S1. Part 19: Aku Mencintainya

3.4K 163 1
                                    


"Iya Pa... mungkin aku akan menginap di sini semalam. Felix sudah memesan hotel di sana!..... Iya Pa, ucapkan salamku pada Mama.... Baik Pa!" lalu aku langsung menutup telepon.

Langit biru cerah dan panas yang menyengat kulit. Beberapa kali terdengar suara burung bernyanyi di atas kepalaku. Angin kencang menghembuskan blouse longgar dan rok pantai ku. Di atas pasir putih di bawah pohon kelapa ini. Aku mendekati Felix yang tengah mengeluarkan beberapa barang kami dari pintu belakang mobil.

"Bagaimana kata Papamu?"

Aku tersenyum, "Dia memintaku untuk tidak pulang!" godaku sambil tertawa kecil. tapi sepertinya saat Papa mengatakannya, ia benar-benar sangat bahagia mendengar diriku menginap disini bersama Felix. Sepertinya ini benar-benar apa yang ia inginkan.

Felix berdiri dan menutup pintu belakang mobilnya. Dengan kaos hawai dan celana longgar miliknya, ia memegang tanganku. "Mungkin kita harus mengikuti ucapan Papamu?" jawabnya tengil.

Aku tertawa. "Kenapa kau jadi ikut-ikutan mengusirku dari rumah?"

Semuanya akan lancar.... semuanya akan baik-baik saja....

"Ayo.... kita ke pantai!"

Aku tak bisa membohongi diriku, meski aku tersenyum dan menikmati waktu kami berdua, tapi pikiranku tengah bermain-main di atas kepalaku. Perasaan berdosa menyelimuti hatiku. Aku tak bisa menutupinya.

Kami akhirnya bersantai di bawah payung pantai pribadi milik hotel yang kami pesan ini. Tak banyak orang di sini, dan pemandangan pantai ini jauh lebih baik dari pantai yang kulihat di sepanjang perjalanan kami ke sini tadi.

"Wah... kalian terlihat cocok sekali!!"

Suara itu!!

Aku menoleh kaget. Suara bulat besar yang sudah sangat ku pahami suara siapa itu datang dari arah sampingku dan Felix. Kami saling bertatapan mata. Ia memandangku tajam. Bibirnya tersenyum, tapi tak ada satupun guratan senyum yang terlukis di ambang matanya. Apa yang sebenarnya ingin ia tunjukkan.

Aku terdiam. Aku mengalihkan pandanganku dan berdehem canggung.

"Vero?!" Felix yang menyadari keberadaan Vero langsung berdiri dan menyodorkan tangannya. "Apa kau Vero penerus ZG yang di isukan itu?"

Vero menangkap salaman tangan Felix. "Aku yakin itu bukan isu, Felix..." Vero menyeringai.

Aku berdecak. Sombong sekali...

"Ah... tentu saja...." lalu Felix tertawa kecil.

"Aku tak tau kalau kalian berlibur di sini?"

"Yah.... tentu saja!" gerutuku dengan nada sarkastik.

Vero tak menghiraukanku. "Nanti malam kalian menginap di sini?" tanya Vero pada Felix.

"Iya... kurasa."

"Berapa kamar yang kalian pesan?"

***

Aku langsung meletakkan sisirku setelah mendengar ketukan pintu dari luar. "Maaf... tapi aku tak memesan room service!"

Ketukan pintu tetap terdengar. Akhirnya dengan berat hati aku berjalan mendekati pintu.

Lampu kamar sengaja kumatikan beberapa, membiarkan cahaya alami rembulan masuk dengan indah ke seluruh penjuru ruanganku. Di sisi lain, udara pantai benar-benar panas di tengah musim panas seperti ini. Berbalik saat malam tiba, angin yang menerpa ujung kulitku benar-benar dingin dan menusuk, meski ini di tengah-tengah pantai musim panas.

DELETED SCENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang