Baru ku sadari, bahwa mataku benar-benar coklat. Tubuhku memiliki lekuk yang terlihat jelas. Seluruh bagian tubuhku benar-benar proporsional. Sepertinya saat ini aku bisa keluar masuk club dengan mudah.
Hanya membayangkannya saja membuatku tertawa.
Dua hari telah berlalu. Aku hanya tinggal di dalam apartemen yang kelewat besar untukku ini. Mungkin di awal, aku memang sangat bahagia, apa lagi saat di depan kaca, melihat lekuk tubuhku yang sempurna, memakan masakan sehat Riley, menikmati pemandangan kota dari lantai tertinggi di Tower Z ini, dan lain sebagainya. Tetapi, sekarang, ada sesuatu di dalam diriku yang begitu hampa. Seperti aku telah melewatkan sesuatu. Perasaan yang harus segera di lampiaskan. Perasaan gelisah yang membuatku berputar ke sana kemari hanya untuk mencari jawabannya.
"Riley, bisakah aku ke kantor besok?" tanyaku sambil mengunyah perlahan makan siangku pada dokter cantikku itu.
"Qwen... kau masih belum pulih sama sekali. Satu benturan kecil lagi mungkin akan membuatmu melupakan segala memori yang kau punya. Kau mau?"
Oke, itu tanda untukku untuk menyerah. Aku menghembuskan nafasku pasrah.
"Sabarlah Qwen... aku tau kau bosan di rumah, tapi sebelum kondisimu stabil, aku tak bisa mengijinkanmu untuk kembali ke kantor."
Aku melempar pandanganku kesal, "Iya iya..."
Suara lift pribadi yang langsung masuk ke dalam rumah ini terbuka. Menandakan seseorang baru saja masuk ke dalam sini.
"Eh, siapa itu? Coba kau lihat Riley!" hampir saja aku beranjak dari tempat dudukku, sedikit paranoid.
Dengan tenang, Riley menghentikan makan siangnya dan berdiri mendekati Counter-Top untuk mengambil beberapa makanan lagi. "Sepertinya Tuan Muda sudah pulang, akan ku siapakan makanan dulu sebentar."
Aku membalik tubuhku menatap Riley yang sedikit sibuk di sana, menatapnya penuh heran."Tuan Muda? Siapa?"
"Tuan muda Vero..." jawab Riley seadanya.
"Vero juga punya Card Key apartemen ini? Kenapa Papa memberikan Vero kuncinya juga? Apa Papa lupa kalau Vero benar-benar menyebalkan kalau sudah bisa keluar masuk rumah orang lain? Tak pernah memberiku ruang pribadi..."
Aku masih mengoceh dengan kesal. Mungkin melihat kekesalanku, Riley menolah ke arahku dan menatapku hormat. Sedikit menundukkan wajahnya.
"....selalu mengeluh berbagai hal, menghinaku, mengambil semua yang ku punya, bahkan ia-"
"I miss you too, Sayang!"
Suaraku langsung terputus saat seseorang dengan suara besar dan bulatnya merengkuhku erat dari belakang. Jantungku berdetak kencang. Hampir saja aku berteriak. Untung saja aku langsung menolehnya dan menyadari bahwa itu hanya Vero, suara yang tampak sedikit asing bagiku saat ini.
"Fxck.... I thought you were a stranger!" aku mencoba melepaskan rengkuhannya dengan kesal. Aku meliriknya sedikit, melihat jaket hitam santai dengan kaos dan celana jeans biru gelapnya. Model rambut mohawk dengan poni di depan, tapi tetap tertata rapi dengan gel rambut yang berbau segar. Terkesan hitam mengkilat. Jadi ini gaya busananya setelah pulang dari urusan bisnis? Dia kira dia artis apa?
"Oh god, sudah lama sekali aku tak mendengar kata itu. Sepertinya kau benar-benar kehilangan ingatanmu?!" Ucap Vero dengan nada seriusnya. Tapi, di balik itu, aku bisa merasakan ia tengah mengejekku.
Aku hanya memutar bola mataku kesal, dengan masih berusaha melepaskan rengkuhan tangannya. "Kenapa? Kali ini kau akan memanfaatkan kelemahanku gara-gara aku hilang ingatan? Jangan harap Mister..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELETED SCENES
RomanceAku wanita tak menarik bertubuh gendut, tapi ketika aku terbangun dari tidur panjangku... aku terkejut bukan main. Aku berubah menjadi cantik nan langsing, bahkan kakak angkat laki-laki yang selalu membencikupun, tiba-tiba mengatakan, "Qwenly, seben...