S1. Part 14: Back in Time

3.3K 176 1
                                    


Scene 1

Ku intai Vero dengan mata tajamku, menunggunya sampai ia keluar dari kamar. Setelah aman, langsung ku tangkap tubuhnya dan mengobrak-abrik setelan kerjanya. Tentu saja, tatanan rambutnya yang rapi akan menjadi target pertamaku. Ku ambil gunting yang berada dalam sakuku, yang sebelumnya telah ku persiapkan, lalu ku cabik-cabik baju yang di kenakannya dengan ganas.

Scene 2

Aku sarapan dengannya, lalu dengan sengaja, kutumpahkan seluruh sup pedas buatanku ke atas kepalanya, tepat di saat ia menikmati sarapannya.

Scene 3

Aku tak menunggu apapun. Setelah aku melihat wajahnya pagi ini, aku akan langsung berlari ke arahnya, dan mencekiknya hingga pingsan. Ku tendang-tendang tubuhnya, lalu ku biarkan tergeltak begitu saja di lantai.

Aku menghembuskan nafasku pasrah. Pada kenyataannya, aku benar-benar malas untuk melakukan semua itu, bahkan akupun tak tau caranya membuat sup pedas itu bagaimana caranya.

Hari ini aku tak ingin masuk kerja...

Semalam aku tak bisa tidur. Aku hanya bisa menutup mataku, tapi jiwaku masih terbangun bebas. Aku rasa suhu tubuhku juga meningkat, aku benar-benar butuh tidur untuk saat ini. Meski saat ini aku bisa merasakan cahaya matahari menyinari selimutku, aku tak peduli. Aku hanya akan terus di sini sepanjang hari. Meringkuk seperti janin.

Dua... buah pisang!

Tidak... jangan tanyakan apapun yang terjadi padaku kemarin malam. Aku benar-benar tak ingin membahasnya saat ini. Satu hal yang perlu kalian tau, aku sangan membenci bajingan itu!

Suara Riley terdengar lembut di telingaku. "Qwen, katanya kau ingin bekerja hari ini?"

Aku masih menyelimuti diriku dengan rapat, tak berencana untuk membalik tubuhku pula. "Tinggalkan aku sendiri!"

"Kau tidak apa-apa?" ia menyentuh keningku.

"Ku bilang tinggalkan aku!" nadaku dingin dan parau. Dan apa yang baru saja keluar dari mulutku itu juga berisi ancaman tegas.

"Baiklah... akan ku bawakan sarapanmu ke sini!"

Tak begitu lama, ia lalu kembali dan duduk di ranjangku.

"Aku bilang, tinggalkan aku sebelum kau benar-benar dalam bahaya, Riley!"

Riley tak menghiraukanku, ia bahkan ia langsung tidur di belakangku.

Ini bukan Riley.

Tak sempat aku menoleh ke arahnya, sebuah tangan berotot memelukku dari belakang, menggenggam kedua pergelangan tanganku dengan lembut,menyentuh permukaan perut yang kubanggakan. "Kalau begitu, kita bolos saja berdua hari ini." ia mengeratkan pelukannya, tak memperbolehkanku menggerakkan tubuh sedikitpun.

Jantungku kembali berdegup keras. Aku marah, benar-benar marah dengan lelaki ini. Aku rasa hari ini akan ada mayat baru di rumah ini.

"Kau kira aku pacarmu, hah? Kau kira aku milikmu? Aku tak tau seberapa bodohnya aku hingga menerimamu sebagai pacarku. Percayalah, satu hal yang ada di pikiranku saat ini, satu pikiran yang pastinya aku juga memikirkannya saat kita pacaran dulu..."

Aku menarik nafasku sesaat, "Kau hanya sebuah sampah!"

Ia tak menyahuti apapun padaku. Tubuhnya terasa begitu damai. Hal yang membuatku semakin membencinya.

"Akan ku katakan ini sekali saja. Dengar baik-baik!" aku menarik nafas perlahan, meyakinkan diriku dengan pasti, "Mulai hari ini, kita bukan apa-apa selain saingan di perusahaan.... Jadi jangan pernah mengganggu kehidupanku. Meski aku mencium satu pria perhari, meski aku tidur dengan sekian pria dalam sepekan, jangan berharap untuk ikut campur urusanku! Aku sudah tau, pasti kau yang mengancamku untuk jadi pacarmu kan?"

DELETED SCENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang