S3. Part 11: Conquer

2.6K 128 27
                                    


"Sudah bangun?"

Qwenly mengerang. Matanya terasa berat tapi tubuhnya terasa gerah. Ia merasa tidak nyaman. Qwenly melihat kaca menerobos keluar ruangan. Hari sudah gelap tanpa menyisakan setitikpun cahaya matahari. Ia sedikit terkejut dan langsung bangun dari tempat tidur king size terbaik milik Vero.

Dengan mata sayunya, Qwenly mencoba menatap Vero dengan rambut rapi dan setelan baju santai yang terlihat nyaman dan cocok di atas tubuhnya. Ia tengah berdiri menghadap di laci yang berseberangan dengan kasur.

"Dari mana?"

"Aku baru saja keluar sebentar... aku sudah menyiapkan air hangat kalau kau mau mandi."

Qwenly tersadar. Ia menatap tubuhnya yang terbalut kaos sangat tipis oversized yang ia pastikan bahwa itu adalah miliknya. Maksudku... ini milik Vero yang di belikan untukku.

Qwenly mendengus. Lalu ia kembali menatap Vero tajam. "Vero... kau membersihkan tubuhku?"

Vero tersenyum. Ia membawa beberapa barang yang ia ambil di laci lalu membawanya ke kasur. Ia duduk lalu meletakkan semua barangnya di atas kasur.

"Mungkin!"

Qwenly mendengus kesal. "Aku tidak memintamu untuk melakukannya..." tatapan Qwenly tertarik ke arah barang yang di letakkan Vero di dekatnya. Qwenly mendekatkan diri dan menyingkirkan selimut yang masih separuh membalutnya. "Apa ini?"

"Handphone dan kartu kredit... kau tidak tau?"

"Jangan berlagak bodoh Vero... aku tau apa ini!"

"Lalu kenapa kau tanya?"

Qwenly menarik nafasnya kesal. "Jangan main-main Vero! Katakan apa maksudmu!" emosi Qwenly mulai tersulut.

Vero tersenyum, "Kau tidak mungkin kan tidak memegang handphone dan uang?"

Darah mengalir ke atas ubun-ubun Qwenly. Vero benar-benar pandai memainkan permainannya. Ia mengambil Hp-ku dan menggantinya dengan yang baru? Kenapa? Tentu saja ia ingin menguasai kehidupanku. Ia mengambil seluruh uang tabungan dan cash milikku, kenapa? Tentu saja jika aku menggunakan kartu miliknya, ia bisa mengetahui kemanapun aku pergi saat aku menggunakan kartu itu! SIAL!

"Tidak! Aku tidak mau mengambil uang dan Hp milikmu! Kembalikan milikku!!"

"Hey... kau lupa dengan perjanjian kita?"

Vero menatap Qwenly serius. Lalu ia berbalik sambil tersenyum jahat di balik tubuhnya. Ia menuju pintu keluar ruangan dan memutar kenop pintu, meninggalkan Qwenly yang tengah bungkam tak bisa mengatakan apa-apa. Bukan karena ia mengaku kesal, tapi ia sadar bahwa ia tengah kalah.

Tunggu, apa ini berarti aku juga kalah di tantangan kedua?

***

Vero duduk di ruangan santai yang terletak di lantai satu. Duduk di atas karpet hangat dengan laptop di depannya. Vero terkejut saat seseorang dengan cepat duduk di depannya, membanting dirnya sendiri lalu mengambil cepat remote di dekat Vero. Ia menyalakan TV dan menyandarkan dirinya di sofa.

"Aku tak ingin memakai uangmu... setidaknya aku tak ingin memakainya secara gratis."

Vero yang menatap Qwenly dengan kacamata besar dengan frame tipis-nya, tersenyum sambil kembali mengarahkan fokus matanya pada laptop di depannya. "Apa yang ingin kau katakan?"

Qwenly berdehem. Ia membenarkan kaos putih oversized-nya sambil menatap kebawah menahan rasa malunya. "...Aku cuma ingin memastikan, apa aku sudah kalah pada tantangan kedua?"

DELETED SCENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang