"Bu..." Laila menyentuh meja Qwenly sekali lagi, "Ibu Qwenly...", panggil Laila lebih keras.
Qwenly langsung terbangun dari lamunannya, ia terjkejut melihat wanita yang kini berdiri di depan mejanya, berpakaian rapi sambil menenteng tas kerjanya. Coat hitam juga sudah ia rangkul di tangan kanannya, menunjukkan bahwa ia siap untuk pergi.
"Oh, kau sudah siap?"
"Sepertinya kita sudah terlambat Bu..."
Qwenly langsung melihat jam di mejanya, ia langsung terperanjat dari kursnya setelah ia menyadari jam berapa sekarang. Qwenly memasukkan beberapa file ke dalam tas kerja yang di sodorkan Laila padanya. "Terima kasih Laila! Kau siapkan saja mobilnya sekarang!" ucapnya terburu-buru.
"Pak Pras sudah di depan Bu."
Masih dalam keadaan tergesa-gesa. Ia hanya menjawab 'oh' pada Laila.
Qwenly dan Laila langsung meluncur secepat-cepatnya dari ruang kerja Qwenly. Wajah Qwenly sedikit panik.
"Bu, apa ibu sedang ada masalah? Sepertinya sejak kepulangan ibu dari Bali minggu lalu, ibu sering melamun."
Bukan hanya melamun, banyak hal teledor yang bahkan sangat krusial beberapa kali ia lakukan. Salah memberikan tanda tangan, salah pergi ke salah satu cabang yang seharusnya ada di Bandung, tapi ia pergi ke Batam, dan banyak hal lain yang benar-benar membuatnya menguras tenaga. Tidak hanya pikirannya sering kosong dan teledor, tapi semua kesalahannya membuat dirinya sendiri benar-benar kecapekan.
Pikirannya beberapa hari ini sering tiba-tiba terpusat pada laki-laki yang duduk di kantor depannya. Jantungnya akan berdetak tak karuan hanya karena Vero masuk ke dalam kantornya. Vero melirik dan tersenyum padanya begitu indah, hal kecil itu membuat Qwenly mabuk kepayang. Membuatnya berkhayal dan akhirnya semua kesalahan itupun terjadi.
Sejak kepulangannya dari Bali, mereka bahkan hampir tak pernah bertemu meskipun mereka satu rumah. Persiapan pengukuhan Vero yang hanya tinggal menghitung hari ini benar-benar menjadi kesibukan luar biasa, terutama bagi Vero sebagai calon CEO dan Qwenly sebagai penanggung jawab segala persiapan pengukuhan Vero. Seringkali Vero tak pulang kerumah, begitu juga Qwenly. Maka dari itu mereka hanya bertemu kadang-kadang bila Vero dan Qwenly bertepatan ada di kantor. Dan meskipun mereka pulang kerumah, mereka sudah terlalu lelah. Mungkin mereka akan mengobrol bila mereka memang berada di rumah pada hari yang sama. Tapi hal itu belum pernah terjadi semenjak kesibukan keduanya meningkat dua kali lipat.
"Kau benar Laila, mungkin aku sedikit kelelahan. Kalau aku melakukannya lagi, langsung saja kau memukulku. Kalau tidak, kita akan terus menerus membuat kesalahan seperti ini."
Laila mengangguk. "Baik Bu."
Qwenly dan Laila duduk di bangku belakang bersandingan. Di tengah perjalanan, Qwenly masih sangat sibuk dengan ipad yang dia pegang, begitu pula Laila.
"Laila, purse yang aku pesan bagaiamana? Kau berhasil mendapatkannya?"
Laila langsung meletakkan berkas di tangannya dan menatap atasannya dengan tegas. "Maaf Bu, kita sudah tertinggal terlalu jauh dengan waktu order-nya. Saat aku melihat di website mereka, teryata sudah out of stok Bu..."
Qwenly menghembuskan nafasnya kesal. Menutup matanya menahan emosi. "Pesankan aku tiket untuk jam 9 pagi besok dengan tujuan New York."
Laila membulatkan wajahnya. "Ibu akan membeli Purse Cavve langsung di outletnya?"
"Aku tak punya pilihan lain. Aku membutuhkannya untuk pesta pengukuhan Vero dua minggu lagi."
"Apa ibu tak ingin mengirim seseorang saja untuk pergi ke sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DELETED SCENES
عاطفيةAku wanita tak menarik bertubuh gendut, tapi ketika aku terbangun dari tidur panjangku... aku terkejut bukan main. Aku berubah menjadi cantik nan langsing, bahkan kakak angkat laki-laki yang selalu membencikupun, tiba-tiba mengatakan, "Qwenly, seben...