S1. Part 9: Mind Play

4.8K 269 4
                                    

Qwenly berpikir sesaat, "Sebenarnya, beberapa hari ini aku sulit tidur, dan saat aku berhasil tidur nyenyak, aku selalu bermimpi melihat sebuah truk besar. Itu benar-benar menggangguku. Kini, aku takut untuk mengingat-ingat apa yang kulupakan. Karena setiap kali aku mencoba mengingat sesuatu, yang ku ingat selalu truk itu dan..." Qwenly terhenti sesaat, "...Ben"

Vero mendengus kesal, "Sepertinya kau kembali jadi makhluk primitif!"

Qwenly langsung memukul pelan rahang samping Vero. "Jangan menghina perasaanku!"

Vero hanya bisa mendengus. "Terserah!" lalu ia menutup matanya, menenenangkan tubuhnya yang terasa sedikit perih saat handuk-handuk hangat itu bergantian menyentuh kulitnya.

Sekelebat pikiran melewati ujung kepala Qwenly. Untuk beberapa detik, ia ragu untuk bertanya, tapi perasaan ingin tahunya lebih tinggi, memaksanya untuk bertanya pada akhirnya. Masih sambil membantu Vero mengompres tubuhnya, ia mulai angkat bicara.

"Vero..."

Vero berdehem mengiyakan panggilan Qwenly.

Qwenly menunduk malu, "Apa yang terjadi pada kita berdua selama tiga tahun belakangan ini?"

Vero membuka matanya, ia berpikir sesaat. "Menurutmu?"

"Aku merasa aku jadi aneh Vero.. kau juga!"

Vero langsung beralih menatap Qwenly lebih dalam, lembut dan tajam. "Kenapa kau berpikiran seperti itu?" ujar Vero dingin.

Qwenly tertawa canggung, "Aku penasaran saja, bagaimana mungkin aku berakhir berbagi rumah denganmu di sini? Mengingat hubungan kita dulu seperti apa.... aku tak begitu yakin!"

"Jadi hanya itu yang ingin kau tanyakan?"

"Hanya itu? Memang ada berapa banyak hal yang telah ku lewati selain hal ini?"

"Menurutmu?"

Qwenly kmbali terdiam. Mulutnya mengatup rapat, ia ragu seberapa banyak hal penting dalam hidupnya yang telah terhapus.

Vero mengangkat tubuhnya dengan sedikit paksaan, mencoba untuk duduk sejajar dengan Qwenly. "Sini... ku beri tau kau sesuatu!" Vero mengayunkan jarinya, memberi aba-aba Qwenly untuk mendekat.

"Hmm?!" Qwenly menggeser tubuhnya mendekat Vero sambil perlahan menyondongkan kupingnya, memberi kesempatan Vero membisikinya.

Vero berbisik, "Sebenarnya, ini yang terjadi pada kita..."

Vero langsung memegang kedua pipi Qwenly, memutar kepalanya, lalu menempatkan kedua bibirnya di atas bibir bawah Qwenly, hanya di bibir bawahnya. Qwenly terkejut bukan main hingga mulutnya terbuka. Momen ini langsung di manfaatkan Vero untuk semakin mengeksplor isi mulut Qwenly. Qwenly terdiam sesaat, sebelum rasa terkejutnya menyetrum layaknya halilintar. Dengan kesadaran penuh, Qwenly langsung meronta dan melepaskan ciuman mereka paksa.

Nafas Qwenly tersengal. Ia menggeser tubuhnya dengan cepat ke ujung ranjang, mencari posisi terjauh yang bisa ia gapai dari Vero. Ia menutup mulutnya seakan-akan menghalangi sesuatu menciumnya untuk ke dua kali dengan tangannya yang tak bisa berhenti bergetar. Ia menatap Vero tajam.

"WHAT THE HELL WERE YOU DOING??!!"

Vero kembali tersenyum licik. Ia mengelap bibir bawahnya dengan ujung ibu jarinya sangat perlahan, sengaja membiarkan Qwenly melihat gerakannya, gerakan bibir tanpa dosa yang tersentuh ibu jari nakalnya. Kini, ia merasa menang seutuhnya mengerjai perempuan yang kembali menjadi polos itu, sama persis ketika ia masih gendut dulu.

Jantung Qwenly berdetak semakin keras. Tanpa sadar, mata Qwenly melihat apa yang di lakukan Vero. Tanpa ia sadari juga, mulutnya terbuka saat Vero berhasil mengelap seluruh bibir bawahnya. Ia menelan ludahnya dengan keras.

DELETED SCENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang