemeja licin-nya menatapku dengan senyuman lebarnya. Ia menekatiku tanpa rasa sungkan.

"Kau dari Divisi apa?" tanyaku pelan, tanpa menolehnya.

Aku terkejut, ia tiba-tiba menyodorkan tangannya, "Aku Rehan, aku di bagian produksi..."

Laila membisiku dari belakang, "Bu, liftnya sudah terbuka..."

Sesaat aku melihat kearah Rehan, lalu aku langsung tersenyum kecil sedikit mengangguk kepadanya. Tapi aku langsung masuk ke dalam Lift begitu saja, ia mengikutiku dan berdiri tepat di sampingku.

Entah kenapa, tapi suasana dalam lift begitu dingin. Aku bisa melihat setiap laki-laki melihatku dengan tatapan kotor mereka. Aku berdehem canggung, lalu mendekatkan wajahku kearah Laila, berbisik padanya, 'Catat semua nama yang ada disini sekarang.' Lalu aku kembali menatap lurus kedepan tanpa menghiraukan satupun dari mereka.

***

Aku duduk dibelakang kursiku sambil mengaitkan jari-jariku, menatap Laila dengan serius, mendengar setiap informasi yang ia tunjukkan padaku.

"Lalu yang terakhir Pak Beni, ia berumur 35, memiliki istri dan dua anak..."

"Baik, untuk sementara simpan semua nama itu dalam file-mu. Kalau aku menyuruh mencatat nama mereka tiga kali, kau harus langsung memberi mereka surat peringatan, aku tak ingin kantor menjadi ajang pelecehan seksual! Kalau mereka mendapat dua kali surat peringatan, langsung turunkan jabatan mereka. Setelah surat peringatan ketiga, keluarkan mereka dengan pesangon cukup, tapi jangan berikan mereka surat rekomendasi."

DELETED SCENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang