Aku menegakkan kepalaku dan menatap ruang kosong sesaat, lalu aku langsung membalik tubuhku menghadapnya. Rambutku acak tak karuan, aku mecoba sedikit merapikannya sambil tersenyum getir.
Melihat tingkahku, Vero terdiam dan memandangku aneh, di atas wajahnya terukir senyuman yang membuatku merasa sedikit takut.
"Apa-" aku sedikit ragu, "...apa kau dengar?"
"Dengar apa? Dengar bahwa kau berteriak 'apa aku bodoh?'" kata Vero sambil menirukan gayaku seakan-akan aku benar-benar bodoh, kemudian ia kembali bertingkah sok keren. "...atau dengar saat kau menyelinap keluar kamarku?"
Aku hampir terjatuh ke belakang. Ucapannya yang terakhir sudah cukup untuk membuatku memotong urat nadiku sendiri saat ini juga.
Alisku menegang, "Dengar Vero... mungkin kau salah paham. Sebelum masalah ini semakin melebar, aku harus menjelaskan sesuatu. Kau jangan salah sangka dulu, OK?", aku mencoba mengendalikan diriku setenang mungkin.
Vero tersenyum menantang, lalu ia melipat tangannya bertumpu pinggang, "Katakan!"
Aku menarik nafasku berat, "Aku tidak sengaja, ku katakan sekali lagi, aku tidak sengaja tidur di kamarmu, OK? Bahkan aku tidak ingat secara pasti kenapa aku berada di sana... sepertinya tadi malam kepalaku pusing dan aku tak bisa membedakan antara kamarmu dan kamarku. Kau mendengarku??"
Alasan kenapa aku menanyakan pertanyaan terakhir karena tatapannya benar-benar aneh saat mendengarku memberinya penjelasan. Ia menatapku aneh.... seperti bukan Vero. Ia tersenyum tapi bukan senyuman yang 'baik'.
"Iya... aku mendengarmu. Kau pikir apa yang ku lakukan saat ini di depanmu?"
"Lalu kenapa kau tersenyum seperti itu?"
Senyumannya masih sama, "Kenapa aku tak boleh tersenyum?"
"Sudahlah!! Intinya semua yang ada di pikiranmu saat ini berbeda dengan kenyataannya. Kau paham?!"
"Hmm... kenapa aku bisa salah paham saat kau memang benar-benar tidur di ranjangku?"
Sekali lagi, hampir saja aku pingsan karena mendengar ucapannya. "I.. itu..."
Tanpa memandangku dan memperdulikanku lebih jauh, Vero langsung membalik tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar sambil tetap memeluk tubuhnya sendiri yang masih berbalut gaun tidur. Ekspresi wajahnya berubah datar dan benar-benar terlihat menyebalkan.
Aku langsung berlari dan merengkuh lengannya, menghentikan langkah panjangnya. "Vero tunggu dulu... lupakan kejadian tadi malam. Anggap itu hanya satu kesalahan kecil, OK? Dan aku mohon, jangan beri tau Mama, Papa, atau siapapun... Deal?!"
"Bagaimana aku bisa melupakannya?"
Aku hampir menangis, "Vero... Please!"
Tanpa ku sangka, Vero mendekatiku dan membelai rambutku lembut sambil tersenyum. "Cepat mandi, kau ingin ke kantor kan?" lalu ia langsung meninggalkanku dalam kaku.
Aku rasa kita berdua benar-benar jadi aneh selama tiga tahun terakhir!
***
Di sepanjang perjalanan ke kantor, aku hanya bisa pasrah setelah satu hari penuh menggerutu tak jelas pada Riley. Angin sepoi-sepoi yang menampar wajah dan rambutku seakan membantuku untuk lebih tenang. Saat ini langit sudah hampir gelap, meski perjalanan ke kantor hanya membutuhkna waktu kurang dari 15 menit, tetapi tetap saja hal ini tak merubah keadaan bahwa 30 menit lagi sudah waktunya jam kantor pulang.
Riley mendekat padaku, "Qwen... kau masih kesal?"
Aku menghembuskan nafasku berat. "Sudahlah, memang aku bisa apa sekarang? Untung saja saat ini kondisiku masih lemah.." aku masih menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELETED SCENES
RomanceAku wanita tak menarik bertubuh gendut, tapi ketika aku terbangun dari tidur panjangku... aku terkejut bukan main. Aku berubah menjadi cantik nan langsing, bahkan kakak angkat laki-laki yang selalu membencikupun, tiba-tiba mengatakan, "Qwenly, seben...